Beranda

Friday, December 24, 2010

Baluran Britama Birding Competition 2010 (2)


Pagi itu di Savana Bekol, cuaca cukup cerah. Semak ilalang yang menghampar luas dengan latar belakang Gunung Baluran menjadi penyejuk hati kami selama mengamati burung di area Savana Bekol. Tak salah jika Baluran dijuluki African van Java karena hanya tinggal menambahkan hewan-hewan seperti gajah, jerapah, singa dan hyena maka akan tampaklah pemandangan seperti di Benua Afrika. Lalu satu-persatu jenis burung yang lain hadir menyapa kami diantaranya yaitu Ayam Hutan Hijau (Gallus Varius), Cekakak Sungai (Halcyon Chloris), Cucak Kutilng (Pygnonotus aurigaster), Tepekong Jambul (Hemiprocne longipennis), Madu Sriganti (Nectarinia Jugularis), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Bentet Kelabu (Lanius scach), dan Dederuk Jawa (Streptopelia bitorquata). Di tengah-tengah area savana Bekol sebelah barat terdapat sebuah bangunan yang khusus digunakan untuk penyuplai air minum satwa liar. Sedangkan disebelah timur terdapat sebuah kubangan air yang dikelilingi pagar kayu yang digunakan sebagai tempat khusus untuk minum atau berkubang mamalia terrestrial besar seperti rusa, kerbau liar dan banteng.

Langkah kaki dan penglihatan kami terus mencari-cari, dimanakah gerangan jenis burung-burung lain yang belum masuk dalam daftar catatan hasil lomba kami. Aku disini berkeinginan kuat untuk menjumpai burung merak hijau secara liar di alam terbuka yang tak pernah kujumpai sebelumnya. Hmm semoga saja keinginanku itu bisa terwujud. Keasyikan mengamati, tim kami pun terpencar jauh dengan tim 2 AR yang berada di depan. Mr. Bule yang merupakan peserta terjauh yang datang dari Swiss pun melengos pergi dari hadapan kami dengan langkah yang tegap menuju ke arah Pantai Bama. Ketika kami sedang asyik-asyiknya mengamati di area jalan Bekol-Bama, ada dua ekor burung raptor yang sedang terbang menuju ke arah kami. Segera kuintai dua ekor burung itu dengan binokulerku. Dengan ciri-ciri warna bulunya yang bercorak coklat-gelap dan ukuran tubuhnya yang sedang sekitar 30 cm, aku yakin bahwa burung ini adalah jenis Alap-alap Sapi (Falco Moluccensis). Kedua burung ini tampaknya saling berebut daerah kekuasaan untuk mencari mangsa karena beberapa kali terlihat saling beradu di udara. Beberapa jepretan kuarahkan kepada kedua burung tersebut. Namun hasilnya hikz...sungguh jelek!!  Yahh maklumlah kamera digital biasa Kami bertiga kemudian break sejenak di bawah sebuah pohon. Sambil beristirahat dengan iseng-iseng kuarahkan binokulerku ke berbagai sudut, berharap untuk menemukan seekor burung. Namun sialnya aku hanya menemukan seekor monyet ekor panjang yang sedang berjalan di atas rerumputan. Kuarahkan lagi ke sudut yang lain. Dan aku menemukan obyek aneh yang tampaknya bukan semak atau ilalang yang bergerak tertiup angin. Setelah kuamati dan dengan rasa tak percaya mulai kusadari bahwa obyek itu adalah MERAK HIJAU (Pavo muticus)!!!! Alhamdulillah betapa senangnya diriku bisa menemukan burung yang eksotik itu di alam bebas secara liar. Aku lalu menunjukkan kepada winona dan novi. Mereka juga nggak menyangka bisa melihat langsung burung secantik itu. Sayang aku tidak bisa memotretnya dengan jelas karena burung itu berjarak lumayan jauh dengan tempat kami berada. Setelah puas mengamati merak hijau, kami kemudian memutuskan untuk mempercepat perjalanan ke Pantai Bama.

Akhirnya kami bertiga bertemu dengan tim AR 2 di dekat menara pengintai di tengah jalan menuju Pantai Bama. Mereka kelihatannya tampak serius mengamati dari atas menara. Aku melihat hasil catatan mereka, ternyata lumayan banyak yang jenis burung yang mereka dapatkan. Namun mereka belum menemukan merak hijau seperti yang kami temukan sebelumnya. Di area menara pengintai itu kami mencari tempat yang nyaman untuk melakukan pengamatan, karena di sana terdengar sangat riuh kicauan burung yang ada di pepohonan di sekelilingnya. Cipoh Kacat (Aegithinia thypia) dan Prenjak Padi (Prinia inornata) akhirnya masuk dalam daftar catatan kami. Setelah itu kami memutuskan untuk bergerak bersama ke Pantai Bama karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 lebih.

Di salah satu pohon Gebang / Corypha utan kami tak sengaja melihat salah satu jenis burung pelatuk. Langsung saja aku mengintainya dengan binokulerku dan ternyata setelah aku amati ciri-ciri morfologinya burung ini termasuk jenis Pelatuk Tunggir-Emas (Chrisocolaptes lucidus). Burung ini memiliki ciri-ciri jambul yang berwarna merah, sayap yang berwarna kuning keemasan dan strip hitam pada pipi. Hmm lumayan sudah menemukan satu jenis pelatuk, mudah-mudahan di tempat lain kami bisa menemui jenis burung yang lain.

Waktu berjalan merambat pelan, kami terus menyusuri jalan menuju ke Pantai Bama. Tiba di sebuah pertigaan jalan menuju Pantai Bama dan Sumber Manting, kami bertiga memutuskan untuk berjalan menuju ke arah Sumber Manting. Disini lagi-lagi kami kehilangan jejak dengan tim 2 AR. Namun aku berpikir, ya sudah jalan terus saja mungkin nanti kami akan bertemu di Pantai Bama. Jalan menuju ke Sumber Manting tampak berbeda dengan jalan menuju Pantai Bama. Perbedaannya adalah jalannya agak kecil dan berpasir putih. Di kanan kiri jalan vegetasinya juga agak tertutup, dengan jenis pepohonan gebang yang menjulang tinggi mendominasi di awal perjalanan.

Ternyata perjalanan menuju sumber manting sangat melelahkan dan tracknya juga panjang. Beberapa kali kami harus istirahat melepas lelah. Burung-burung yang kami jumpai pun juga
sedikit jumlahnya. Beberapa kali kami mendengar jeritan Elang Ular-bido di tengah perjalanan. Ngapain emangnya kamu do-bido, kok menjerit-jerit segala?hehe...Namun akhirnya di salah satu area kami menemukan suara cerecet gemerisik yang tampaknya tidak asing bagiku. Ya! Benar sekali dugaanku beberapa burung Gelatik Batu-hitam (Parus major) tampak bergerombol di ranting pepohonan. Selain itu kami juga dapat surprise dari burung Takur Ungkut-Ungkut (Megailama haemacephala) yang tampaknya terusik dari persembunyiannya karena keberadaan kami. Burung itu terbang menuju atas cabang pohon yang kering dan bertengger disana cukup lama. Namun ketika akan kami potret sialnya burung itu keburu menghindar. Nggak mau dibilang banci foto kali tuh burung ya!haha.. 
Sumber Manting

Matahari di atas kepala kami makin terik. Jalanan yang kami susuri mungkin masih jauh ke arah Pantai Bama. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, namun kami masih melangkah seperti tak kenal lelah. Mendekati Sumber Manting vegetasi mulai agak tertutup rapat. Banyak pohon-pohon besar seperti Manting (Syzygium polyanthum), Poh-Pohan (Buchanania arborescens), Kesambi (Schleichera oleosa) dan Ketapang (Terminalia catappa) yang mulai mendominasi. Tiba-tiba saja Bugh..Bugh..Bugh...wussss!!! Seekor burung besar yang cantik melintas di atas kepala kami. Alhamdulillah lagi-lagi kami dapat bertemu dengan burung yang cantik lainnya yaitu Julang Mas (Rhyticeros undulatus). Tak jauh dari tempat itu kami mendengar suara burung sangat gaduh. Kwong-kwong-kwong....mungkin ini Rangkong Badak alias saudaranya Julang Mas yang lain pikirku. Hehehe...Dan benar saja ketika kami melangkah beberapa meter dari sana tiba-tiba...klepak-klepak...dua ekor burung berwarna hitam dengan perut putih terbang bertengger di atas pohon, tepat DI ATAS KEPALA KAMI!!! Woowwww..Kami lalu tahan napas supaya burung itu tidak kabur. Emangnya vampir apa!!hehe..Sayangnya burung itu akhirnya mengetahui keberadaan kami lalu terbang menghindar. Mungkin karena kami tak kuat menahan nafas. Heks.... Alhamdulillah sempat saya potret sebelum dia kabur. Burung cantik itu bernama Kangkareng Perut Putih (Anthraroceros albirostris) bukan Rangkong Badak seperti dugaan awalku.

Perjalananpun kami lanjutkan. Kami akhirnya tiba di sebuah tempat yang terdapat sumber air dan papan informasi, Ternyata inilah yang dinamakan sumber manting. Konon nama Manting atau artinya terpelanting dalam Bahasa Indonesia diambil dari kejadian punggawa Mbah Cungking (Adipati Kerajaan Blambangan) yang jatuh terpelanting di sumber air ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat jika berada di sini disarankan untuk mencuci muka atau mandi agar bisa awet muda. Tempat ini pada waktu Bulan Suro sangat ramai dikunjungi masyarakat setempat untuk melakukan ritual-ritual khusus. Kami disini berfoto-foto narsis sejenak. Lalu melanjutkan perjalanan kembali. Di sebuah tikungan kami bertemu dengan bapak-bapak pegawai TN Baluran yang mungkin ditugaskan untuk menjaga di tikungan tersebut. Aku lalu bertanya apakah masih jauh Pantai Bama dari tempat kami berpijak. Bapak itu lalu menjawab katanya tinggal sebentar lagi akan sampai ke Pantai.

Beberapa puluh meter kami melangkah tibalah kami di sebuah pantai kecil yang indah. Hamparan pepohonan bakau menghiasi tepinya. Kami lalu berfoto narsis kembali dan mengabadikan pemandangan indah itu.  Namun itu bukan Pantai Bama yang kami sempat duga, mungkin anak pantainya kali ya. Perjalanan selanjutnya kami menjumpai sebuah pertigaan utama menuju Pantai Bama. Hmm sepertinya sudah tidak jauh lagi pikirku. Alhamdulillah sekitar pukul 12. 00 kami sampai di Blok Kantor Resort bama. Kami lalu mencari dimanakah gerangan anak-anak tim AR 2 berada. Kami akhirnya menemukan mereka tengah asyik duduk-duduk di bangku di dekat Pantai.

Di area ini banyak terdapat monyet ekor panjang yang sangat usil dan ganas. Mereka tak segan-segan mendekati para peserta yang sedang asyik makan dan merebut makanan yang dibawanya. Barak besar milik panitia pun dirobohkan oleh mereka. Hufth dasar monyet nakal!!  Namun kulihat banyak monyet kecil yang masih bayi dan digendong oleh induknya. Hmm pemandangan yang tampak lucu sekali bagiku. Setelah makan siang dari bekal yang kami bawa pagi tadi, kami menunaikan sholat dhuhur secara berjamaah di musholla blok kantor Bama. Setelah itu kami menyusun dan menyeketsa daftar jenis burung yang kami temukan sebelumnya di buku lomba yang disediakan oleh panitia. Tepat pukul 14.00 kami bersama-sama bergerak menuju kembali ke Savana Bekol melalui Pantai Kalitopo dan Curah Udang. Sekitar 15 menit kemudian sampailah kami di Pantai Kalitopo. Di sana kami secara tak sengaja menemukan seekor burung air yang berukuran besar. Setelah kuamati dari balik binokulerku itu ternyata adalah burung Cangak Laut (Ardea sumatrana). Burung ini sedang berada di tengah karang di laut sepertinya sedang mencari mangsanya yaitu ikan. Pemandangan di Pantai Kalitopo sangatlah indah. Hamparan pasir putih yang masih bersih dan tepinya dihiasi oleh hutan mangrove menjadikan tempat ini sangat alami dan eksotis. Pukul 15.00 kami kembali dari Pantai Kalitopo menuju Savana Bekol melalui Curah Udang. Di perjalanan kami sempat menemui burung Bubut Jawa (Centropus nigrorufus) dan Elang Ular Bido (Spilornis cheela). Kera hitam (Presbytis cristata) sempat menyapa kami sebelumnya di jalan menuju Pantai Kalitopo.

Jalan setapak yang kami lalui tampak lengang menuju Savana Bekol. Vegetasi pepohonan yang mendominasi di samping kiri kanan kami adalah jenis pohon Widoro Bukol (Zizyphus rotundifolia). Di sebuah ranting pohon yang kami menemukan tiga ekor anak burung yang sedang ditinggal oleh induknya. Aku tak tahu jenis apakah burung ini. Kami sempat memotretnya sebagai kenang-kenangan. Bye-bye nak..semoga kalian bisa tumbuh sehat dan menjadi anak yang pintar biar berguna bagi nusa dan bangsa. Haha ngemeng epe ente ini!! Hari semakin sore, kami harus kembali ke Base Camp setidaknya pada pukul 17.00 WIB karena pada pukul 17.30 hasil pengamatan sudah harus kami kumpulkan ke panitia. Di perjalanan sebelum sampai ke Bekol kami menjumpai burung srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) dan dua ekor Alap-alap sapi yang sedang berkerjaran. Mungkin lagi pacaran tuh burung!!hehe

Alhamdulillah akhirnya kami tiba di base camp. Kami lalu merampungkan sketsa maupun keterangan jenis-jenis burung yang kami temukan selama dalam perjalanan tadi. Kami sepakat menuju ke savana bekol untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, sembari melihat-lihat mungkin ada jenis burung lain yang belum masuk list temuan kami. Waktu ku lihat sesaat lagi mendekati pukul 17.30 WIB. Kami segera menuntaskan pekerjaan dan mengumpulkan catatan hasil birding ke panitia. Dan sialnya timku terlambat 8 menit. Wuasyemm...Ya sudahlah, kami pasrah saja. Toh itu sudah menjadi hasil yang maksimal bagi kami. Mudah-mudahan kami bisa memperoleh hasil yang terbaik. Amien.

Setelah mengumpulkan catatan hasil lomba, kami berinisiatif mencetak foto hasil jepretanku kepada panitia. Foto yang ingin kami cetak adalah foto 3 anak burung yang kami temukan tadi. Ternyata di ruangan panitia banyak peserta yang mendaftarkan foto-foto yang ingin dicetak. Kami harus rela mengantri. Setelah itu kami menuju ke Musholla untuk menunaikan sholat maghrib. Setelah sholat, seluruh peserta digiring ke dapur untuk mengantre makan malam. Akupun mengambil jatah makan kemarin malam, jadi akupun makan dobel!!hehe.. Sesudah itu para peserta dikumpulkan oleh panitia di area selatan base camp untuk mengikuti kuis. Peserta di bagi dalam dua kategori, yang expert mengikuti kuis khusus di dalam ruangan panitia sedangkan kategori umum di halaman luar.

Soal sesion pertama meliputi pertanyaan-pertanyaan umum yang berjumlah 10 soal. Pertanyaan yang muncul ternyata mengenai Taman Nasional Baluran dan Istilah-istilah tentang aves. Sesion kedua adalah tebak gambar burung. Disini panitia menyiapkan 10 gambar, dimana memang sengaja gambar-gambar tersebut dipilih khusus yang sulit untuk diidentifikasi. Aku hanya menjawab semampuku saja, namun aku yakin ada beberapa gambar yang InsyaAllah benar. Sesion terakhir adalah tebak suara. Di sesion ini ku lihat para peserta tampak kesulitan mengidentifikasi jenis suara burung. Kami juga tampak kesulitan, karena suara-suara burung itu tampak asing di telinga kami. Dan akhirnya jurus pengawuranpun kami keluarkan. Haha..

Setelah acara kuis selesai, para peserta diinstruksikan duduk melingkar mengitari api unggun oleh panitia. Mungkin ini malam keakraban sekaligus malam perpisahan terakhir sebelum para peserta meninggalkan Taman Nasional Baluran keesokan harinya. Seorang panitia lalu menyalakan pemantik api yang didesain khusus untuk menyalakan api unggun. Kemudian Bruuurrrr....Api membakar kayu-kayu yang ditumpuk dan menghangatkan suasana malam keakraban. Di malam itu panitia menyuguhkan pesta jagung rebus dan menyiapkan games-games berhadiah untuk para peserta. Panitia lalu mempersilahkan para peserta yang mewakili pulaunya masing-masing untuk maju ke depan menyampaikan pesan kesannya selama mengikuti lomba. Satu persatu tim peserta yang datang dari pulau Sumatra, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan dan Papua maju ke depan. Aku sungguh merasa sangat antusias menyimak beberapa pesan kesan peserta terutama peserta yang datang dari jauh yaitu Papua. Aku salut sekali dan mengapresiasi kedatangan mereka yang datang dari jauh untuk berkumpul di sini, memeriahkan acara diantara para birdwatcher dari beragam usia, latar belakang pekerjaan dan profesi. Malam itu terasa sangat spesial bagi kami, mengingat keesokan harinya akan berpisah dengan saudara-saudara kami yang datang dari seluruh pelosok negeri. Tak terasa malam semakin larut, acarapun selesai sudah. Para peserta kembali istirahat ke tendanya masing-masing. Malam itupun aku kekenyangan karena telah menghabiskan 2 piring nasi, snack 2 bungkus dan jagung bakar 3 buah. Dan aku langsung tertidur pulas....hehe  Minggu, 25 Juli 2010.

Aku terbangun dari tidur pukul 04.30 WIB dan segera saja aku melangkah menuju musholla untuk melaksanakan kewajiban sholat subuh. Lalu sekitar pukul 06.00 WIB aku mengajak adik-adikku untuk melakukan pengamatan untuk yang terakhir kali di Baluran. Peratama kali kami menuju ke arah menara pengintai untuk melihat sunrise. Kami disambut oleh suara burung Cabak Kota (Caprimulgus affinis) ketika sampai di atas menara. Burung nokturnal itu tampak berkeliling berputar-putar bersiap menuju sarangnya. Ternyata sunrise yang kami tunggu tidak muncul karena terhalang awan. Namun pemandangan pagi itu cukup indah. Cahaya kemilau kemerah-merahan di ufuk timur merebak, menyeruak perlahan menggantikan cahaya malam yang gelap.

Setelah puas mengamati dari atas menara, kami bergerak menuju ke arah utara menyusuri jalan aspal menuju batangan. Lumayan hasil yang kami temukan, burung-burung cantik diantaranya Bentet kelabu (Lanius scach), Sepah Kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Ayam Hutan Hijau (Gallus varius) dan Elang Ular Bido (Spilornis cheela) menyapa kami di pagi itu. Lalu kami tiba-tiba bertemu mas dimar dari comata UI. Tampaknya dia lagi berburu foto burung yang diincarnya. Dan dengan senangnya dia menunjukkan karya hasilnya kepada kami. Burung-burung yang kami temui tadi terekam dengan cantik di kamera DSLR-nya. Hmm jadi ngiri nih pengen punya kamera DSLR!! Pukul 07.00 kami kembali ke base camp karena jadwal makan pagipun tiba. Salah satu dari tim kami mengambil jatah sarapan ke panitia. Kali ini kami dapat 7 bungkus nasi, jadi official tim kali ini dapat jatah makan. Kami makan bersama, seperta biasa nasi bungkus kami gabung menjadi satu agar mempererat rasa kebersamaan.Sembari makan aku memasak air untuk membuat minuman sereal hangat. Alhamduillah, makan pagi yang sungguh nikmat.

Seusai sarapan para peserta berbondong-bondong menuju halaman depan kantor bekol untuk mengikuti sarasehan dan penutupan acara lomba. Setelah menyimak dan sambutan-sambutan dari para juri dan pejabat yang bersangkutan, maka selanjutnya adalah moment yang ditunggu-tunggu oleh para peserta yaitu pengumuman pemenang lomba. Ku lihat para peserta tampak tegang menunggu pengumuman dari juri. Adapun tim juri terdiri dari 3 orang yaitu : Bapak Karyadi Baskoro (Dosen Fakultas Biologi, UNDIP Semarang), Bapak Wilson (Dosen Universitas Andalas Padang), Bapak Dikaryanto (Polhut Taman Nasional Baluran). Namun kami bertujuh tampak santai menunggu pengumuman tersebut. Hehehe..Dan Siapakah yang keluar sebagai pemenang?jreng..jreng..jreng..Pak Karyadi Baskoro sebagai juri lalu membacakan hasilnya. Namun sebelum beliau membacakan hasilnya beliau sempat berpesan pada lomba ini semuanya adalah yang terbaik dan semuanya menjadi juara konservasi untuk melestarikan alam di daerahnya masing-masing. Hmm sungguh kata-kata yang bijaksana. Dan hasilnya adalah :
Kategori Expert : Juara 1 : Heru Cahyono dari Biologi Universitas Negeri Malang
Juara 2 : Bapak Kuat Wahyudi dari Taman Nasional Bali Barat
Juara 3 : Dhimas H Pradana dari KSHL Comata UI
Kategori Beginner :
Juara 1 : Volunteer dari Taman Nasional Bali Barat
Juara 2 : Al Soneta dari Jogjakarta
Juara 3 : Lantjoeran dari Biologi Universitas Negeri Semarang
Wow!!selamat ya bagi pemenang!! Masing-masing pemenang berhak mendapat hadiah Trophy dari Direktur Jendral PHKA, Kementerian Kehutanan (Kategori Expert), Tophy Bupati Situbondo (Kategori Beginner), Hadiah utama uang tabungan dari BRI-BRITAMA, total senilai 21 juta, Hadiah tambahan bingkisan dari Dispadbudpora Kabupaten Situbondo, Cartenz Adventurer, Yayasan Kutilang (Juara 1 Beginner). Usai acara seluruh panitia dan peserta berkumpul untuk foto-foto bersama. Setelah itu para peserta kembali ke tendanya masing-masing untuk melakukan packing. Aku yang sejak pagi belum mandi segera ngacir menuju kamar mandi. Huahh seger rasanya setelah membasuh seluruh tubuh. Akupun segera menyelesaikan packingku dan bersiap-siap untuk kembali menuju batangan.

Truk yang akan mengantarkan peserta kembali ke Batangan pun sudah berbondong-bondong datang ke area base camp. Para peserta satu persatu naik ke atas truk. Truk yang kami tumpangi lalu tancap gas menuju ke arah batangan meninggalkan sejuta kenangan yang manis di Baluran. Ku lihat wajah-wajah para peserta pada saat itu mungkin sedih berpisah dengan tempat seindah ini. Wahai Baluran..sampai berjumpa lagi di lain waktu dan kesempatan. Semoga engkau tetap lestari dan dapat menjaga kelangsungan hidup flora fauna yang ada di sini. Aku lebih terharu lagi..ketika kami meninggalkan area base camp peserta, tampak seekor rusa tepat berada di belakang kantor Bekol sedang menatap kami. Mungkin di dalam hatinya ia mengucapkan salam perpisahan kepada kami dan berterimakasih telah sudi mengunjungi ia dan kawan-kawannya di Taman Nasional Baluran. Moment itu tak dilewatkan oleh Mas Dimar, ia lalu memotretnya dengan kamera kepunyaannya. Di tengah perjalanan kembali kami dikejutkan oleh seekor Merak Hijau yang juga tampaknya menyampaikan salam perpisahannya kepada kami. Ia begitu tenang melihat kami seakan bersedih hati melepas kepergian kami. Tak lupa si Ayam Hutan Hijau dengan tulusnya menyampaikan rasa terimasih atas kunjungan kami. Di tempat yang lain di tengah perjalanan kami seakan tak percaya, seekor burung raptor besar yaitu Elang Brontok tampak tenang bertengger di sebuah dahan menatap kami dengan haru. Ya Allah..Aku sangat terharu sekali melihatnya. Andaikan mereka bisa bicara mungkin mereka akan menyampaikan rasa harunya kepada kami. Hiks3...Selamat berjumpa kembali kawan. Kami akan sangat merindukanmu dan semoga kalian baik-baik di sini. Take care kawan.. 

Kamipun tiba di kantor Batangan sekitar pukul 14.00 WIB. Lalu berpamitan kepada teman-teman yang lain dan menunggu kedatangan bus menuju ke arah Surabaya. Bus yang ditunggu pun tiba dan akhirnya kami pergi meninggalkan Taman Nasional baluran dengan penuh kenangan dan pengalaman indah. Di bus itu kami pulang bersama rombongan teman-teman dari Jogja dan Universitas Andalas Padang. Kami bersyukur karena di saat uang saku kami untuk pulang menipis, alhamdulillah kami diberi rejeki oleh seorang Bapak yang dulunya berasal dari SMA Boyolangu Tulungagung dan sekarang bekerja di Taman Nasional Bali Barat. Terimakasih Bapak, semoga amal baik Bapak mendapat balasan yang setimpal oleh Allah SWT. Amien.

Kami terlelap tidur di bus itu hingga akhirnya mengantarkan kami tiba di terminal Bungurasih Surabaya sekitar pukul 23.00 WIB. Surabaya pada waktu itu sedang diguyur hujan. Aku dan adik-adikku lalu menuju mushola di terminal untuk menunaikan sholat Magrib dan Isya. Setelah itu melihat ada seorang penjual nasi bungkus, aku lalu membeli 4 bungkus dan 3 bungkus mie putih. Seperti biasa kami campur adukkan seluruh mie dan nasi lalu kami makan bersama. Sehabis makan kami pergi menuju ke peron bus untuk masuk ke dalam terminal. Aku lalu mengantarkan adik-adikku sampai di Bus menuju Tulungagung. Kami berpisah sampai disini. Aku kemudian menuju bangku di ruang tunggu penumpang untuk istirahat menunggu bus kota yang berangkat jam 5 pagi. Aku akhirnya sampai di Kos pukul 07.00 Wib pada Hari Senin. THE END...
Special Thanks To :
 Allah SWT dan Rasul-NYA
 Mas Didik yang berkontribusi penuh sebagai donatur
 Adik-adikku semuanya : Wira, Safak, Winona, Novi, Candra dan Trimul. Terus Semangat&Terus lanjutkan perjuangan kalian sebagai bibit-bibit calon kader konservasi.
 Saudara-saudaraku PA. Arismaduta yang lainnya, thanks atas doanya.
 Saudara-saudaraku birdwatcher peserta Baluran Birding Competition : Comata UI, Kepak Sayap UNJ, Biologi Univ Andalas padang, Himpala Unrika Batam, Pelatuk Unnes, Green Communnity Unnes, Al Soneta, KSSL UGM, Peksia Unair, Pecuk ITS, Bionic UNY, Haliaster Undip, Borneo Bird Community, Biologi UNRAM, Volunteer
Bali Barat, Teman-teman dari Papua dan seluruh peserta yang lain. Lanjutkan perjuangan teman-teman untuk melestarikan burung dan habitatnya.
 Bapak dari official volunteer TN Bali Barat. Terimakasih atas sumbangan uang sakunya. Semoga bapak diberikan ganjaran rejeki yang berlebih di lain waktu oleh Allah SWT. Amien
By : AR 58 JALA

Monday, December 20, 2010

11 gunung paling mematikan di dunia

Kasus-kasus kecelakaan mendaki gunung, sudah sering terdengar. Namun tidak menyurutkan para petulang sejati untuk menekuni hobi berbahaya ini. Kadang tantangan, dan keinginan menaklukkan gunung begitu tinggi sehingga tidak membuat jeri risiko yg bakal diterimanya bila gagal. Berikut ini daftar 11 gunung paling berbahaya bagi para pendaki karena banyaknya korban yang merenggang nyawa karena berusaha menaklukkannya.

1. Annapurna Mountain

Gunung Annapurna terletak di Nepal, memiliki tinggia 8000 meter. Termasuk dalam daftar 10 besar gunung tertinggi di dunia, serta termasuk salah satu palin berbahaya karena banyaknya pendaki yang tewas saat berusaha menaklukkan medan Annapurna. Berdasarkan catatan, sejak pertama kali di buka untuk pendakian umum tahun 1950, gunung ini telah menelan korban tewas 53 pendaki. Jika ingin mencoba mendaki Annapura, disarankan carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang medan gunung tersebut. Yang terbaik adalah menyusuri Annapurna Sanctuary di Nepal.

2. K2 Mountain

Gunung yang terletak di atas Athabasca River Valley of Jasper National Park, 1½ km east of Mount Kitchener, Kanada, ini, merupakan gunung tertinggi kedua di dunia dan dikenal dengan medan tersulit di dunia, sehingga hanya pendaki yang berpengalaman saja agaknya yang bisa mendaki gunung ini. Bahkan rute yang dianggap paling mudahpun, memerlukan kerja keras dan tergolong rumit. Batu-batu yang curam, serta harus melintasi tiang-tiang es yang tipis yang bisa roboh sewaktu-waktu tanpa peringatan. Kesukaran medan ini membuat gunung ini menjadi salah satu paling berbahaya di dunia. Agustus tahun lalu menjadi bulan paling kelam, 11 pendaki tewas mengenaskan. Ini kecelakaan tertinggi sejak 1986 di mana 13 pendaki tewas hanya dalam tempo dua pekan.

3. Nanga Parbat

Nanga Parbat berada di urutan kesembilan gunung tertinggi di dunia terletak di Pakistan. Dalam tingkat kesulitan, medan gunung Nanga Parbat disebut sama beratnya dengan K2. Sulitnya medan pada gunung ini membuat ia mendapat julukan “The Man Eater” . Bisa jadi ini karena banyaknya pendaki yang tewas di sini.

4. Kangchenjunga

Kangchenjunga, adalah gunung tertinggi ke-3 di dunia setelah Gunung Everest dan Chogori) dengan ketinggian 8.586 meter (28.169 kaki). Gunung ini juga adalah gunung tertinggi ke-2 di Nepal. Kangchenjunga berarti “Lima Harta Karun Salju, karena ia terdiri dari 5 puncak, empat diantaranya mencapai lebih dari 8.450 meter. Harta karun itu melambangkan 5 benda milik dewa yaitu emas, perak, permata, biji-bijian dan kitab suci. Tingkat kematian di gunung ini termasuk paling tinggi dibanding yang lain, yakni mencapai 22 persen setiap tahunnya. Meski begitu tetap banyak pendaki yang berminat mencoba.

5. The Eiger Mountain

Disebut juga Nordwand, atau wajah utara berada di puncak pegunungan Swiss, merupakan tujuan legendaries bagi para pendaki yang gemar bertualang di gunung-gunung berbahaya. Tercatat mulai didaki tahun 1938. Medan berbahaya mengharuskan pendaki memiliki skill tertentu dan harus mengerahkan segala kemampuannya. Beratnya medan membuat gunung itu mendapat julukan Mordwand atau Murder Wall.

6. The Matterhorn Mountain

Gunung ini berbentuk unik, menyerupai terompet yang naik dari lembah sekitarnya. Gunung ini terkenal sebagai salah satu yang memiliki tingkat kematian tinggi. Ada beberapa factor yang menyebabkan, medan yang berat, termasuk longsoran salju atau bebatuan yang bisa datang tibe-tiba.

7. Mt. Vinson

Mt Vinson, gunung yang paling tinggi di Antartika. Tapi bukan soal tingginy yang penting, namun tingkat kesukaran dan tingginya kematian di sini, membuatnya masuk dalam daftar gunung gunung paling berbahaya di dunia. Satu hal lagi yang mungkin harus menjadi pertimbangan para pendaki, adalah cuaca dingin yang bisa mencapai sangat ekstrem dan sulit ditebak, membuat orang harus berpikir ulang bila ingin mencoba mendaki. Waspadalah, sebab kecelakaan kecil saja pun bisa berakibat fatal.

8. Baintha Brakk Mountain

Populer dengan sebutan raksasa, Baintha Brakk merupakan salah satu gunung paling sulit di daki di dunia. Mulai didaki pertama kali tahun 1971. Salah satu pendaki yang pernah merasakan kekejaman Baintha Brakk adalah Doug Scott, yang sempat patah kedua kakinya, dan terpaksa turun merangkak melawan angin topan menuju base camp. Ini sungguh luar biasa, namun tak menyurutkan para petualang berbahaya untuk mencoba dan mencoba lagi. Kematian bukan hal yang menakutkan bagi para pendaki ini. Kisah-kisah kegagalan membuat gunung ini sangat terkenal di dunia dan memiliki reputasi paling berbahaya tiada tara.

9. Mt. Everest

Tercatat 1.500 orang lebih telah mencoba mendaki gunung yang paling tinggi di dunia ini. Dari jumlah ini hanya 50 orang lebih yang berhasil sampai di puncaknya. Kalau dilihat dari ketinggian gunung ini, maka tak dapat disangkal lagi kalau gunung ini paling berbahaya di dunua. Jika anda berniat ke sana, anda akan menemui perkemahan Everest di bawah, di sanalah para pendaki Everest berkumpul.

10. McKinley Mountain,

juga dikenal sebagai Denali, adalah gunung yang paling tinggi di Amerika Utara. Meskipun ketinggiannya adalah hanya 20.320 kaki, namun kesulitan medannya tidak kalah dari gunung gunung tinggi lainnya. Cuaca dan suhu merupakan hal paling serius dalam mendaki gunung ini. Karenanya tingkat keberhasilan mendaki gunung ini hanya 50 persen, sebagian menyerah sebelum mencapai puncak.

11. Fitz Roy Cerro Chalten, atau Mount Fitz Roy,

adalah gunung yang paling tinggi di Patagonia’s Los Glaciares National Park. Fitz Roy dikeliling batu curam yang menyulitkan pendaki untuk mencapai puncak. Cuaca yang sulit ditebak juga membuat gunung ini menjadi teramat berbahaya. Itu sebabnya, jarang ada pendaki yang mau mencoba mendaki Mount Fitz Roy. Dalam setahun hanya satu pendaki nekad yang menjajal kesulitan gunung ini.

Monday, December 6, 2010

Kisah Seekor Kucing Backpacker

Ini nih seekor kucing yang mempunyai jiwa backpacker. Nih kucing udah berpergian sejauh 9000 mil lo!!dari Miami ke Argentina. Wuahh salut ama nih kucing gan!! :)



Nadine Chandrawinata Siap Rilis Film Backpacker


JAKARTA - Nadine Chandrawinata adalah seorang yang cinta dengan alam. Hobinya bertravelling ke temat-tempat yang eksotis. Dia juga senang bepergian ala backpacker. Oleh karena itu, dara cantik ini membuat film bertema backpacker.

"Saya sedang menyiapkan film tentang backpacker. Film ini independen. Mudah-mudahan tahun depan dirilis. Judulnya, Segar Mata. Di film itu kita mengangkat keindahan gunung-gunung yang ada di Indonesia," kata Nadine, belum lama ini.

Tujuan Nadine membuat film dan buku mengenai alam Indonesia simple saja.

"Secara tidak langsung kita membuka mata orang tentang Indonesia. Itu bukti bahwa kita mempunyai keindahan alam yang luar biasa," ujarnya yakin.

Tak puas hanya membuat film, kakak dari si kembar Marcel dan Mischa Chandrawinata ini juga menulis buku. Temanya masih tentang panorama ayu alam Ibu Pertiwi.

"Sambil melihat sisi lain dari Indonesia, saya tetap berkarya di bidang lain, seperti bikin buku," jelas Putri Indonesia 2005 itu.

Dikutip dari berbagai sumber

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger