Blog ini berisi data-data pribadiku dan semua hal tentang inspirasiku dalam hidup. Semua rangkaian petualanganku menjelajahi alam bebas, mendaki gunung, travelling, birdwatching kutuliskan dalam blog ini. Harapanku semoga blog ini bermanfaat bagi banyak orang!Amien
Monday, March 28, 2011
Hati yang selalu mengharap cinta-Mu
Ketika malam yang pekat
Mencabik-cabik perasaanku yang terkoyak
Ketika linangan air mata
Turun tak henti-hentinya mengaliri hati
Kini aku berhenti berharap
Mencoba mengentaskan semua gelap
Hingga hilang semua senyap
Inikah yang dinamakan cinta?
yang hanya bisa membawa luka dan tangis air mata
Inikah yang dinamakan cinta?
yang sakit perihnya tak terkira
Ya Allah kuatkanlah hati hamba
Segera hilangkanlah kepiluan dalam dada
Mungkin hamba terlalu naif
Mungkin hamba-Mu ini terlalu hina
yang tak kuat membendung cinta
Padahal cinta manusia tak lebih dari sebutir pasir di samudera kasih-Mu yang Maha Luas
Dan kini....
Aku tak lagi berharap kepadanya
Namun akan senantiasa berharap kepada-Nya
Aku tak akan berharap kepadamu
Namun aku akan selalu berharap kepada-Mu
Hati yang selalu mengharap cinta-Mu, 27 Maret 2011
Hati yang selalu mengharap cinta-Mu, 27 Maret 2011
Hati yang tengah terluka...
Tidak seperti yang aku rasa dan kuduga
Semuanya hilang dalam sekejap mata
Saat bahagia menjadi tangis
Saat suka menjadi lara
Saat luka memberikannya pilu
Saat nestapa membawa perih
Sakit..sakit sekali rasanya
Ketika yang kita cinta tak memberikan asa
Aku tak tahu
Bagaimana caranya entaskan perih ini
Aku pun tak sanggup berfikir
Bagaimana mengobati hati yang terkoyak
Musnah..musnah sudah segala gundah
Musnah sudah semua ketulusan cinta itu
Kini aku mencoba bangkit..
Namun tak jua aku mampu berdiri
Aku berharap mampu menggerakkan sayapku yang patah
Namun tak jua aku mampu untuk terbang
Duri mawar yang cantik itu telah merobek jantung hatiku
Sunday, March 20, 2011
Just 4 u
Derai-derai cinta
Engkau biaskan ke dalam lubuk hati
Sisakan satu ruang jiwa
Yang penuh dengan kehangatan
Rasa itu perlahan merasuk kedalam kalbu
Anganku bersemayam selalu merindukan jiwamu
Hasratku terbang melayang tinggi menuju ruang hatimu
Aku jatuh cinta padamu duhai bidadari
Yakinkan semua..bahwa dirimu juga merasakan hal yang sama denganku
Usah kau tepis semua itu
Nyatakanlah semua perasaanmu
Untuk menyambut cintaku yang tulus, hingga
Gelisahku untuk menunggumu akan sirna
Resah hatiku untuk menantimu akan berakhir dengan indah, namun
Akankah semua mimpiku itu bisa terwujud
Hanya hatimu yang bisa menjawabnya
Inilah semua kata hatiku yang kupersembahkan hanya untukmu
Niatku hanya ingin tulus membahagiakanmu hingga akhir waktu..
Inilah perasaanku sayang...yang tak akan berhenti mencintaimu..
Wednesday, March 16, 2011
Tugas Akhir ane di PejOne mbah Google gan!!
Hmm nggak nyangka judul tugas akhir ane ternyata nongkrong di PejOne-nya mbah google. Setelah ane search dengan kata navigasi "Pariwisata Alam Tulungagung" eh yg nongkrong pertama kali adalah judul TA ane. Mungkin pdf-nya sudah sering diunduh ama banyak orang kali ya. Alhamdulillah ane sangat bangga bisa membantu teman-teman dalam mencari referensi SIG Pariwisata. BTW thanks buat teman-teman yang sudah mendownload paper hasil karya Tugas Akhir ane. :D
Tebu, Solusi Bahan Bakar Nabati Pengganti Bensin
Salah satu negara yang telah sukses menggunakan bioenergi yang berupa etanol dari tebu sebagai bahan bakar adalah Brazil. Brasil adalah produsen kedua terbesar di dunia bahan bakar etanol dan eksportir terbesar di dunia. Brasil bersama Amerika Serikat memimpin produksi industry bahan bakar etanol. Dari data yang ada menunjukan bahwa kedua negara ini menghasilkan 89% bahan bakar etanol dari produksi dunia pada tahun2009. Sekarang ini Brasil dianggap sebagai negara yang mempunyai ekonomi pertama yang berkelanjutan di dunia biofuel dan pemimpin industri biofuel. Saat ini tidak ada lagi kendaraan ringan di Brazil yang berjalan murni dengan menggunakan bensin. Sejak tahun 1976, pemerintah mewajibkan pencampuran antara etanol anhidrat dengan bensin, dengan kadar etanol antara 10-20 %. Pada mesin kendaraan bermotor itu sendiri hanya perlu membutuhkan sedikit penyesuaian dengan yang lama. Karena keseriusan pemerintah dalam menjalankan programnya, hasilnya saat ini Brazil menjadi negara pengekspor etanol terbesar di dunia.
Salah satu potensi yang relatif besar adalah pengembangan bioetanol berbahan baku tebu. Dengan asumsi 80 liter bioetanol dapat dihasilkan dari 1 ton tebu (data teknis di Brazil) dan produktivitas tebu rata-rata 80 ton per ha, maka dari setiap ha lahan tebu dapat dihasilkan 6.400 liter etanol. Apabila etanol dari tebu dapat mensubstitusi 10% dari kebutuhan gasoline pada tahun 2010 (33,4 milyar liter), maka target tersebut bisa dicapai dengan pengembangan areal tebu seluas 522 ribu ha. Dengan target subsitusi tersebut, jumlah gasoline yang dapat disubstitusi sebesar 3.34 milyar liter atau lebih dari Rp 15 triliun. Data survey menunjukkan ketersediaan lahan di luar Jawa yang sesuai untuk tebu terdapat sekitar 750 ribu ha, disamping potensi arael existing industry seluas 420 ribu ha (areal tebu Indonesia tahun 1993/1994).
Pada dasarnya unit prosesing pembuatan etanol dari tebu terdiri dari 4 bagian, yaitu:
1. unit gilingan
2. unit preparasi bahan baku
3. unit fermentasi
4. unit destilasi.
Unit gilingan berfungsi untuk menghasilkan nira mentah dari tebu. Komponen unit gilingan terdiri dari pisau pencacah dan tandem gilingan. Sebelum masuk gilingan, tebu dipotong-potong terlebih dulu dengan pisau pencacah. Cacahan tebu selanjutnya masuk ke dalam tandem gilingan 3 rol yang biasanya terdiri atas 4 atau 5 unit gilingan yang disusun secara seri. Pada unit gilingan pertama, tebu diperah menghasilkan nira perahan pertama (npp). Ampas tebu yang dihasilkan diberi imbibisi, kemudian digiling oleh unit gilingan kedua. Nira yang terperah ditampung, ampasnya kembali ditambah air imbibisi dan digiling lebih lanjut oleh unit gilingan ketiga, dan demikian seterusnya. Semua nira yang keluar dari setiap unit gilingan dijadikan satu dan disebut
nira mentah.
Unit preparasi berfungsi untuk menjernihkan dan memekatkan nira mentah yang dihasilkan unit gilingan. Klarifikasi bisa dilakukan secara fisik dengan penyaringan atau secara kimiawi. Klarifikasi terutama bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities yang bisa mengganggu proses fermentasi. Nira yang dihasilkan dari proses ini disebut nira jernih.
Unit fermentasi berfungsi untuk mengubah nira jernih menjadi etanol, melalui aktivitas fermentasi ragi. Jumlah unit fermentasi biasanya terdiri dari beberapa unit (batch) atau system kontinyu tergantung kepada kondisi dan kapasitas pabrik. Beberapa nutrisi ditambahkan untuk optimalisasi proses. Etanol yang terbentuk dibawa ke dalam unit destilasi.
Unit destilasi berfungsi untuk memisahkan etanol dari cairan lain khususnya air. Unit ini juga terdiri dari beberapa kolom destilasi. Etanol yang dihasilkan biasanya memiliki kemurnian sekitar 95-96%. Proses pemurnian lebih lanjut akan menghasilkan etanol dengan tingkat kemurnian lebih tinggi (99%/ethanol anhydrous), yang biasanya digunakan sebagai campuran unleaded gasoline menjadi gasohol.
Selain dari nira, ampas yang dihasilkan sebagai hasil ikutan dari unit gilingan bisa diproses lebih lanjut menjadi etanol, dengan menambah unit pretreatment dan sakarifikasi. Unit pretreatment berfungsi untuk mendegradasi ampas menjadi komponen selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Dalam unit sakarifikasi, selulosa dihidrolisa menjadi gula (glukosa) yang akan menjadi bahan baku fermentasi, selanjutnya didestilasi menghasilkan etanol. Ini sekaligus untuk menepis kritik soal etika berkaitan persaingan penggunaan sumber pangan dan energi. Pengunaan bahan-bahan yang bisa langsung dikonversi menjadi etanol seperti tetes, jagung, singkong, gandum, dan umbi-umbian sejauh ini menuai banyak kritik karena akan menurunkan suplai bahan pangan.
Penggunaan tebu sebagai bahan pembuatan etanol yang nantinya akan digunakan sebagai alternative renewable energy memang cukup menjanjikan. Upaya penggunaan etanol dari tebu sebagai alternatif BBM perlu didukung. Paling tidak, hal tersebut dilatarbelakangi oleh 2 hal. Pertama, adanya alasan ekonomi yang kuat berkaitan dengan berkurangnya cadangan minyak, fluktuasi harga dan ketidak stabilan politik di kawasan Timur Tengah sehingga mengganggu suplai BBM di beberapa negara importir termasuk Indonesia.
Akan tetapi penggunaan tebu sebagai pembuatan etanol juga masih memiliki banyak kendala. Kendala tersebut antara lain adalah penggunaan tebu yang digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan gula. Jika tebu digunakan untuk pembuatan etanol, maka kebutuhan gula akan tersendat. Kendala lain adalah lahan pertanian tebu yang terbatas. Oleh karenanya, pengembangan produksi etanol memerlukan koordinasi dari operator sektor pertanian, industri, energi, perdagangan, transportasi dan BUMN agar kendala-kendala tersebut dapat teratasi.
Referensi :
en.wikipedia.org/wiki/Ethanol_fuel_in_Brazil
thefraserdomain.typepad.com/energy/2006/11/sugar_cane_yiel.html
www.nytimes.com/2006/04/10/world/americas/10brazil.html
http://www.alpensteel.com/article/60-108-energi-bio-fuel/4397--tebu-diolah-jadi-bahan-bakar-minyak.html
Saturday, March 12, 2011
Jamur, Bahan Bakar Alternatif Baru
Mahalnya harga bahan bakar gas dan minyak bumi membuat negara-negara maju dan juga berkembang berupaya mencari cara untuk mendapat sumber energi alternatif.
Pravda, Kamis (6/8/2009) melansir, bahan bakar alternatif berbasis ethanol yang dihasilkan dari jagung atau batang tebu, belum cukup mengatasi masalah ini. Pasalnya, untuk memproduksi satu liter ethanol membutuhkan hidrokarbon mentah dalam jumlah yang sama. Hidrokarbon adalah bahan kimia yang bisa menghasilkan bahan bakar diesel.
Masalah ini kemungkinan besar akan segera terpecahkan dengan bantuan jamur parasit mikroskopik yang hidup di dalam substansi kayu sebuah pohon dan memecah selulosa sehingga menghasilkan campuran hidrokarbon.
Selulosa kayu menjadi tempat terbaik bagi jamur penghasil hidrokarbon untuk menghasilkan bahan bakar. Namun untuk mengambilnya, sangat sulit karena harus memecah struktur selulosa kayu yang kuat. Diperlukan enzim khusus untuk proses tersebut.
Para peneliti studi ini mengatakan, bahan sedikit bahan bakar diesel yang dihasilkan jamur ini akan cukup memberikan tenaga bagi satu buah traktor untuk bekerja.
Oleh karenanya, mereka terus mengembangkan temuan ini. Menurut mereka, sangat mungkin mengadakan analisa genetik pada jamur dan mendeteksi gen serta mencangkoknya pada organisma lain untuk menghasilkan bahan bakar dari kayu berjamur.
Sumber : http://techno.okezone.com/read/2009/08/06/56/245568/56/bahan-bakar-alternatif-terbaru-dari-jamur
Dasar-Dasar Arung Jeram (4)
PENGETAHUAN DASAR BERARUNG JERAM
GERAK DAN ARAH MENDAYUNG
Dalam mendayung tidak perlu berlebihan tanpa arah yang tepat. Tetapi kalau memang dibutuhkan tambahan kecapatan, maka masukkan gagang dayung ke dalam air dan kayuh dengan tenaga penuh. Pada kesempatan ini otot perut dan tangan dikerahkan untuk mendapatkan tenaga yang optimal dan efektif. Gerakan dan arah mendayung yang perlu dipahami oleh semua awak perahu adalah sebagai berikut :
1. Dayung Maju (Forward Strokes) Dimulai dengan mendorong daun dayung ke muka dengan tangan sebelah luar. Kemudian tahan sebentar posisi ini dengan kuat dorong pegangan dayung ke muka untuk menekan daun dayung dalam-dalam ke air. Lanjutkan mendayung dengan mendorong pegangan sekaligus menarik gagang dayung, dengan mempertahankan daun dayung pada sudut yang benar sehingga dayung berada di bawah pantat. Keluarkan daun dayung kemudian putar daun dayung sejajar permukaan air. Ulangi lagi. Ini sering disebut dengan dayung kuat. Jenis mendayung maju lain adalah dengan menempatkan dayung lebih ke luar.
2. Dayung Balik (Back Stroke) Kebalikan dari forward stroke. Celupkan daun dayung ke dalam air sehingga jauh ke belakang pantat, kemudian dorong gagang ke muka sambil menarik pegangan ke belakang dan gerakan ini berakhir ketika daun dayung berada pada posisi awal dayung maju.
3. Dayung Tarik (Draw Stroke) Dilakukan dengan menancapkan daun dayung jauh ke samping dan kemudian tarik ke arah perahu dengan lurus. 4. Dayung Menyamping (Pry Stroke) Merupakan kebalikan dari dayung tarik dan merupakan pelengkap untuk mengendalikan perahu dan biasanya dilakukan kapten yang duduk di buritan untuk mengendalikan perahu.
KOMANDO DAN KAPTEN
Berarung jeram memerlukan tindakan dan keputusan yang cepat dan tepat karena setiap awak perahu memerlukan seorang pemimpin / kapten untuk menyatukan tindakan seluruh awak. Seorang kapten tidak perlu harus memiliki status atau kekuatan tertentu, tapi harus pandai membaca situasi sungai; dia merupakan seorang awak, yang untuk sementara bertindak mengendalikan perahu melalui instruksi-instruksi. Yang paling menyenangkan apabila semua mendapat kesempatan menjadi kapten. Bagi pemula, menjadi kapten berarti mempercepat proses peningkatan kemampuan dan ketrampilan berarung jeram. Mengingat perlunya komunikasi yang seragam antar awak perahu dengan kapten, secara sepakat harus disetujui adanya sejumlah komando ulang jelas dan singkat :
1. Maju,semua mendayung maju.
2. Kuat,semua mendayung kuat.
3. Dayung balik, semua mendayung balik.
4. Belok kanan, sebelah kanan mendayung balik ,sebelah kiri mendayung maju.
5. Belok kiri, sebelah kiri mendayung balik, sebelah kanan mendayung maju.
6. Tarik kanan, sebelah kanan dayung tarik, sebelah kiri dayung menyamping.
7. Tarik kiri, sebelah kiri dayung tarik, sebelah kanan dayung menyamping.
Selain itu ada 2 macam komando lain yang digunakan pada saat tertentu, yaitu saat kapten menginginkan perahu bergeser ke kiri atau ke kanan dengan cepat dengan hidung perahu bergerak lebih ke luar lagi. Kedua macam komando tersebut :
8. Pancung kanan, sebelah kiri dayung maju kuat, pendayung terdepan maju ke hidung perahu dan melakukan dayung kuat kearah kanan perahu, sebelah kanan dayung tarik.
9. Pancung kiri, sebelah kanan dayung maju kuat, pendayung terdepan maju sampai hidung perahu dan melakukan dayung kuat ke arah kiri perahu, sebelah kiri dayung tarik. Untuk menyatakan pendayung berhenti mendayung, kapten dapat meneriakkan komando stop atau berhenti.
MANUVER
Ferry merupakan teknik dasar manuver. Digunakan ketika melewati belokan sungai dan menghindari hambatan / rintangan jeram. Ada 2 macam ferry, haluan mengarah ke hulu (Bow Upstream ferry) dan haluan mengarah ke hilir (Bow Downstream ferry). Bow Upstream ferry dilakukan dengan dayung maju dan mengarah posisi perahu ke hulu dengan sudut 45 derajat, terhadap aliran arus dan perahu akan menuju arah yang diinginkan. Sebaliknya Bow Downstream ferry dilakukan dengan dayung balik dan mengarahkan buritan ke hulu dengan sudut 45 derajat menuju arah tempat yang diinginkan. Jika kecepatan perahu ke hilir ingin diperlambat, maka lakukan Bow Upstream ferry dengan sudut kurang dari 45 derajat dan sebaliknya perbesar sudut hingga tepat atau mendekati aliran alur sungai. Umumnya sudut ferry sebesar 45 derajat adalah sudut optimum. Sudut ferry adalah sudut antara perahu dengan arah aliran sungai bukan dengan tepi sungai. Pada aliran pelan sangat mungkin melakukan ferry lurus memotong aliran arus air, tetapi dengan arus cepat, kebanyakan usaha memotong aliran arus dilakukan dengan ferry bersudut ox sampai 45 derajat.
PENGINTAIAN (SCOUTING)
Pengintaian untuk mengamati jeram yang belum dikenal, selelu dipandang sebagai tindakan yang bijaksana, khususnya bagi pemula. Pengintaian sejumlah jeram meliputi pencarian tempat mendarat yang aman, bebas dari air yang menyulitkan. Semua dilakukan dengan berjalan sepanjang tepi sungai untuk mengetahui dan menemukan bagaimana kesulitan dan bahaya yang mungkin akan dihadapi dalam berarung jeram. Sekali diputuskan untuk melewati jeram tertentu, maka usahakan seoptimal mungkin lewat jalur terbaik dan aman. Pentingnya melakukan pengintaian terhadap situasi sungai berjeram karena berhubungan dengan beberapa faktor penentu untuk memutuskan untuk melewati jeram tertentu atau tidak. Adapun factor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Panjang, kesulitan dan bahaya jeram yang bersangkutan. 2. Bagaimana sifat-sifat air yang berada di bawah jeram. 3. Kesanggupan dan kemampuan awak perahu untuk menyelamatkan diri pada jeram yang sulit. 4. Persiapan mental seluruh awak.
CATATAN :
Biasanya awak perahu terdiri dari orang-orang berpengalaman, tetapi kadang-kadang lebih banyak yang bersumber pengalaman dan karena itu pemula seharusnya tidak ikut berarungjeram bila peralatan pengaman tidak cukup memadai, dan dalam kondisi seperti ini, mutlak pengarungan harus ditunda atau dibatalkan. Tahap selanjutnya setelah melalui pengintaian adalah berembuk merencanakan jalur pengarungan. I
PERENCANAAN JALUR (PLANNING A COURSE)
Sebelum melewati jeram, rencanakan dahulu jalur mana yang mungkin dipilih, karena bila diamati dengan seksama ada banyak alur jeram yang secara langsung merupakan rintangan yang harus dihindari. Pilih jalur termudah. Dengan melewati suatu jalur jeram yang tepat, berarti jeram yang dilewati tersebut tidak perlu dengan melakukan manuver yang berlebihan. Cukup mengikuti kecepatan aliran arus air yang ada pada jeram tersebut. Pada aliran yang bertenaga kuat, minimumkan usaha manuver, karena manuver cenderung memepercepat keadaan perahu terbalik. Sebab akhir dari aliran arus yang kuat membentuk ombak dan gelombang yang tinggi. Dalam memutuskan suatu jalur tetentu, resiko melakukan kesalahan harus diperhitungkan. Kerap kali setelah kita menentukan suatu jalur, berulang kali harus diamati dari mulut hingga kaki lidah air.Setelah berhasil melalui alur diantara batu-batu, maka jalur-jalur tersebut dipelajari dan diingat kembali untuk digunakan sebagai pegangan / patokan dalam pengarungan selanjutnya.
MENGHADAPI KEADAAN DARURAT Suatu keadaan darurat dalam olah raga arung jeram disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
1. MENABRAK BATU
Menabrak batu yang muncul di permukaan air, umumnya jarang berakibat fatal bila diatasi dengan cepat dan tidak panik. Jika tabrakan dengan batu tak mungkin dihindari, maka arahkan haluan ke batu tersebut. Akibat dari tindakan ini, perahu akan terhenti sesaat dan arus di sekitar batu akan memutar perahu dan bagi awak perahu yang kurang waspada biasanya akan terpental dari perahu. Lakukan langkah-langkah pengamanan dengan posisi siap mendayung untuk keluar dari situasi berbahaya lebih lanjut, di sebelah hulu.
2. MENEMPEL DI BATU Bilamana perahu menabrak batu pada sisi kiri / kanan maka seluruh awak dari sisi lainnya harus segera berpindah ke sisi dimana perahu itu menempel di batu. Dorongan arus yang kuat dari hulu akan mengengkat naik perahu dan menempel di batu.
3. TERBALIK Bila perahu akan terbalik waspada dan hati-hatilah terhadap bahaya berikutnya, baik terhadap benda-benda keras di dalam perahu atau batu itu sendiri. Jika perahu akibat dari tabrakan itu terbalik, maka segera melompat kearah yang bebas dan aman. Bagi awak perahu yang tidak dapat segera lepas dari perahu yang terjebak, tertutup dalam bagian perahu yang terbalik. Segera keluarlah pada situasi seperti ini, sehingga akan terhindar dari benturan batu bagian bawah yang tidak terlihat.
CATATAN :
Bila menabrak batu dengan haluan di muka, reaksi dan respon orang-orang di buritan harus segera berpindah ke tengah, dengan demikian perahu akan terhindar dari terbalik atau terangkat menempel di batu. Perahu yang terbalik dan tidak dapat segera dikembalikan ke posisi semula dengan ringan / mudah, maka tali dan tenaga aliran sungai dari hulu dapat membantunya, dan ini dilakukan setelah perahu bebas dari aliran arus yang kuat dan berjeram. Awak perahu naik ke sisi perahu yang mengarah ke hulu. Setelah perahu dimiringkan dengan bantuan tali, arus sungai dari bagian hulu akan membantu mendorong bagian bawah yang memutar perahu untuk dan mudah dibalikkan kembali.
4. BERENANG DI JERAM Bila awak perahu terlempar dari perahu, berteriaklah agar diketahui oleh teman yang lain. Berenanglah ke arah tepi atau ke arah perahu. Posisi berenang yang benar pada sungai yang berjeram dan berbatu yaitu dengan muka menghadap ke hilir. Tetapi pada jeram tanpa batu, posisi berenang adalah mendatar di atas perut seperti biasa. Bagaimanapun saat berenang harus memperhatikan rintangan atau hambatan batu di depan, perhitungkan arah arus agar dapat menghindar terhadap rintangan berikutnya.
Tsunami, Bencana Alam Terdahsyat di Muka Bumi
Menurut referensi Tsunami berasal dari kata Tsu = Pelabuhan dan Nami = Gelombang. Menjadi bagian bahasa dunia, setelah gempa besar 15 Juni 1896, yang menimbulkan tsunami besar melanda kota pelabuhan Sanriku (JEPANG) dan menewaskan 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km.
Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempabumi , tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik.
Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977).Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.
Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah :
1.Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2.Bau asin yang sangat menyengat.
3.Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras.
Tsunami terjadi jika :
* Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR
* Lokasi pusat gempa di laut
* Kedalaman dangkal <>
Potensi Tsunami di Indonesia :
Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur KalimantanTsunami di Indonesia pada umumnya adalah tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempabumi dan datangnya gelombang tsunami antara 20 s/d 30 menit
- November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa.
- 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa.
- 2004 - Pada tanggal 25-26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Ketinggian tsunami 35 m,
- 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis
- 2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m.
- 2010 - 27 Februari, Santiago, Chili
- 2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia
- 2011 - 11 Maret, Jepang
- http://umum.kompasiana.com/2009/10/12/apa-itu-tsunami/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami
Thursday, March 10, 2011
Dewi Malamku...
dewi malam
ku pinta seorang wanita pada pasir
dengan butirnya wajahmu terukir
ku pergi menghamba jawab pada air
didalamnya ku rasa hangatmu mengalir
kau datang dengan angin tak terasa
kau datang menghembus membelai muka
ku pinta bintang untuk berikan nama
ku dengar mereka sebut namamu
dewi malamku…
mengasihimu dan menyayangimu
aku rela pergi jauh ‘tuk itu
aku mencintaimu dan memilikimu
aku rela mati
rasakan itu semua
rasakan itu semua
Wednesday, March 9, 2011
Flora yang dilindungi di Indonesia
TUMBUHAN | ||
I. PALMAE | ||
1. | Amorphophallus decussilvae | Bunga bangkai jangkung |
2. | Amorphophallus titanum | Bunga bangkai raksasa |
3. | Borrassodendron borneensis | Bindang, Budang |
4. | Caryota no | Palem raja/Indonesia |
5. | Ceratolobus glaucescens | Palem Jawa |
6. | Cystostachys lakka | Pinang merah Kalimantan |
7. | Cystostachys ronda | Pinang merah Bangka |
8. | Eugeissona utilis | Bertan |
9. | Johanneste ijsmaria altifrons | Daun payung |
10. | Livistona spp. | Palem kipas Sumatera (semua jenis dari genus Livistona) |
11. | Nenga gajah | Palem Sumatera |
12. | Phoenix paludosa | Korma rawa |
13. | Pigafatta filaris | Manga |
14. | Pinanga javana | Pinang Jawa |
II. RAFFLESSIACEA | ||
1. | Rafflesia spp. | Rafflesia, Bunga padma (semua jenis dari genus Rafflesia) |
III. ORCHIDACEAE | ||
1. | Ascocentrum miniatum | Anggrek kebutan |
2. | Coelogyne pandurata | Anggrek hitan |
3. | Corybas fornicatus | Anggrek koribas |
4. | Cymbidium hartinahianum | Anggrek hartinah |
5. | Dendrobium catinecloesum | Anggrek karawai |
6. | Dendrobium d’albertisii | Anggrek albert |
7. | Dendrobium lasianthera | Anggrek stuberi |
8. | Dendrobium macrophyllum | Anggrek jamrud |
9. | Dendrobium ostrinoglossum | Anggrek karawai |
10. | Dendrobium phalaenopsis | Anggrek larat |
11. | Grammatophyllum papuanum | Anggrek raksasa Irian |
12. | Grammatophyllum speciosum | Anggrek tebu |
13. | Macodes petola | Anggrek ki aksara |
14. | Paphiopedilum chamberlainianum | Anggrek kasut kumis |
15. | Paphiopedilum glaucophyllum | Anggrek kasut berbulu |
16. | Paphiopedilum praestans | Anggrek kasut pita |
17. | Paraphalaenopsis denevei | Anggrek bulan bintang |
18. | Paraphalaenopsis laycockii | Anggrek bulan Kaliman Tengah |
19. | Paraphalaenopsis serpentilingua | Anggrek bulan Kaliman Barat |
20. | Phalaenopsis amboinensis | Anggrek bulan Ambon |
21. | Phalaenopsis gigantea | Anggrek bulan raksasa |
22. | Phalaenopsis sumatrana | Anggrek bulan Sumatera |
23. | Phalaenopsis violacose | Anggrek kelip |
24. | Renanthera matutina | Anggrek jingga |
25. | Spathoglottis zurea | Anggrek sendok |
26. | Vanda celebica | Vanda mungil Minahasa |
27. | Vanda hookeriana | Vanda pensil |
28. | Vanda pumila | Vanda mini |
29. | Vanda sumatrana | Vanda Sumatera |
IV. NEPHENTACEAE | ||
1. | Nephentes spp. | Kantong semar (semua jenis dari genus Nephentes) |
V. DIPTEROCARPACEAE | ||
1. | Shorea stenopten | Tengkawang |
2. | Shorea stenoptera | Tengkawang |
3. | Shorea gysberstiana | Tengkawang |
4. | Shorea pinanga | Tengkawang |
5. | Shorea compressa | Tengkawang |
6. | Shorea semiris | Tengkawang |
7. | Shorea martiana | Tengkawang |
8. | Shorea mexistopteryx | Tengkawang |
9. | Shorea beccariana | Tengkawang |
10. | Shorea micrantha | Tengkawang |
11. | Shorea palembanica | Tengkawang |
12. | Shorea lepidota | Tengkawang |
13. | Shorea singkawang | Tengkawang |
Ikan yang dilindungi di Indonesia
V. PISCES (Ikan) | ||
1. | Homaloptera gymnogaster | Selusur Maninjau |
2. | Latimeria chalumnae | Ikan raja laut |
3. | Notopterus spp. | Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis dari genus Notopterus) |
4. | Pritis spp. | Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis dari genus Pritis) |
5. | Puntius microps | Wader goa |
6. | Scleropages formasus | Peyang malaya, Tangkelasa |
7. | Scleropages jardini | Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso |
Kupu-Kupu yang dilindungi di Indonesia
INSECTA (Serangga) | ||
1. | Cethosia myrina | Kupu bidadari |
2. | Ornithoptera chimaera | Kupu sayap burung peri |
3. | Ornithoptera goliath | Kupu sayap burung goliat |
4. | Ornithoptera paradisea | Kupu sayap burung surga |
5. | Ornithoptera priamus | Kupu sayap priamus |
6. | Ornithoptera rotschldi | Kupu burung rotsil |
7. | Ornithoptera tithonus | Kupu burung titon |
8. | Trogonotera brookiana | Kupu trogon |
9. | Troides amphrysus | Kupu raja |
10. | Troides andromanche | Kupu raja |
11. | Troides criton | Kupu raja |
12. | Troides haliphron | Kupu raja |
13. | Troides helena | Kupu raja |
14. | Troides hypolitus | Kupu raja |
15. | Troides meoris | Kupu raja |
16. | Troides miranda | Kupu raja |
17. | Troides plato | Kupu raja |
18. | Troides rhadamantus | Kupu raja |
19. | Troides riedeli | Kupu raja |
20. | Troides vandepolli | Kupu raja |
Binatang Reptilia yang dilindungi di Indonesia
REPTILIA (Melata) | ||
1. | Batagur baska | Tuntong |
2. | Caretta caretta | Penyu tempayan |
3. | Carettochelys insculpta | Kura-kura Irian |
4. | Chelodina novaeguineae | Kura Irian leher panjang |
5. | Chelonia mydas | Penyu hijau |
6. | Chitra indica | Labi-labi besar |
7. | Chlamydosaurus kingii | Soa payung |
8. | Chondropython viridis | Sanca hijau |
9. | Crocodylus novaeguineae | Buaya air tawar Irian |
10. | Crocodylus porosus | Buaya muara |
11. | Crocodylus siamensis | Buaya siam |
12. | Dermochelys coriacea | Penyu belimbing |
13. | Elseya novaeguineae | Kura Irian leher pendek |
14. | Eretmochelys imbricata | Penyu sisik |
15. | Gonychephalus dilophus | Bunglon sisir |
16. | Hydrasaurus amboinensis | Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak pohon |
17. | Lepidochelys olivacea | Penyu ridel |
18. | Natator depressa | Penyu pipih |
19. | Orlitia borneensis | Kura-kura gading |
20. | Python molurus | Sanca bodo |
21. | Phyton timorensis | Sanca Timor |
22. | Tiliqua gigas | Kadal Panan |
23. | Tomistoma schlegelii | Senyulong, Buaya sapit |
24. | Varanus borneensis | Biawak Kalimantan |
25. | Varanus gouldi | Biawak coklat |
26. | Varanus indicus | Biawak Maluku |
27. | Varanus komodoensis | Biawak komodo, Ora |
28. | Varanus nebulosus | Biawak abu-abu |
29. | Varanus prasinus | Biawak hijau |
30. | Varanus timorensis | Biawak Timor |
31. | Varanus togianus | Biawak Togian |
Binatang Mamalia yang dilindungi di Indonesia
I. MAMALIA (Menyusui) | ||
1. | Anoa depressicornis | Anoa dataran rendah, Kerbau pendek |
2. | Anoa quarlesi | Anoa pegunungan |
3. | Arctictis binturong | Binturung |
4. | Arctonyx collaris | Pulusan |
5. | Babyrousa babyrussa | Babirusa |
6. | Balaenoptera musculus | Paus biru |
7. | Balaenoptera physalus | Paus bersirip |
8. | Bos sondaicus | Banteng |
9. | Capricornis sumatrensis | Kambing Sumatera |
10. | Cervus kuhli; Axis kuhli | Rusa Bawean |
11. | Cervus spp. | Menjangan, Rusa sambar (semua jenis dari genus Cervus) |
12. | Cetacea | Paus (semua jenis dari famili Cetacea) |
13. | Cuon alpinus | Ajag |
14. | Cynocephalus variegatus | Kubung, Tando, Walangkekes |
15. | Cynogale bennetti | Musang air |
16. | Cynopithecus niger | Monyet hitam Sulawesi |
17. | Dendrolagus spp. | Kanguru pohon (semua jenis dari genus Dendrolagus) |
18. | Dicerorhinus sumatrensis | Badak Sumatera |
19. | Dolphinidae | Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Dolphinidae) |
20. | Dugong dugon | Duyung |
21. | Elephas indicus | Gajah |
22. | Felis badia | Kucing merah |
23. | Felis bengalensis | Kucing hutan, Meong congkok |
24. | Felis marmorota | Kuwuk |
25. | Felis planiceps | Kucing dampak |
26. | Felis temmincki | Kucing emas |
27. | Felis viverrinus | Kucing bakau |
28. | Helarctos malayanus | Beruang madu |
29. | Hylobatidae | Owa, Kera tak berbuntut (semua jenis dari famili Hylobatidae) |
30. | Hystrix brachyura | Landak |
31. | Iomys horsfieldi | Bajing terbang ekor merah |
32. | Lariscus hosei | Bajing tanah bergaris |
33. | Lariscus insignis | Bajing tanah, Tupai tanah |
34. | Lutra lutra | Lutra |
35. | Lutra sumatrana | Lutra Sumatera |
36. | Macaca brunnescens | Monyet Sulawesi |
37. | Macaca maura | Monyet Sulawesi |
38. | Macaca pagensis | Bokoi, Beruk Mentawai |
39. | Macaca tonkeana | Monyet jambul |
40. | Macrogalidea musschenbroeki | Musang Sulawesi |
41. | Manis javanica | Trenggiling, Peusing |
42. | Megaptera novaeangliae | Paus bongkok |
43. | Muntiacus muntjak | Kidang, Muncak |
44. | Mydaus javanensis | Sigung |
45. | Nasalis larvatus | Kahau, Bekantan |
46. | Neofelis nebulusa | Harimau dahan |
47. | Nesolagus netscheri | Kelinci Sumatera |
48. | Nycticebus coucang | Malu-malu |
49. | Orcaella brevirostris | Lumba-lumba air tawar, Pesut |
50. | Panthera pardus | Macan kumbang, Macan tutul |
51. | Panthera tigris sondaica | Harimau Jawa |
52. | Panthera tigris sumatrae | Harimau Sumatera |
53. | Petaurista elegans | Cukbo, Bajing terbang |
54. | Phalanger spp. | Kuskus (semua jenis dari genus Phalanger) |
55. | Pongo pygmaeus | Orang utan, Mawas |
56. | Presbitys frontata | Lutung dahi putih |
57. | Presbitys rubicunda | Lutung merah, Kelasi |
58. | Presbitys aygula | Surili |
59. | Presbitys potenziani | Joja, Lutung Mentawai |
60. | Presbitys thomasi | Rungka |
61. | Prionodon linsang | Musang congkok |
62. | Prochidna bruijni | Landak Irian, Landak semut |
63. | Ratufa bicolor | Jelarang |
64. | Rhinoceros sondaicus | Badak Jawa |
65. | Simias concolor | Simpei Mentawai |
66. | Tapirus indicus | Tapir, Cipan, Tenuk |
67. | Tarsius spp. | Binatang hantu, Singapuar (semua jenis dari genus Tarsius) |
68. | Thylogale spp. | Kanguru tanah (semua jenis dari genus Thylogale) |
69. | Tragulus spp. | Kancil, Pelanduk, Napu (semua jenis dari genus Tragulus) |
70. | Ziphiidae | Lumba-lumba air laut (semua jenis dari famili Ziphiidae) |
Burung-Burung yang dilindungi di Indonesia
AVES (Burung) yang dilingdungi di Indonesia | ||
1. | Accipitridae | Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Accipitridae) |
2. | Aethopyga exima | Jantingan gunung |
3. | Aethopyga duyvenbodei | Burung madu Sangihe |
4. | Alcedinidae | Burung udang, Raja udang (semua jenis dari famili Alcedinidae) |
5. | Alcippe pyrrhoptera | Brencet wergan |
6. | Anhinga melanogaster | Pecuk ular |
7. | Aramidopsis plateni | Mandar Sulawesi |
8. | Argusianus argus | Kuau |
9. | Bubulcus ibis | Kuntul, Bangau putih |
10. | Bucerotidae | Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng (semua jenis dari famili Bucerotidae) |
11. | Cacatua galerita | Kakatua putih besar jambul kuning |
12. | Cacatua goffini | Kakatua gofin |
13. | Cacatua moluccensis | Kakatua Seram |
14. | Cacatua sulphurea | Kakatua kecil jambul kuning |
15. | Cairina scutulata | Itik liar |
16. | Caloenas nicobarica | Junai, Burung mas, Minata |
17. | Casuarius bennetti | Kasuari kecil |
18. | Casuarius casuarius | Kasuari |
19. | Casuarius unappenddiculatus | Kasuari gelambir satu, Kasuari leher kuning |
20. | Ciconia episcopus | Bangau hitam, Sandanglawe |
21. | Colluricincla megarhyncha | Burung sohabe coklat |
22. | Crocias albonotatus | Burung matahari |
23. | Ducula whartoni | Pergam raja |
24. | Egretta sacra | Kuntul karang |
25. | Egretta spp. | Kuntul, Bangau putih (semua jenis dari genus Egretta) |
26. | Elanus caerulleus | Alap-alap putih, Alap-alap tikus |
27. | Elanus hypoleucus | Alap-alap putih, Alap-alap tikus |
28. | Eos histrio | Nuri Sangir |
29. | Esacus magnirostris | Wili-wili, Uar, Bebek laut |
30. | Eutrichomyias rowleyi | Seriwang Sangihe |
31. | Falconidae | Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Falconidae) |
32. | Fregeta andrewsi | Burung gunting, Bintayung |
33. | Garrulax rufifrons | Burung kuda |
34. | Goura spp. | Burung dara mahkota, Burung titi, Mambruk (semua jenis dari genus Goura) |
35. | Gracula religiosa mertensi | Beo Flores |
36. | Gracula religiosa robusta | Beo Nias |
37. | Gracula religiosa venerata | Beo Sumbawa |
38. | Grus spp. | Jenjang (semua jenis dari genus Grus) |
39. | Himantopus himantopus | Trulek lidi, Lilimo |
40. | Ibis cinereus | Bluwok, Walangkadak |
41. | Ibis leucocephala | Bluwok berwarna |
42. | Lorius roratus | Bayan |
43. | Leptoptilos javanicus | Marabu, Bangau tongtong |
44. | Leucopsar rothschildi | Jalak Bali |
45. | Limnodromus semipalmatus | Blekek Asia |
46. | Lophozosterops javanica | Burung kacamata leher abu-abu |
47. | Lophura bulweri | Beleang ekor putih |
48. | Loriculus catamene | Serindit Sangihe |
49. | Loriculus exilis | Serindit Sulawesi |
50. | Lorius domicellus | Nori merah kepala hitam |
51. | Macrocephalon maleo | Burung maleo |
52. | Megalaima armillaris | Cangcarang |
53. | Megalaima corvina | Haruku, Ketuk-ketuk |
54. | Megalaima javensis | Tulung tumpuk, Bultok Jawa |
55. | Megapoddidae | Maleo, Burung gosong (semua jenis dari famili Megapododae) |
56. | Megapodius reintwardtii | Burung gosong |
57. | Meliphagidae | Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili Meliphagidae) |
58. | Musciscapa ruecki | Burung kipas biru |
59. | Mycteria cinerea | Bangau putih susu, Bluwok |
60. | Nectariniidae | Burung madu, Jantingan, Klaces (semua jenis dari famili Nectariniidae) |
61. | Numenius spp. | Gagajahan (semua jenis dari genus Numenius) |
62. | Nycticorax caledonicus | Kowak merah |
63. | Otus migicus beccarii | Burung hantu Biak |
64. | Pandionidae | Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari famili Pandionidae) |
65. | Paradiseidae | Burung cendrawasih (semua jenis dari famili Paradiseidae) |
66. | Pavo muticus | Burung merak |
67. | Pelecanidae | Gangsa laut (semua jenis dari famili Pelecanidae) |
68. | Pittidae | Burung paok, Burung cacing (semua jenis dari famili Pittidae) |
69. | Plegadis falcinellus | Ibis hitam, Roko-roko |
70. | Polyplectron malacense | Merak kerdil |