Beranda

Wednesday, March 17, 2010

Dasar-Dasar Arung Jeram (3)


SUNGAI

Bahasan akan berkisar pada aliran sungai serta gejalanya dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan untuk pengarung jeram. Memerlukan latihan yang sering dan berulang-ulang untuk jadi mahir membaca dan mengerti seluk beluk mengenai karakter sungai. Bagaimanapun bagi pengarung jeram suatu pengertian mengenai sifat dan dinamika sungai penting untuk diketahui. Suatu saat, ketika kita melintasi suatu sungai, pertanyaan yang ada di benak kita adalah : sungai itu lebar/sempit, berarus deras/lambat, debit airnya besar/kecil, landai/curam, dsb. Jawaban kesemuanya adalah merupakan faktor penyebab terjadinya jeram.


DEFINISI JERAM / RIAM

Jeram adalah bagian sungai dimana air mengalir dengan deras dan cepat dan bertaburan diantara banyak batu dari berbagai ukuran dan seakaligus membentuk turbulensi dan arus balik. Hal yang paling sulit ketika mengarungi sungai adalah pada saat menjumpai jeram / riam. Tapi disitulah kegembiraan biasanya muncul.


FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JERAM

Secara umum ada 4 faktor penyebabnya :

1. VOLUME AIR

Menunjukkan ukuran jumlah air yang melewati satu titik tertentu di sungai dalam satuan waktu tertentu. Ukurannya cfs (cubiq feets per second). Data mengenai volume air penting untuk diketahui, bilamana volume air tinggi atau rendah, sehingga bisa memastikan apakah sungai bisa diarungi atau tidak. Kondisi terbaik mengarungi sungai ketika volume mencapai 800 - 10.000 cfs. Biasanya ukuran volume air dapat dianggap sebagai tinggi air dan kekuatan aliran sungai. Di negara kita, situasi ini dapat terjadi pada bulan April s.d November. Diluar bulan tersebut, sifat sungai akan cepat berubah secara drastis. Sungai dengan vol. 800 - 10.000cfs cenderung mudah dilalui, karena kendali melalui jeram dan rintangan relatif lebih mudah dikuasai. Sebaliknya sungai besar dengan vol diatas 40.000 cfs umumnya sulit dilalui dan dihindari.Sekali terjebak dalam lengkungan ombak dan menabrak rintangan batu, cenderung berakibat menghancurkan. Untuk mengetahui jumlah volume / debit air suatu sungai pada suatu tempat dapat diukur; Mengetahui luas penampang sungai Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur lebar sungai pada satu titik, kemudian mengukur kedalaman sungai setiap 5 meter dari satu titik ke titik lainnya pada satu garis lebar sungai. Mengetahui kecepatan arus sungai. Arus air diukur dengan menghitung waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu obyek untuk menempuh suatu jarak tertentu. Volume / debit air sungai dapat diketahui dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan arusnya. Untuk melakukan pengukuran volume/debit air ini kita harus mencari tempat yang memungkinkan kita untuk dapat menyeberanginya dengan mudah untuk mengukur kedalaman dan lebar sungai, serta arus sungai yang relatif sama pada tempat kita mengukur volume/ debit air sungai supaya tercapai akurasi yang tinggi.

2. TINGKAT KECURAMAN ALIRAN SUNGAI (GRADIENT)

Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan sebaliknya mendatar. Kecuraman bisa dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kesulitan dan kecepatan alur aliran sungai. Sungai dengan tingkat kecuraman lebih kecil dari 10 kaki per mil biasanya alirannya lambat dan mudah untuk dilalui, sebaliknya bila mencapai 20 kaki atau lebih per mil baisanya arusnya cepat, berbahaya serta sulit dilalui. Untuk mengetahui tingkat kecuraman / kemiringan (gradient) suatu sungai dapat dilihat pada topografi sungai tersebut.

3. TONJOLAN DASAR SUNGAI (ROUGHNESS)

Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran arus sungai. Semakin tak beraturan letak batu di dasar sungai, semakin besar turbulensinya (putaran air ke hilir).

4. PENYEMPITAN LEBAR PENAMPANG SUNGAI (CONSTRICTION)

Penyempitan lebar penampang sungai, diakibatkan oleh pendangkalan dan kejadian alam lainnya. Semakin sempit aliran sungai, semakin deras arus air mengalir.
KOMPONEN JERAM/RIAM Bagian dari jeram/riam, terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:

1. LIDAH AIR (THE TONGUE)

Terbentuk dari dua alur yang terhambat batu dan bertemu membentuk huruf ‘V’ yang mengarah ke hilir. Bila terdapat lebih dari satu lidah air,maka yang terbesar merupakan jalur utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya setelah melalui lidah air, pada ujung lidah air akan diikuti oleh ombak besar yang teratur.

2. OMBAK BERDIRI (STANDING WAVES)

Benturan akhir arus kuat yang mengalir ke bawah dengan arus lambat yang mengalir secara mendatar di dasar sungai membentuk gelombang ke atas yang permanen dan yang disebut sebagai ombak berdiri. Ombak berdiri yang mencapai ketinggian lebih dari 3 meter disebut haystacks. Rangkaian ombak berdiri diawali oleh ombak yang lebih besar dan tinggi yang berangsur-angsur menjadi rendah. Selagi perahu melewati bagian ini, usahakan bagian haluan masuk dalam posisi lurus dan dayung mundur akan membantu perahu masuk melewati ombak yang berikutnya. Jika terpaksa harus melakukan ferry, maka hindari ketika perahu dalam posisi naik, dengan kata lain ferry dilakukan saat perahu menuruni ombak. Perlu diketahui, bahwa deretan ombak yang curam dan bagian puncaknya terpecah, sebaiknya dihindari karena turbulensi/putaran baliknya sangat kuat, tetapi ombak dengan puncak yang relatif mendatar merupakan alur yang aman, sebab perahu dapat naik di atasnya.

3. ARUS BALIK (REVERSAL / HOLES / STOPPER)

Menggambarkan aliran sungai yang mengayun keatas dan berputar ke belakang dengan sendirinya. Secara umum terdapat 3 bentuk arus balik sebagai berikut :

1. Disebabkan oleh batu yang berada di bawah permukaan air dan menghambat aliran air, mengakibatkan permukaan berikutnya berputar ke belakang dari bawah. Reversal ini menghasilkan buih-buih yang tersebar dan mengalir ke atas dan mendatar kebawah. Reversal kecil ini, dapat sementara menahan perahu untuk berhenti, tetapi reversal besar dapat membuat perahu terbalik dan awak perahunya tenggelam dan mati. Sedapat mungkin jenis reversal ini dihindari tetapi bila terlanjur masuk, usahakan agar perahu masuk lurus dan dayung maju sekuat-kuatnya dilakukan serempak agar mencapai arus maju di dasar sungai dan sekitarnya sehingga dengan segera dapat keluar dari radius reversal ini.

2. Hydraulic, merupakan reversal yang disebabkan oleh aliran yang turun secara vertikal. Jenis reversal ini hampir sama dengan reversal di atas, tapi daya putarnya lebih kuat. Hydraulic sangat berbahaya, karena bisa membalikkan perahu dan menenggelamkan awaknya.

3. Back Curling Standing Wave, merupakan reversal yang ujung lidahnya bergelombang melengkung ke belakang. Arus balik ini dengan mudah dapat membalikkan perahu. Biasanya gelombang bentuk ini berpasangan dan ombak pertama dapat mengangkat perahu dan ombak berikutnya memutar dan membalikkannya. Untuk mencegah kejadian ini, dayung korektif yang kuat untuk menahan gaya putar pada ombak pertama tadi.

4. PUSARAN AIR / ARUS BALIK (EDDIES)

Menunjukkan suatu tempat, dibalik batu dimana arus sungai berhenti dan mengalir ke arah hulu. Daerah turbulensi antar suatu pusaran air dengan arus ke hilir biasanya ditandai dengan air melingkar dan bergelembung dan ini biasa disebut sebagai garis atau batas pusaran air / eddies. Jika tenaga pusarannya begitu kuat, maka batas pusaran menjadi putaran turbulensi yang berbahaya karena dapat menarik perahu berputar-putar dan terbalik. Pusaran air banyak dijumpai di air yang mengalir cepat secara beruntun dan dihadang batu besar yang terletak di bagian tengah atau tepi sungai. Bermanfaat sebagai tempat beristirahat atau sebagai tempat mengamati kondisi sungai di bagian hilir.

5. BELOKAN (BENDS)

Belokan sungai perlu dipelajari karena merupakan dasar untuk memasuki belokan jeram / riam yang terletak di antara sela batu. Pada belokan sungai, arus yang cepat dan aliran yang dalam terdapat pada lingkaran bagian luar belokan sungai, antara lain akibat adanya kekuatan centrifugal, karenanya permukaan aliran arus yang berbelok cepat, sebaiknya yang dilalui bagian dalamnya. Perahu yang terperosok dan terlanjur masuk ke ke aliran tepi belokan sungai, kerap kali tidak ada pilihan lain untuk keluar dan baisanya kemungkinan akan terhempas atau menabrak bagian tepi sungai.

6. AIR DANGKAL (SHALLOWS)

Kerap kali dijumpai pada penampang sungai yang melebar, memaksa awak perahu untuk memilih serta mencari dengan berbagai cara dan hati-hati, untuk memilih berbagai jalur untuk lewat. Ketika sedang mengamati berbagai jalur di antara air dangkal, maka yang perlu diingat sebagai petunjuk bahwa permukaan air dengan ombak yang besar biasanya menunjukkan aliran / alur sungai yang terdalam dan memiliki arus yang cepat, masuklah ke jalur ini. Jika suatu tepi sungai permukaannya tinggi, sedang lainnya rendah, maka jalur yang dipilih terletak mendekati tepi yang tinggi. Tempat-tempat yang perlu dihindari adalah dimana aliran sungai yang berombak kecil-kecil, karena merupakan tanda yang kuat bahwa tempat tersebut dangkal.


SKALA TINGKAT KESULITAN SUNGAI

Dengan berbekal pengetahuan tentang sifat dan dinamika sungai di atas maka dengan segera kita dapat mengatisipasi pada saat tertentu, saat kita berada dalam kesulitan. Kondisi yang menyatakan bahwa sungai berjeram itu sulit atau tidak, ditunjukkan melalui skala tingkat kesulitan sungai. Saat ini ada 2 skala yang dikenal dalam olahraga arung jeram, yaitu :

1. INTERNATIONAL SCALE Angka ukurannya adalah I s.d. VI; I = mudah dan VI = amat sulit dan tidak mungkin dilalui. Angka skala kesulitan ini berlaku dan digunakan di sungaisungai Amerika Utara dan juga daratan Eropa.

2. WESTERN SCALE Angka skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon di Amerika yaitu Doc Marston. Ukurannya berkisar 1 s.d 10. Angka skala ini umumnya hanya digunakan di sungai bagian Barat Amerika, salah satunya Colorado.

INTERNATIONAL SCALE WESTERN SCALE DESCRIPTION

0 I air mendatar dan tenang 1 – 2

II Ombak bergelombang kecil, mudah dan tidak ada rintangan/ hambatan yang berarti. Lintasan jalur/ alur sungai sangat jelas 3 – 4

III Tingkat kesulitan jeram agak moderat, sedang, dan lintasan jalur/alur sungai sangat jelas. Memerlukan pengalaman yang cukup ditambah perlengkapan dan perahu yang memadai.

5 – 6 IV Sulit, ombak bergelombang tinggi dan tak beraturan, berbatu-batu, banyak pusaran air, jeram berlintasan sangat jelas tapi sempit. Untuk mengarunginya dibutuhkan keahlian meng-kendalikan perahu.

7 – 8 V Sangat sulit, aliran sungai berjeram panjang dan berturut-turut dan berombak kuat,tak beraturan dan banyak batuan yang membahayakan, pusaran air yang berbuihbuih, lintasan sulit diintai.Diperlukan kendali yang tepat dan cepat.Diutamakan awak perahu yang berpengalaman dan perlengkapan yang terbaik.

9 – 10 VI Teramat sangat sulit,jeramnya sulit dikendalikan berbahaya dan berturut-turut sepanjang jarak tertentu.Diantara awak perahu tidak ada kesempatan saling menyapa,karena setiap saat dihadapi arus berbahaya,aliran yang sangat curam.Kondisi seperti ini sangat memerlukan awak perahu dan perlengkapan yang terbaik.Seluruh awak harus berhati-hati dan tetap waspada. U Sama sekali tidak mungkin dilalui.

Bersambung ke Dasar-Dasar Arung Jeram (4)

Tuesday, March 16, 2010

Belajar tentang Survival, Belajar Berjuang untuk Hidup


DEFINISI

Menurut asal katanya Survival berasal dari bahasa Inggris, yaitu survive yang artinya mampu bertahan hidup atau mampu mempertahankan diri dari suatu keadaan tertentu. Survival itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang berada pada keadaan darurat, oleh suatu sebab. Pengertian survival sebenarnya sangat luas sekali. Tidak terjadi di hutan atau gunung saja dan juga tidak tergantung lamanya waktu yang mungkin diperlukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang sedang ber-survival untuk terus bertahan hidup. Misalnya saja, terjadi kecelakaan pesawat dan penumpangnya ada yang masih hidup maka tindakann penumpang itu untuk bertahan hidup dapat dikatakan survival, karena ia berusaha untuk bertahan hidup. Jadi secara singkat dapat dikatakan, bahwa semua tindakan yang dilakukan untuk bertahan hidup pada keadaan darurat disebut survival. Tetapi, dalam tulisan ini pembahasan tentang survival akan dipersempit cakupannya hanya survival yang dilakukan di hutan termasuk di gunung atau di sungai yang disebut Jungle Survival.

Manusia/orang yang sedang menghadapi, dan mempertahankan dirinya dalam kondisi survival itu, dinamakan Survivor. Survivor ini dapat perorangan atau kelompok.

KONDISI SURVIVAL

A. MENGHADAPI KONDISI SURVIVAL

Dalam kondisi survival, survivor akan dihadapkan pada kondisi - kondisi yang dapat membuatnya stress, seperti ; ketakutan dan kecemasan, panas dan dingin, kehausan dan kelaparan, sakit dan kelelahan, kejenuhan dan kesepian serta kurang istirahat/tidur. Dapatkah survivor mengatasi semua itu ? ya harus !

Secara umum kondisi tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :

1. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka, lelah dan kurang istirahat/tidur dan sebagainya.

2. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan, bosan dan sebagainya.

3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, satwa liar dan sebagainya.

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Aspek fisiologis dan lingkungan dapat mempengaruhi aspek pisikologis. Musuh utama survivor adalah perasaan panik. Seringkali suatu peristiwa yang seharusnya bisa dihindarkan tetapi malah berakhir dengan kecelakaan yang fatal bahkan kematian. Jika seseorang tersesat di hutan atau gunung tanpa pengetahuan yang cukup mengenai teknik hidup di alam bebas, besar kemungkinan ia akan bergerak membabi buta karena panik yang menyebabkan terjepit dalam situasi kritis yang membuatnya tewas. Survival adalah kondisi yang lebih memerlukan kekuatan jiwa.

Kesiapan fisik dan mental merupakan kunci untuk berhasil tidaknya survivor bertahan hidup. Ada beberapa faktor yang menentukan survivor dapat keluar dari situasi dan kondisi survival, yaitu :

1. Mental

2. Kemauan dan kemampuan (mengembangkan kemauan dan kemampuan berpikir).

3. Teknik survival (memahami dan menguasai teknik teknik survival).

Hidup survivor tergantung pada dirinya sendiri, tetapi bukan berarti mengesampingkan kekuatan TUHAN, karena kemauan yang besar untuk tetap hidup mendorong survivor untuk tenang dan sabar dalam menghadapi kondisi survival. Semuanya itu tentu saja ditunjang oleh mental, kemauan dan kemampuan ber-suvival. Mental berarti survivor harus memiliki keyakinan dan motivasi untuk tetap hidup dan keluar dari kondisi survival, bukan meloloskan diri hanya untuk sementara waktu. Kemauan ini dalam arti usaha apa saja yang harus dilakukan agar dapat keluar dari kondisi survival, dalam hal ini menguasai keadaan, sedangkan kemampuan dapat diartikan kemampuan dalam menguasai keadaan dengan tindakan – tindakan logis, aman dan realistis. Hal lain yang menentukan sekali adalah teknik ber-survival, yaitu penguasaan dan pemahaman teknik survival/bertahan hidup di alam bebas.

Selain itu, untuk memantapkan diri dalam usaha menghadapi kondisi survival, tiap huruf dari kata “SURVIVAL merupakan singkatan – singkatan dari langkah – langkah langkah yang harus diingat dalam menghadapi kondisi survival, bila penggiat kegiatan alam bebas dihadapkan dalam kondisi tersebut, yaitu :

S ize up the situation.

Sadarilah kondisi survival tersebut. Bagaimana keadaan diri kita atau teman –teman kita ? Berapa banyak dan bangaimana kondisi bahan makanan dan perlengkapan kita? Dalam kondisi lingkungan seperti apa kita berada?

U ndue haste make a waste.

Berfikirlah sebelum bertindak. Tindakan yang terburu – buru cenderung menghasilkan kesia – siaan. Berfikir dan bertindak dengan bijaksana.

R emember were you are

Kenalilah lingkungan dimana kita berada. Pengenalan lingkungan sekitar memberikan rasa kenal dan berpengaruh terhadap rasa amam. Pengenalan medan merupakan hal yang sangat penting.

V anquish fear and panic.

Kuasailah rasa takut dan panik. Merasa takut adalah adalah hal normal dan perlu, sebab takut merupakan reaksi tubuh yang normal dan berfungsi menyiapkan tubuh dalam menghadapi kondisi tertentu. Perlu, karena rasa takut memberikan tambahan energi bagi tubuh bilamana diperlukan. Namun rasa takut akan berubah menjadi panik bila tidak dikontrol yang dapat menyebabkan orang bertindak terburu – buru dan membuang energi. Panik juga menyebabkan rasa sepi yang selanjutnya menyebabkan putus asa.

I mprovise

Berimprovisasilah. Salah satu cara mengatasi rasa takut adalah mengisi waktu dengan kegiatan yang ditujukan mengatasi kondisi survival. Ubahlah cara pandang dan berfikir terhadap apa yang ada disekitar kita.

V alue living

Hargailah hidup. Merupakan hal yang terpenting dalam menghadapi kondisi survival. Bagaimana sikap kita terhadap hidup dan harapan serta cita – cita dalam hidup kita akan menumbuhkan motivasi dan keyakinan untuk dapat bertahan dan keluar dari kondisi survival. Penghargaan terhadap hidup, akan menjauhkan diri dari rasa putus asa.

A ct like the native

Berlajarlah dari penduduk setempat. Karena mereka lebih mengetahui dan menguasai medan. Jika bertemu penduduk bersikaplah ramah. Ingat pepatah “Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung”

L earn basic skill

Belajar dan berlatihlah teknik – teknik dasar. Disinalah perlunya pemahaman dan pengusaan teknik survival. Kalau prosedur dan teknik survival telah dikuasai dan dipahami, sehingga merasuk dalam diri kita, maka hal – hal dalam menghadapi dan keluar dari kondisi Survival dapat dilakukan secara otomatis.

B. PRIORITAS – PRIORITAS KONDISI SURVIVAL

Apabila seorang penggiat kegiatan alam bebas telah memahami, dan mengerti dari singkatan – singkatan kata SURVIVAL dan penjabarannya tersebut, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat prioritas dalam menghadapi kondisi survival. Walaupun, setiap kondisi survival dapat berbeda – beda. Karena tulisan ini membahas survival di hutan atau di gunung, maka prioritasnya pun untuk keperluan gunung hutan. Prioritasnya sebagai berikut :

1. Tindakan Pertolongan Pertama bila mendapat kecelakaan/cedera apapun bentuknya.

2. Mencari dan membangun shelter/bivak.

3. Memperoleh dan menghemat makanan.

4. Menyiapkan perlengkapan untuk memperoleh siyal darurat.

5. Jika memang diperlukan, persiapkan perjalanan.

Tindakan pertolongan pertama (PP) merupakan hal yang mutlak dilakukan dahulu bila survivor mendapat kecelakaan/cedera apapun bentuknya. Sebab bila dibiarkan, luka kecil yang tidak berbahaya bisa menjadi luka yang besar. Misalnya lecet atau tersayat duri akan infeksi dan semakin parah jika dibiarkan yang menimbulkan luka menjadi lebih besar.

Untuk meminta pertolongan, maka dapat digunakan siyal – siyal darurat yang dapat menarik perhatian orang atau regu penolong yang mencarinya. Sinyal – sinyal darurat tersebut dapat dibuat dan dilakukan dengan peralatan sederhana. Misalnya, pluit atau pada tempat tempat terbuka dapat menggunakan cermin atau benda mengkilat yang akan mencapai jarak yang jauh. Selagi matahari bersinar cerah pantulkan alat tersebut ke tempat – tempat yang diperkirakan banyak orang. Selain itu, isyarat untuk meminta pertolongan dapat dilakukan pula dengan membuat asap. Untuk memperoleh asap warna putih, bakarlah ranting atau kayu dalam jumlah banyak. Setelah menjadi bara maka siramlah dengan air secara teratur kea rah bara tersebut atau dapat dilakukan pula dengan membakar daun – daun kecil yang masih hijau dalam jumlah banyak. Maka akan dihasilkan asap berwarna putih.

Berteriak – teriak memang dilarang, tetapi untuk meminta pertolongan perhatikan dulu situasinya. Perhatikanlah bahwa regu penolong atau teman ada yang mencari dan bias dijangkau dengan terikan. Bila tidak, lebih baik menghemat tenaga dengan tidak berteriak – teriak.

Untuk melakukan prioritas lainnya, tentunya diperlukan suatu pengetahuan atau teknik. Karena akan lebih sulit melakukannya jika tidak mengetahui cara termudah atau tercepat dalam melakukannya. Teknik – teknik tersebut dapat dikatakan sebagi teknik survival.

Monday, March 15, 2010

Pengenalan Biologi Praktis Untuk Para Petualang


Di antara jenis-jenis tumbuhan dan binatang yang akan ditemui di lapangan nanti, sebenarnya banyak yang bisa kita manfaatkan, baik untuk makanan dan obat-obatan, maupun dijadikan sebagai indikator/petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam atau keadaan suatu daerah tertentu. Namun kita juga dituntut untuk selalu berhati-hati karena ada sebagian dari tumbuhan dan binatang tersebut yang justru dapat membahayakan kita.

I. BOTANI PRAKTIS

Di antara ribuan jenis tumbuhan yang terdapat di hutan, pada umumnya banyak yang bisa kita makan. Saat kita berada di hutan dataran rendah, hutan pantai misalnya, kita bisa memakan daun muda dan buah dari kedondong kecil (Spondias mombin) yang banyak tumbuh di sana. Atau umbut rotan (Calamus sp.), buah buni (Antidesma bunius), daun butun (Barringtonia asiatica), daun putat (Planchonia valida), buah mengkudu (Morinda citrifolia), buah pisang hutan (Musa sp.), umbut nibung (Oncosperma filamentosum), buah kepel (Stelechocarpus burahol), dll. Bisa juga kita mencari buah pohon api-api (Avicennia sp.), atau daun bakau dari jenis Bruguiera acida, Sonneratia alba atau mungkin rumput laut. Sedang pada saat di hutan pegunungan kita bisa mencari kapulasan (Nephelium mutabile), kesambi (Schleichera oleosa), maja (Aegle marmelos), buah menteng (Baccaurea sp.), kelampai (Elateriosperum tapos), benda (Artocarpus elasticus), gondang (Ficus glomerata), canar (Smilax macrocarpa), manggis (Garcinia mangistana), rukam (Flacourtia rukam), dsb. Selain itu, harendong (Melastoma affine) dan paku-pakuan yang masih menggelung daunnya enak disayur. Atau honje yang tangkai daunnya panjang-panjang, umbinya bisa dimakan untuk pengganti karbohidrat.

Buah Rukam (Flacourtia rukam)


Untuk mengetahui tumbuhan yang bisa dimakan tersebut, kita bisa mengikuti jenis-jenis yang biasa dimakan oleh penduduk setempat. Cara lain untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan adalah dengan memperhatikan jejak-jejak binatang (khususnya primata dan mammalia). Dari sisa-sisa makanan mereka yang banyak berceceran di lantai hutan, bisa kita ketahui tumbuhan mana yang mereka makan. Daun, buah, biji, bunga ataupun bagian lain dari tumbuhan tersebut yang biasa mereka makan, berarti aman pula untuk kita makan. Biasanya bila diketahui suatu bagian tumbuhan dapat dimakan, maka bagian lainnya pun dapat dimakan; kecuali pohon bengkuang, dimana bagian tumbuhannya yang ada di permukaan tanah tidak bisa dimakan. Ada pula tanaman yang buahnya dapat dimakan tapi daunnya tidak dapat dimakan karena sukar dicerna dan diolah, misalnya nanas. Umumnya bagian dari tumbuhan yang masih muda dapat langsung dimakan, serta bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan memberikan energi yang cukup adalah umbi, baik batang ataupun akar, setelah itu baru buah, biji dan daun.

Beberapa jenis tumbuhan lain bisa juga dimanfaatkan untuk sumber air minum. Rotan muda dan jenis-jenis tumbuhan merambat (liana) lainnya, bila dipotong akan mengucurkan air bersih. Demikian pula tumbuhan berbatang lunak, bila dipotong bagian atasnya akan mengeluarkan air yang bisa diminum. Air perasan dari lumut, air yang tertampung pada pelepah daun nipah atau enau, embun yang menempel pada daun, dsb, juga cukup sehat untuk diminum.

Selain untuk dimakan ataupun sumber air, beberapa jenis tumbuhan bisa digunakan untuk mengobati luka atau sakit. Misalnya daun pacing (Costus speciosus) yang berbulu halus, bisa untuk menghilangkan bulu penggatal yang melekat pada kulit. Getah lowa (Ficus variegata) dapat dimanfaatkan sebagai disinfektan pada luka yang tidak terlalu besar pada kulit kita. Getah tumbuhan awar-awar (Ficus septica), dapat digunakan untuk mengobati kulit luka yang kena duri; duri yang melekat akan menjadi lunak dan keluar sendiri. Darah yang keluar dari luka, bisa dihentikan dengan menempelkan remasan daun babadotan (Ageratum conyzoides). Api-api putih (Avicennia marina), remasan daunnya dapat dipakai untuk mengatasi kulit yang terbakar sinar matahari. Dan masih banyak jenis tumbuhan lain yang bisa dimanfaatkan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan saat berada di hutan. Akan tetapi, pada saat di hutan kita juga harus berhati-hati karena ada beberapa tumbuhan yang justru sangat berbahaya bagi kita; misalnya rengas atau pohon upas (Gluta renghas) yang batang dan daunnya mirip pohon mangga, getahnya bisa mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh dan iritasi kulit, bahkan sampai pada kelumpuhan. Daun pulus atau kemaduh (Laportea stimulans) juga cukup berbahaya, karena bulu-bulunya bisa mengakibatkan gatal dan panas yang tak terkira. Selain itu ada pula tumbuhan yang mengandung racun, sehingga bisa membahayakan si pemakan, biasanya buah atau daunnya berwarna sangat mencolok.

Daun yang berwarna ungu kebiru-biruan ada kemungkinan mengandung racun cyanida. Demikian pula jamur yang berwarna-warni, besar kemungkinan sangat beracun. Tumbuhan dari jenis Erythroxilon harus dihindari juga, bukan karena racun yang mematikan, tetapi mengandung narkotik yang membuat kecanduan. Sebagai tambahan, ada beberapa contoh tumbuhan lainnya yang perlu dihindari pada saat di lapangan nanti, di antaranya :

1. rarawean, raweh atau kara benguk (Mucuna pruriens), kelopak polongnya memiliki rambut yang dapat membuat kulit gatal;

2. aren (Arenga pinnata), buah mentahnya dapat membuat gatal;

3. jarak (Jantropa sp.), racun pada bijinya dapat menyebabkan muntah, buang air besar dan kepala pusing;

4. pangi, picung atau kapayang (Pangium edule), seluruh bagian pohonnya mengandung asam cyanida yang sangat beracun;

5. kecubung (Datura metel), daun dan bunganya mengandung atropin yang dapat menyebabkan halusinasi;

6. buta-buta (Excoecaria agallocha), getah putihnya beracun dan dapat menyebabkan kebutaan sementara;

7. beberapa jenis jamur beracun diantaranya Amanita verna, Psilocybe sp., Corprinus sp., Hygrophorus miniatus dan Gomphus bonarii.

Untuk mengenali satu persatu jenis-jenis tumbuhan tersebut memang diperlukan latihan yang cukup lama. Namun jika terpaksa harus memilih tumbuhan untuk dimakan, langkah-langkah berikut harus diperhatikan

1. makan tumbuh-tumbuhan yang sudah dikenal (minimal oleh penduduk setempat);

2. jangan makan satu jenis tumbuhan saja;

3. bila memakan bagian tumbuhan yang belum kita kenal, sebaiknya oleskan sedikit bagian tumbuhan tersebut pada pangkal lengan dan mencobanya terlebih dahulu dengan ujung lidah atau mengunyahnya beberapa saat (± 1 menit) dan tunggu reaksinya, jika tidak ada rasa aneh (panas/pahit) berarti cukup aman untuk dimakan;

4. usahakan selalu memasak bagian tumbuhan yang hendak kita makan tersebut, sebab ada daun atau buah yang beracun apabila dimakan mentah-mentah.

Selain itu, sebagai patokan, mungkin lebih baik bila kita mengetahui ciri-ciri tumbuhan beracun atau yang sebaiknya dihindari untuk dimakan, di antaranya :

1. tumbuhan yang getahnya berwarna putih kapur, kemerahan, kehitaman atau getahnya cepat berubah warnanya bila bereaksi dengan udara, biasanya dapat menyebabkan rasa gatal;

2. tumbuhan itu bila dimakan menimbulkan rasa panas, gatal, pahit dan masam di lambung;

3. pada permukaan batang dan daun biasanya terdapat bulu halus, kecuali bambu muda atau rebung;

4. berbau langu atau memuakan dan menyebabkan pusing;

5. tumbuhan tersebut tidak dapat dimakan atau selalu dihindari oleh binatang;

6. warna dari tumbuhan itu biasanya mencolok;

7. jamur yang kita tidak tahu betul bahwa jamur tersebut dapat dimakan.

Di samping manfaat-manfaat di atas, ada beberapa jenis tumbuhan yang bisa dijadikan indikator/petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam atau keadaan suatu daerah, diantaranya :

1. lumut bisa dijadikan petunjuk arah, lumut yang tebal menunjukkan arah timur;

2. selada air merupakan indikator air bersih;

3. daerah yang banyak tumbuhan epifitnya menunjukkan daerah yang lembab dan sering ditutupi kabut;

4. daerah yang pohon-pohonnya kerdil menunjukkan daerah yang sering dihembusi angin kencang;

5. bila congkok (Curculigo orchioides) hijau daunnya atau ada pohon kingkilaban, areuy siwurungan atau walik adep (Mussaenda frondosa), menandakan macan (Panthera pardus) tidak ada di daerah tersebut;

6. bila pucuk paku perak (Pityrogramma calomelanos), paku emas (Pityrogramma tartarea) dan paku andam atau pakis kinca (Nephrolepis hirsutula) tumbuh dengan baik, tidak ada satupun yang patah, menandakan di daerah tersebut tidak terdapat ular;

7. rotan berpucuk menandakan tidak ada serigala/anjing hutan (Cuon alpinus);

8. pangkal batang ki lemo (Litsea cubeba) banyak memiliki luka dan tidak berkulit menandakan ada rusa di daerah tersebut;

9. daerah yang banyak talas hitamnya (Colocasia spp.), biasanya terdapat babi hutan di sana.

II. ZOOLOGI PRAKTIS

Seperti halnya tumbuhan, sebagian besar binatang pada prinsipnya bisa kita manfaatkan baik untuk makanan maupun dijadikan petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam atau keadaan suatu daerah. Namun berbeda dari tumbuhan, binatang-binatang ini seringkali relatif ‘lebih berbahaya’. Untuk itu kita dituntut ekstra hati-hati. Ada beberapa hal yang harus selalu kita perhatikan selama di lapangan kaitannya dengan keberadaan binatang-binatang tersebut, yaitu :

1. Habitat

Daerah pantai dan daerah dataran rendah merupakan habitat yang memiliki paling banyak jenis binatang, jika dibanding daerah dataran tinggi. Oleh karena itu, di daerah-daerah tersebut kemungkinan kita bertemu binatang lebih besar dibanding di daerah pegunungan.

2. Perilaku binatang

Perilaku setiap jenis binatang sangat khas. Dengan mengetahui perilaku mereka, kita dapat mengetahui kapan mereka dapat kita temui dan kapan untuk dihindari. Walaupun secara umum, pada musim kawin binatang kurang peka terhadap sekelilingnya, namun ada beberapa jenis justru lebih sensitif dan menjadi lebih buas pada musim kawin tersebut. Selain itu, pada musim beranak dan memelihara anak, hampir semua binatang akan menunjukkan sikap bermusuhan dan cenderung agresif pada setiap sesuatu yang dianggap asing oleh mereka.

3. Pengenalan jejak

Jejak dapat digunakan untuk mengetahui arah pergerakan dan keberadaan binatang. Pengenalan jejak juga dapat digunakan untuk mengetahui jenis-jenis berbahaya ataupun yang dapat dimakan, sumber air dan tumbuhan tertentu yang dapat dimakan. Selain jejak, kita juga dapat mengetahui keberadaan binatang dari feses, bekas aktivitas, sisa tubuh, suara dan sarang.

Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal lainnya yang juga perlu diperhatikan untuk menghindari gangguan/bahaya dari binatang pada saat kita di lapangan nanti, diantaranya :

1. Carilah informasi daerah yang akan kita tuju sebelumnya. Khusus untuk daerah pantai dan mangrove, pastikan apakah daerah yang akan kita tuju tersebut merupakan daerah endemik malaria (termasuk juga demam berdarah) atau bukan. Bila ya, minumlah obat anti malaria sebelum, selama dan sesudahnya. Alangkah baiknya juga bila kita membawa kelambu untuk mengurangi gigitan nyamuk dan serangga lainnya;

2. Untuk menghindari gigitan ular, pakailah pakaian tertutup terutama bagian kaki, dan berhati-hatilah dalam mencari pegangan terutama pada pohon-pohon di daerah pantai dan mangrove. Usahakan menghindari dan tidak mengusik ular bila bertemu. Juga, untuk berjaga-jaga, alangkah baiknya bila membawa obat penawar bisa ular;

3. Berhati-hatilah bila melalui sungai-sungai terutama yang dekat pantai, yang mungkin masih ada buayanya. Bila harus ke air/sungai pada malam hari, selalulah berbekal senter dan menyalakan senter tersebut, serta mintalah teman untuk menemani;

4. Hindari sungai atau pohon-pohon yang sering dijadikan tempat beraktivitas monyet (primata) guna menghindari kutu-kutu dari monyet tersebut;

5. Untuk menghindari kutu babi, selain dengan berpakaian rapat, juga hindari sarang dan tempat kubangan babi;

6. Untuk menghindari gigitan pacet dan serangga-serangga lainnya, pakailah sarung anti pacet atau kaos kaki panjang dan rangkap;

7. Selama tidur, apalagi di daerah pegunungan, pastikan bahwa tempat tidur kita bersih dari serangga, serta pakailah pakaian rapat dan balacava untuk menghindari serangga masuk ke tubuh kita;

8. Bila sedang di lapangan, pakailah celana dan pakaian tangan panjang yang tidak mencolok, selain agar tidak mengganggu

9. Binatang yang ada di sana, juga untuk menghindari serangan dari binatang-binatang tertentu;

10. Dan yang tidak kalah pentingnya, beritahukanlah pada teman-teman kita bila hendak pergi ke suatu tempat, dan taatilah segala larangan atau petunjuk dari penduduk setempat.

Keberadaan binatang-binatang tertentu pada suatu daerah dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam. Ada binatang-binatang yang lebih pandai meramalkan cuaca daripada manusia. Hal ini sudah dibuktikan secara ilmiah. Berikut ini beberapa pengamatan mengenai perilaku binatang yang dapat dijadikan tanda kalau hujan akan turun :

1. unggas merentangkan sayapnya;

2. gerombolan capung terbang rendah dan berputar-putar dekat permukaan tanah;

3. itik mengibas-ngibas dulu sebelum terbang;

4. ayam betina berdiri dengan sebelah kaki sambil kepalanya disembunyikan di bawah sayap;

5. seekor gagak mandi, hujan akan turun sebelum matahari terbenam;

6. burung layang-layang terbang tinggi, cuaca akan baik, tapi kalau terbang rendah, hujan akan segera turun;

7. angsa di halaman berjalan-jalan dari arah selatan ke utara;

8. semut-semut mengumpulkan telur mereka dan mulai memanjat tumpukan tanah tempat mereka tinggal;

9. laba-laba turun ke bagian bawah sarangnya;

10. gerombolan-gerombolan nyamuk terbang seperti awan;

11. ular-ular derik bersiul.

Kalau binatang-binatang tertentu sekoyong-koyong berlaku aneh, artinya akan segera terjadi gejala alam tertentu. Contohnya kalau tikus-tikus tanah memperdalam lubang-lubang mereka di tepi sungai, artinya akan datang banjir atau kalau ikan-ikan berkumpul secara tiba-tiba di tengah kolam, artinya akan ada gempa bumi. Selain itu, keberadaan binatang pun dapat diketahui dari keberadaan jenis-jenis tumbuhan tertentu (lihat botani praktis) atau dari binatang lainnya.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger