Beranda

Tuesday, April 29, 2008

Ujung Pangkah Water Bird Watching Race 2008





Tanggal 25-27 April aku kembali didelegasikan oleh PLH Siklus ITS untuk mengikuti event birdrace. Kali ini birdrace yang kuikuti adalah lomba yang diadakan oleh Pecuk-Biologi ITS. Lomba ini dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda antara lain di: 1. Kampus ITS sendiri; 2. Area Tambak Ujung Pangkah Gresik dan 3. Muara Sungai bengawan Solo dan Lepas Pantai Laut Jawa. Begini ceritanya ^_^


Jumat, 25 April 2008
Seluruh rangkaian kegiatan lomba dilaksanakan pada 25-27 April 2008. Semua peserta lomba termasuk tim delegasi PLH Siklus ITS melakukan daftar ulang pada Jumat pagi hari tanggal 25 April 2008 pukul 08.00 WIB di sekretariat Pecuk Himpunan Mahasiswa Biologi ITS. Setelah mendaftar ulang kami mendapat peta lokasi lomba pengamatan burung baik yang berada di Kampus ITS maupun di area pertambakan serta muara Sungai Bengawan Solo. Selanjutnya pada pukul 13.00 WIB dimulai acara pembukaan Ujung Pangkah Water Bird Watching Race 2008 yang bertempat di Plasa DR. Angka ITS. Pembukaan pada saat itu dihadiri oleh para tamu undangan, tim juri, panitia dan tidak ketinggalan para peserta lomba. Kemudian pada pukul 14.00 WIB seluruh peserta tim mendapat briefing atau technical meeting mengenai berbagai ketentuan selama lomba. Penilaian lomba ini berdasarkan: birdwatching, yakni jumlah jenis burung yang berhasil diamati dan dicatat di buku sketsa oleh tiap peserta; birdhunting, yakni jenis burung tertentu (spesies kunci) yang telah ditentukan juri secara rahasia yang harus berhasil diamati; dan quiz, yakni sesi pertanyaan yang diberikan kepada masing-masing peserta lomba.


Yang menarik pada lomba ini masing-masing tim tidak diperbolehkan membawa buku panduan lapangan Mc Kinnon selama pengamatan dilakukan. Jadi buku panduan Mc Kinnon hanya boleh dibuka pada saat selesai pengamatan yaitu pada waktu mengidentifikasi jenis-jenis burung yang belum dikenali. Akhirnya pada pukul 15.00 WIB lomba di area kampus ITS pun dimulai. Para peserta segera berpencar ke seluruh area kampus untuk melakukan pengamatan pertama.


Pada saat itu kami tidak segera melakukan pengamatan, tetapi terlebih dahulu kami melakukan sholat Ashar di lantai dua Plasa Dr. Angka ITS. Setelah sholat Ashar kami langsung bergegas untuk memulai pengamatan I. Lokasi pertama yang kami tuju adalah BPPT ITS dikarenakan disana habitatnya mendukung untuk kehidupan burung-burung dan banyak ditemukan jenis-jenis burung yang beragam di area tersebut. Kami menargetkan waktu hanya 1 jam melakukan pengamatan disana karena waktu pengamatan hanya dibatasi sampai 3 jam. Kemudian kami melanjutkan pengamatan ke Hutan Kampus ITS. Jalur pengamatan yang kami tempuh ke hutan kampus ITS adalah jalur yang sudah kami tentukan sebelumnya, yaitu mengambil rute yang kemungkinan ditemui banyak burung-burungnya. Rute kami melewati sebelah selatan asrama mahasiswa ITS kemudian berjalan ke arah barat ke arah persawahan dan akhirnya menyusuri sungai ke arah utara.


Sepanjang perjalanan yang kami tempuh ternyata banyak ditemukan jenis-jenis burung yang beragam, baik jenis-jenis burung madu, pengicau maupun-burung-burung rawa. Setelah sampai di Hutan Kampus ITS, kami pun segera melakukan pengamatan dan identifikasi jenis-jenis burung yang kami temukan. Target waktu pengamatan kami di Hutan Kampus hanya 1 jam karena terpotong waktu 1 jam untuk perjalanan masuk dan keluar dari hutan kampus. Rute pengamatan di hutan kampus kami mulai dari sepanjang jalan setapak antara rawa dan kebun kacang panjang. Lalu kami lanjutkan memasuki kebun jagung dan rawa-rawa eceng gondok. Banyak spesies burung yang kami temukan, hingga menambah jumlah daftar pengamatan kelompok kami. Akhirnya kami menemukan spesies yang dari tadi kami tunggu yaitu Bambangan Hitam dan Mandar Batu yang merupakan spesies endemik hutan kampus selain Blekok Sawah dan Kareo Padi. Pukul 17.30, kami mulai mencari jalan keluar hutan kampus, karena batas pengumpulan hasil pengamatan pada pukul 18.00. Setelah keluar dari hutan kampus kami menyelesaikan dan merapikan hasil pengamatan kami. 15 menit sebelum batas waktu pengumpulan yang ditentukan panitia, kami kembali ke sekretariat Pecuk di Gedung Biologi untuk mengumpulkan data skesa pengamatan kami. Kami sangat puas karena hasil pengamatan yang kami lakukan memenuhi target, yaitu lebih dari 40 jenis burung yang berhasil teridentifikasi.


Setelah mengumpulkan hasil pengamatan kami ke panitia, kami diberi waktu untuk istirahat hingga pukul 19.30. Waktu yang tersedia kami gunakan untuk sholat magrib di Sekretariat Siklus dan pukul 19.00 kami kembali ke Sekretariat Pecuk untuk makan malam. Pukul 19.30 seluruh peserta lomba kumpul di lapangan melakukan persiapan untuk perjalanan menuju Ujung Pangkah, Gresik. Pukul 19.55 pemberangkatan ke Ujung Pangkah dengan menggunakan bus yang disediakan panitia. Perjalanan yang kami tempuh ke Ujung Pangkah kurang lebih 2 jam. Hingga kami tiba di Ujung Pangkah pukul 22.00. Semua peserta turun dari Bus dan di arahkan menuju ground camp. Kemudian kami mulai mendirikan tenda dan mengecek perlengkapan yang dibawa. Panitia lalu membagikan seluruh buku Mc Kinnon peserta untuk mengidentifikasi kembali jenis-jenis burung yang belum dikenali pada pengamatan I. Pukul 23.00 kami sudah dipersilakan untuk istirahat dan digunakan untuk sholat isya. Setelah bergantian untuk sholat, kami merapikan dan melengkapi data pengamatan kami sebelumnya dengan buku Mc Kinnon yang kami pinjam dari Pecuk hingga pukul 00.00 WIB. Setelah selesai melengkapi data, kami mulai tidur pada pukul 00.30 WIB.


Sabtu, 26 April 2008
Pukul 04.15 kami bangun dan bersiap-siap sholat shubuh serta membersihkan diri hingga pukul 05.30. Kemudian perwakilan dari tiap-tiap kelompok dikumpulkan untuk briefing tentang batas lokasi pengamatan II, yang berada di sekitar tambak burung. Setelah itu sarapan hingga pukul 06.00 dan lomba pun dimulai. Kami pun segera mengidentifikasi jenis-jenis burung yang kami temui. Pada saat itu banyak burung-burung yang tengah melintas di udara. Kebanyakan burung-burung itu adalah jenis burung dara laut dan burung-burung pantai. Kemudian kami mulai memasuki area konservasi burung di pertambakan Ujung Pangkah.

Banyaknya jenis burung yang bergerombol di pohon-ph men yulitkankami dam melakukan identifikasi. Dibutuhkan ketelitian dan kejelian yang tinggi untuk mengidentifikasi jenis-jenis burung yang bergerombol tersebut. Setelah berhasil mengidentifikasi jenis-jenis burung tersebut kami melanjutkan pengamatan ke lokasi lainnya. Waktu pengamatan dibatasi hingga pukul 11.00. Salah satu jenis yang berhasil didapatkan SIKLUS yaitu Pecuk padi kecil sebagai spesies kunci yang telah ditentukan panitia.



Setelah waktu pengamatan berakhir, peserta diberi waktu untuk ishoma hingga pukul 12.30. Setengah jam kemudian diadakan pembagian kelompok perahu untuk pengamatan III. Ada 5 kelompok yang terbentuk, dengan 4 tim pada tiap perahunya. SIKLUS masuk dalam kelompok 5 bersama tim Arismaduta (Tulungagung) dan 2 tim dari KSSL (FKH UGM). Pengamatan III berlangsung di atas perahu yang menyusuri muara Bengawan Solo mulai pukul 13.00 hingga 15.00. Kemudian perahu sampai di lepas pantai Laut Jawa dan berhenti. Di daerah ini SIKLUS mengalami kesulitan melakukan identifikasi burung, karena jumlahnya sangat beragam dan hampir mirip. Dan hal ini dialami oleh semua peserta yang berada pada perahu 5. Kami menyeketsa fisik burung yang belum kami ketahui jenisnya pada buku yang telah disediakan oleh panitia. Pukul 17.15 perahu 5 meninggalkan lokasi pengamatan menuju ground camp dan mendarat pukul 18.00. Kemudian panitia memberi kesempatan ishoma dan mencocokkan sketsa dengan buku panduan pengamatan burung Mc. Kinnon di aula TPI Ujung Pangkah Wetan hingga pukul 20.00.



Acara dilanjutkan dengan Quis. Panitia membagikan lembar jawaban kuis pada tiap tim. Ada soal lisan dan gambar jenis burung di layar LCD yang harus dijawab dalam waktu ± 20 menit. Dari keseluruhan soal (15 soal), SIKLUS mengalami kesulitan untuk menjawab 2 soal karena ragu dalam menentukan spesies yang dimaksud. Pukul 20.20 acara kuis selesai dan peserta dibebaskan untuk beristirahat di ground camp atau beramah tamah dengan peserta lain.



Minggu, 27 April 2008



Kami bangun pukul 04.30 dan sholat shubuh, membersihkan diri dan sarapan. Setelah itu panitia mengumpulkan seluruh peserta untuk briefing penanaman bibit mangrove. Kemudian pukul 06.30 seluruh peserta makan pagi bersama. Pukul 08.00 kami melakukan penanaman bibit mangrove ke seberang sungai dan menyeberang dengan perahu motor. Ada 1000 bibit yang ditanam di sana. Pukul 09.00 kami kembali ke tempat semula dan menanam bibit pohon ketapang di tempat yang tidak jauh dari ground camp. Acara ini merupakan kegiatan yang dilakukan PECUK dalam rangka memperingati Hari Bumi tanggal 22 April. Kegiatan ini selesai pukul 10.00 dan dilanjutkan dengan packing perlengkapan dan tenda. Pukul 11.00 kami dikumpulkan kembali di aula desa untuk briefing pengumuman hasil pemenang lomba Ujung Pangkah Water Bird Watching Race 2008. Sebelumnya ada beberapa sambutan dari tokoh masyarakat dan panitia, lalu dilanjutkan dengan perkenalan dari masing-masing peserta. Acara berakhir pukul 12.00, dilanjutkan makan siang dan berfoto bersama. Kemudian kembali ke Surabaya pukul 12.30.

HASIL LOMBA


Usaha yang dilakukan oleh tim peserta pengamat burung Siklus ITS belum membuahkan hasil yang memuaskan. Sedangkan setelah dilakukan penilaian secara keseluruhan oleh para juri mencakup seluruh kriteria lomba, juaranya adalah sebagai berikut:

1. Juara 1 Bicons Bandung
2. Juara 2 KPB Nycticorax Universitas Negeri Jakarta
3. Juara 3 Haliaster UNDIP Semarang
4. Juara area Ujung Pangkah Bicons Bandung
5. Juara area Kampus ITS KSSL UGM Jogjakarta

Panitia juga mengumumkan spesies kunci (bird hunting) pada lomba ini yaitu Bambangan hitam (Ixobrycus flavicollis), Tikusan alis putih (Porzana cinerea) dan Pecuk padi Kecil (Phalacrocorax niger).

Tuesday, April 22, 2008

Mengintip Bambangan Hitam di Rawa-Rawa Hutan Kampus ITS



Selain burung Bambangan kuning, Bambangan coklat dan Bambangan merah, di hutan kampus ITS ternyata juga terdapat jenis burung bambangan yang lain yaitu Bambangan hitam (Ixobrychus flavicollis). Jenis ini mulai kuketahui ketika diriku dan teman-temanku PLH Siklus ITS sedang melakukan pengamatan burung di Hutan Kampus ITS. Kebetulan pada saat itu aku dipercaya kembali untuk mengikuti Bird Race yang diadakan Pecuk-HIMABITS. Kali ini dengan formasi yang berbeda dari sebelumnya di IBR V, anggota yang didelegasikan selain diriku yaitu Tya dan Erfina yang merupakan anggota muda Diklat XX. Sebelum pelaksanaan lomba kami sepakat untuk tiap hari latihan di Hutan Kampus ITS dan di Pertambakan Wonorejo. Selain itu kami sempat latihan di area BPPT ITS, karena di tempat tersebut juga ditemui beragam jenis burung-burung.
Kami menemukan Bambangan hitam ini ketika melakukan pengamatan di tengah rawa-rawa hutan kampus pada senja hari. Waktu itu hari sudah menginjak petang dan matahari sudah tenggelam di ufuk barat, mungkin kira-kira sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB. Pada saat itu kami kesulitan mengidentifikasi burung ini karena keadaan sekitar sudah gelap. Namun yang pasti dari pengintaian binokuler yang kubawa terlihat samar-samar di lehernya burung tesebut yang berwarna kelabu, terdapat corak-corak garis hitam sampai ke perut. Dan warna badan bagian atas dominan hitam. Kami kira burung tersebut pada awalnya adalah Pecuk-padi kecil, namun setelah melihat bentuk paruh dan lehernya ternyata berlainan. Tetapi beberapa hari kemudian ketika sedang melakukan pengamatan di Hutan Kampus, aku kembali melihat dengan jelas 2 ekor burung ini melintas tepat di atas kepalaku menuju rerimbunan semak dan alang-alang. Aku tak ingin melewatkan momen ini begitu saja, segera kubidik 2 ekor burung tersebut melalui binocular "Tasco" yang kubawa. Lalu segera kubuat gambat sketsanya dalam sehelai kertas. Beberapa menit kemudian seekor lagi tampak terbang meluncur ke dahan pohon. Ternyata setelah kucocokkan dalam buku field guide, burung ini merupakan jenis bambangan yang terbesar yaitu Bambangan hitam (Ixobrychus flavicollis).



Monday, April 21, 2008

Diyakinkan Kera,Lahirlah Minuman Menyegarkan

Dulu siapa mengira buah mangrove dapat menjadi sirup menyegarkan? Di tangan Muchson, ketidakmungkinan itu sirna. BERAWAL dari coba-coba, kini menjadi sumber pemasukan. Itu yang dilakukan Sony panggilan akrab Muchson warga Wonorejo Timur RT 04/RW 07, Kec Rungkut, Surabaya. Sebelumnya, tak pernah terlintas di kepalanya bakal memproduksi sirup berbahan baku buah bakau (mangrove) atau oleh masyarakat biasa disebut bogem.
Pertama kali memproduksi minuman berasa manis sedikit asam menyegarkan ini hanya beredar di kalangan tempat tinggalnya. Namun, seiring bergulirnya waktu, inovasi lelaki ini diakui khalayak. Bahkan, sirup bogem temuannya telah diproduksi massal. Bagaimana awalnya Sony menemukankarya kulinerini? Inspirasinya ternyata datang setelah dia kerap ’’berinteraksi’’ dengan hutan mangrove di kawasan Rungkut. ’’Ide datang setelah mendapati banyak bogem bergeletakan begitu saja di hutan mangrove di Kecamatan Rungkut, tidak ada yang memanfaatkan,” tuturnya.
Sony sempat dihinggapi kekhawatiran sebelum akhirnya merealisasikan idenya itu. Dia khawatir minuman bogem dapat menyebabkan keracunan. Namun, keberadaan habitat kera yang menjadikan bogem di hutan mangrove di sepanjang terusan Kali Wonokromo dan Muara Wonorejo itu sebagai makanan memupuskan ketakutan itu.’’Saya yakin jika bogem aman dikonsumsi setelah melihat banyaknya kera yang makan buah itu,” tutur lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Bojonegoro ini. Lewat belajar secara autodidak, akhirnya Sony tahu jika ada dua jenis bogem yang biasa disebut Soneratia.
”Kalau mangrove jenis Xilocarpus granatom atau bahasa Jawanya nyireh, yang bentuknya bulat seperti granat sangat cocok buat bahan baku kosmetik,” papar lelaki berkumis ini. Sony menambahkan, sebenarnya inspirasi membuat sirup bukan dilatarbelakangi keyakinan bahwa bogem aman dikonsumsi. Namun, juga didasari fenomena tentang hubungan antara komunitas masyarakat pesisir dan hutan mangrove. Suami Riyati ini lantas mencoba membuat sirup.Hasilnya, bogem sukses dijadikan minuman, meski baru sebatas untuk kalangan keluarga dan tetangga. Sukses pada uji coba kian menguatkan tekad Sony mengomersialkan minuman ini.’’Bogem yang masak pohon akan jatuh sendiri,”tandasnya. (soeprayitno)
Surabaya - Mangrove atau bakau ternyata tidak hanya berfungsi sebagai penahanan gerusan air terhadap daratan. Tapi juga bisa dijadikan apapun. Mulai dari bedak, makanan kecil hingga bahan minuman.Seperti yang dilakukan oleh warga di kawasan Wonorejo Rungkut Surabaya. Warga di kawasan tersebut menjadi mangrove sebagai sirup seperti halnya buah lychee dan buah markisa. Sirup buah mangrove mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai anti oksidanRasanya mungkin aneh pada saat kita meminumnya. Pasalnya selama ini buah tersebut dibuang dan tumbuh liar di tepi pantai. Sirup dari buah bakau tidak kalah dengan sirup rasa buah lainnya terasa sedikit asam tapi menyegarkan."Buahnya wangi sekali ini yang membuat kita tertarik untuk membuatnya," kata Yudi warga Wonorejo Rungkut kepada detiksurabaya.com, Selasa (15/1/2008).Membuat sirup mangrove-pun, kata Yudi, juga sangat mudah. Buah yang masak dikupas kemudian dicuci dan diperas diambil sarinya. Setelah itu sari buah bakau direbus dengan gula dan air."Dua kilo buah bakau direbus dengan 2 liter air dan gula seberat Rp 1,5 kilogram. Hasilnya 3 liter sirup atau 3-4 botol," ujarnya.Yudi mengatakan, untuk bahan baku buah mangrove mereka agak kesulitan. Selama ini mereka hanya mendapatkan buah bakau tersebut di sekitar Wonorejo Rungkut.Mereka juga harus berebut dengan kera untuk mendapatkan buah bakau. Kera, kata Yudi, sangat menyukai buah bakau yang masak dan pihaknya juga membutuhkan buah bakau yang masak untuk membuat sirup."Sulitnya pohon mangrove di Surabaya sedikit, kalau banyak mungkin kita nggak akan sedikit kesulitan. Kalau ada kita berebut dengan kera yang juga menginginkan hal yang sama," ungkapnya.Saat ini, tambah Yudi, untuk pemasaran sirup mangrove made in Wonorejo masih dengan cara tradisional dari mulut ke mulut. Pihaknya juga rajin ikut pameran atau kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya.Pekerjaan membuat sirup ini ujarnya baru empat bulan mereka lakukan. Dan sudah lebih dari 1000 liter yang sudah mereka hasilkan. Untuk 1 botol berukuran 750 ml harganya Rp 20 ribu. Sedangkan untuk ukuran botol yang kecil, dikenakan harga Rp 10 ribu. "Peminatnya lumayan banyak sudah lebih 500 liter sirup mangrove yang kita produksi bulan ini," tuturnya. (wln/fat)

Peringatan Hari Bumi Se-Dunia

22 April adalah sebuah momentum besar yang diperingati oleh banyak orang di dunia yaitu Hari Bumi. khususnya orang-orang yang tergabung dalam klub/aktivis Pencinta Lingkungan, Pencinta Alam dsb. Hari Bumi diperingati sebagai simbol kasih sayang manusia terhadap bumi yang semakin terancam rusak karena polusi udara, air , tanah, suara. Itu semua tak lain akibat ulah kita sebagai manusia yang semena-mena dalam mengeksploitasi sumberdaya alam. Maka akhirnya timbulah global warming yang sangat mengancam kelestarian bumi kita. Efeknya bisa dirasakan sekarang ini, yaitu suhu/ cuaca yang tak menentu, banyaknya bencana alam, banayaknya pulau-pulau kecil yang terendam dan masih banyak lagi. Maka dari itu kita semua harus turut mempunyai kontribusi untuk memperkecil / mengurangi efek pemanasan global yang saat ini tengah melanda bumi ini. Sayangilah dan jaga kelestarian bumi kita demi anak cucu kita kelak.
Mari kita bahu membahu menjaga bumi ini dari kerusakan

SAVE OUR EARTH
FROM GLOBAL WARMING
AND FROM THE DAMAGE
CINTAILAH BUMI ANDA MAKA BUMI AKAN MENCINTAI ANDA

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger