Beranda

Wednesday, October 28, 2009

Rangkong Papan, Spesies Terbesar dari Suku Bucerotidae


Rangkong Papan (Great Hornbill)
Status konservasi : Hampir Terancam (NT)

Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Bucerotidae
Genus : Buceros
Spesies : B. bicornis

Nama binomial Buceros bicornis linnaeus, 1758

Rangkong Papan atau dalam nama ilmiahnya Buceros bicornis adalah spesies terbesar dalam suku burung Bucerotidae. Burung dewasa berukuran sangat besar, dengan panjang mencapai 160cm. Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, dan tanduk kuning-hitam diatas paruh besar berwarna kuning. Kulit mukanya berwarna hitam dengan bulu leher berwarna kuning kecoklatan. Bulu ekor berwarna putih dengan garis hitam tebal di tengah. Tanduk burung Rangkong Papan berongga dan tidak padat. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Jantan dan betina dapat dibedakan dengan mudah dari matanya. Mata burung betina berwarna biru, sedangkan burung jantan bermata merah.

Populasi Rangkong Papan tersebar di hutan tropis di India, Republik Rakyat Cina, Indocina, Nepal, Bhutan, Semenanjung Malaysia dan pulau Sumatera, Indonesia. Pakan burung Rangkong Papan terdiri dari aneka buah-buahan, hewan berukuran kecil, burung, serangga dan reptil. Burung Rangkong bersifat monogami, hanya berpasangan dengan seekor lawan jenis.

Rangkong Papan bersarang di dalam lubang pohon. Pada waktu bertelur, burung betina mengurung diri di dalam lubang pohon yang hampir seluruhnya ditutup dengan lumpur, sampai anak burung mulai besar. Pada saat-saat ini, burung betina dan anak burung tergantung sepenuhnya pada burung jantan untuk memberikan makanan melalui celah kecil yang dibiarkan terbuka.

Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini. Burung Rangkong Papan dievaluasikan sebagai hampir terancam di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I.

Tuesday, October 27, 2009

Mengintip Raptor-Raptor Migran di Dusun Banyuwindu Kendal


Raptor-Raptor Migran


Gak Keliatan Burungnya..Padahal banyak banget tuh!

Si Sari yang lagi nglamun! :)




Si Ana lagi nengok elang




Aq Lagi Ngintip Raptor

Salam Lestari!
Nggak sempet bikin reportasenya..hehe jadinya cuma ditampilin foto2nya doank..mungkin ntr menyusul lebih lengkapnya insyaAllah :P

Ini foto-foto selama kami tim Kareo Padi ITS (Aq, Sari dan Ana) yang kesemuanya anak PLH Siklus ITS lagi ikutan lomba Semarang Birdwatching Race 23-25 Oktober 2009 di Dukuh Banyuwindu, Dukuh Terpencil Di Kaki Pegunungan Ungaran Kendal. Di sana kami menemukan banyak dan beragam jenis burung diantaranya elang ular bido, elang bondol, elang alap cina, julang mas, sikep madu asia, merbah cerukcuk dll. Kebetulan sekali pada saat itu adalah saat dimana burung-burung raptor migran sedang bermigrasi ke Indonesia. Pada saat melintasi jalur persawahan di dusun tersebut, kami disuguhkan atraksi yang luar biasa dari puluhan bahkan mungkin ratusan elang yang berterbangan di udara. Subhanallah aku begitu kagum melihat pemandangan menakjubkan itu. Katanya sih dari hasil pengamatan dari sejak pukul 09.30 - 12.20 telah  tercatat 86 Elang alap cina serta 64 Sikep madu asia. 

So tetep lestarikan burung-burung Indonesia, jangan biarkan mereka punah akibat keserakahan manusia dan biarkan mereka terbang bebas merdeka mengepakkan sayapnya yang indah di alam! :):):)

Kebetulan ini ada beritanya dari suaramerdeka.com

Semarang & Sekitarnya
27 Oktober 2009
Konservasi Burung di Hutan Lindung Banyuwindu Libatkan Warga
ADA suasana yang berbeda di Dusun Banyuwindu, Desa/Kecamatan Limbangan, Kendal.

Dusun di kawasan perbukitan dengan dikelilingi hutan lindung tersebut biasanya cenderung lengang, namun beberapa hari ini banyak dijumpai puluhan anak muda yang sibuk beraktivitas.

Hilir mudik mereka masuk ke hutan lindung, serta kembali ke perkampungan. Sebagian dari anak-anak muda tersebut adalah pendatang, sudah tiga hari ini (23-25 Oktober) mereka berada di sana untuk mengikuti lomba konservasi habitat burung.

Peserta lomba dibagi dua kategori yakni siswa SMP-SMA dan mahasiswa/umum. Selain melibatkan warga setempat, kegiatan ini juga memperoleh dukungan dari LSM Patiro, Semarang Bird Comunity, serta mahasiswa Unnes Semarang jurusan Biologi.

’’Selain misi konservasi alam, khususnya kelestarian burung, kegiatan ini sebagai implementasi pengabdian kepada masyarakat. Kita juga ingin membagi pengetahuan kepada teman-teman siswa SMP-SMA tentang spesies burung di habitatnya yang alami,’’ kata Yuliana Rahmawati, mahasiswi Biologi Unnes.

Saat mengikuti kegiatan, para peserta membawa peralatan yang dibutuhkan. Seperti teropong, alat tulis dan bahkan kamera ’’SLR’’ yang dilengkapi lensa yang memadai. ’’Kriteria penilaian lomba antara lain, selain mengamati burung, peserta juga harus mendeskripsikan jenis burung yang diamati itu. Sejauhmana mereka mengetahui jenis burung, yang kemudian dipresentasikan di depan juri.’’

Koordinator Semarang Bird Comunity, Karyadi Baskoro menjelaskan Dusun Banyuwindu merupakan salah satu jalur perlintasan rutin setiap tahunnya bagi beberapa spesies burung. Dusun tersebut juga mempunyai kawasan hutan lindung yang dijaga masyarakat setempat, termasuk menjaga satwa di dalamnya. ’’Ada tiga jenis burung yang melintasi dusun ini, yakni Sikep Madu Asia, Elang Alap China dan Elang Alap Jepang. Ketiga jenis burung memulai migrasi dari Asia Utara, saat negara di sana sedang musim dingin.’’

Harimau

Untuk mencari makanan, burung bergerak secara alami ke Asia Tenggara menempuh jarak ribuan kilometer melewati Vietnam, Malaysia, hingga ke Indonesia (Sumatera, Jawa, Bali dan NTB). ’’Migrasi burung tersebut dalam jumlah besar melewati tiga jalur di Jawa, yakni utara, selatan dan tengah. Di Dusun Banyuwindu adalah jalur tengah migrasi.’’

Makanan bagi burung-burung pemangsa tersebut antara lain, burung-burung kecil, reptil, serta tikus. Setelah berburu makanan di sejumlah wilayah tanah air, burung-burung tersebut kembali ke Asia Utara -saat negara-negara di sana telah memasuki musim semi dan panas, untuk kemudian berkembang biak.

Pegiat dari Patiro, Endiyanto menambahkan masyarakat Desa Limbangan sejak bertahun-tahun lalu telah memiliki komitmen untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan mereka.

Komitmen bersama tersebut dituangkan dalam bentuk peraturan desa (Perdes) mengenai lingkungan hidup. ’’Di dalam perdes ini antara lain diatur larangan menangkap burung, mencari ikan dengan cara diracun dan memakai aliran listrik, larangan menebang pohon di lahan umum,’’ kata warga Limbangan itu.

Dia mengemukakan, apabila ada warga (setempat atau dari luar daerah) dipergoki melanggar aturan, maka yang bersangkutan dikenai sanksi seperti yang telah diatur dalam perdes. ’’Perdes juga mengatur larangan untuk berburu. Hutan lindung Banyuwindu, sampai saat ini masih terdapat beberapa satwa langka, misalnya, lutung, kijang, ular sanca, beragam burung, dan bahkan harimau pohon.’’

Sunday, October 11, 2009

Melacak Jejak Manusia Purba Gunung Kidul

Sejak 700 ribu tahun lalu Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, telah menjadi kompleks hunian manusia purba. Mereka tinggal di ceruk dan goa di wilayah perbukitan karst ketika mayoritas daerah lain di DIY masih tergenang air.

Akhir Agustus lalu Kompas menyusuri ceruk dan goa yang di dalamnya pernah ditemukan bukti hunian manusia prasejarah dengan berbekal data Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala DI Yogyakarta.

Artefak tulang dan batu dengan mudah ditemui. Butuh perjuangan lebih keras menemukan lokasi goa dan ceruk yang umumnya terletak di tengah ladang pertanian tadah hujan atau hutan jati.

Apalagi tak ada petunjuk ceruk maupun goa tersebut sisa peninggalan zaman prasejarah. Dengan berpedoman alamat berupa nama dusun dari hunian prasejarah, kami mengunjungi sebagian dari ratusan bekas hunian makhluk prasejarah di Gunung Kidul.

Kami mengandalkan petunjuk warga yang masih mencari hijauan makanan ternak di antara tanaman jati yang meranggas pada musim kemarau. Warga desa umumnya mengenali nama ceruk-ceruk tersebut, tetapi jarang mengetahui sejarah ceruk.

Di perbatasan antara Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, seperti di Kecamatan Ponjong, kami menemukan beberapa ceruk yang pernah dihuni manusia purba. Ceruk atau goa payung itu memiliki sirkulasi udara yang baik, memperoleh cahaya matahari, dan dekat dengan sumber air berupa telaga atau sungai bawah tanah.

Song Bentar

Berada di mulut sebuah ceruk di Dusun Bentar, Desa Kenteng, Kecamatan Ponjong, yang dinamai Song Bentar, keteduhan segera menelusup. Terik matahari tengah hari seperti diusir jauh oleh bayang-bayang ceruk. Stalaktit batu kapur putih mengilap bergelantungan di atap ceruk.

Song Bentar terletak di pucuk bukit karst. Hanya butuh lima menit berjalan kaki mendaki untuk mencapainya. Dari bawah bukit, ceruk itu terlihat seperti mulut naga yang menganga lebar. Pepohonan jati di depan ceruk menyamarkan bentuk utuh Song Bentar bila dilihat dari kaki bukit karst.

Warga sekitar, seperti Sagiyo dan Tumiyem, yang bermukim tepat di bawah Song Bentar, mengaku sama sekali tidak tahu menahu ceruk tersebut pernah menjadi hunian manusia purba sampai mereka dilibatkan dalam penggalian oleh para arkeolog. Sagiyo mengaku ikut membantu pengangkatan beberapa rangka manusia purba yang tubuhnya relatif utuh.

Menurut data Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala DIY, di Song Bentar terdapat fragmen tengkorak dan tulang manusia purba Homo sapiens. Setidaknya ada delapan individu, terdiri dari lima dewasa, dua anak-anak, dan satu bayi. Beberapa alat batu, seperti batu giling, beliung persegi, dan mata panah pun banyak dijumpai di lokasi ini.

Sekitar 2 kilometer dari Song Bentar, yaitu di Dusun Kanigoro, Desa Tambakromo, Kecamatan Ponjong, terdapat hunian manusia purba lain, yaitu Song Blendrong. Ceruk ini menyerupai Song Bentar, tetapi jauh dari perkampungan penduduk dengan jalan beraspal yang masih bisa dilewati kendaraan roda dua atau roda empat.

Song Blendrong juga kaya dengan artefak peninggalan manusia purba. Di Song Blendrong kami dikejutkan banyaknya tulang yang kemungkinan berasal dari manusia purba beserta peralatan dari batu, tanduk, maupun serut dari kerang berserakan di lantai ceruk.

Lantai Song Blendrong telah banyak digali untuk diambil kandungan fosfatnya sehingga artefak itu bermunculan ke permukaan. Para petani di sekitar mulut goa baru percaya setelah melihat sendiri tulang yang di berada sana.

Ceruk di Song Bentar sebenarnya juga pernah ditambang, tetapi penambangan fosfat tersebut berhenti setelah kandungan fosfat menyusut.

Keindahan ceruk dan goa prasejarah di Gunung Kidul ini memang terancam lenyap karena aktivitas pertambangan yang tidak terkendali. Apalagi goa dan ceruk prasejarah ini terletak di ladang milik penduduk setempat. Padahal, kehadiran ceruk dan goa dalam kealamiannya dapat memberikan gambaran kemampuan nenek moyang kita bertahan hidup dengan menyiasati alam.

Kami juga mengunjungi Goa Seropan di Dusun Semuluh, Desa Gombang, Kecamatan Semanu. Goa dengan aliran sungai bawah tanah itu hanya bisa ditelusuri menggunakan senter dan belum pernah diteliti para arkeolog, tetapi juga kaya dengan tulang purba.

Bersama rekan-rekan penelusur goa dari Acintyacunyata Speleological Club, kami menyusuri lorong baru di Goa Seropan yang sebelumnya tertutup lumpur. Lorong di kedalaman 60 meter dari permukaan tanah ini tiba-tiba muncul setelah banjir besar di sungai bawah tanah tahun lalu.

Seperti di bebatuan tepian aliran sungai bawah tanah pada lorong lama yang kaya cetakan tulang purba, lorong baru ini pun menyingkap potongan tulang kaki, gigi, dan rusuk mamalia yang belum diketahui jenisnya karena belum pernah diteliti.
Sumber: http://sains.kompas.com/read/xml/2009/10/11/15555379/Melacak.Manusia.Purba.Gunung.Kidul

Boncengan Tiga Nyemplung Selokan Depan Masjid ITS

Kejadian ini mungkin udah berlangsung beberapa taon yang lalu. Emm kira-kira pas aku lagi semester 3an lah..Begini ceritanya,pada suatu hari di hutan tropis Afrika ada sebuah raja singa,,lohh koq!!ngawur!!hehe GJ...Yawdah aku ulangi lagi..ehm2..Pada suatu sore yang indah, aku dan kedua orang temenq sebut saja P dan A hendak pergi ke masjid untuk menunaikan sholat ashar berjamaah. Kami bertiga berboncengan sepseda motor milik P. Keadaan pada saat itu menjelang sore dan ditambah lagi mendung sedang menggelantung di langit ITS.
Pada saat memasuki area masjid, aku tidak menyangka dan mendapat firasat buruk klo akan terjadi musibah bagi kedua orang temanku. Hehehe!!peace!!!
Sepeda motor kami tiba-tiba saja oleng dikarenakan si P tmnq tidak bisa mengendalikan motornya, saat melintasi jembatan kecil saluran air masjid ITS.
Gubrak!!!begitu kira2 bunyinya saat motor si P nyungsep ke Got Masjid!!wkwkwk untungnya aku yang duduk paling belakang siap siaga dan gak ikutan nyungsep ke got!melihat 2 orang temenku nyungsep ke got, aku tertawa geli dan akhirnya kasihan juga terhadap mereka. :P :P :P
si P dan A tubuhnya sampe tertindih body motor. Untungnya gak ada yang patah tulang. Mereka berdua alhamdulilah hanya mengalami lecet-lecet. Sialnya kejadian yang harusnya masuk rekaman video "SPONTAN" ini dilihat para jamaah masjid ITS yang baru saja selesai menunaikan sholat berjamaah. wkwkwkwwk...
dan akhirnya beberapa orang jamaah menolong kami dan mengevakuasi 2 orang temenku yang nyungsep ke got masjid ITS!!!!Sementara itu motor si P mengalami penyok-penyok pada beberapa bagian body-nya.huahahahaha....

Sunday, October 4, 2009

Peta Gunung-Gunung di Jawa (2)

Peta Topografi Gunung Sumbing

Peta Topografi Gunung Semeru

Peta Topografi Gunung Merbabu

Peta Topografi Gunung Merapi

Peta Topografi Gunung Sindoro


Tentang Bencana Gempa Sumatra


Untuk teman2 pecinta blogger perlu ketahui..Ayat2 Allah yg berkaitan dgn waktu gempa sumbar..gempa pertama jam 17:16,gempa susulan 17:58,esoknya d jambi jam 8:52.. Nah,coba buka Alquran (QS:17ayat16,QS:17ayat58 &QS:8ayat52) semua ayat ini bercerita tentang azab Allah terhadap negri2 yg durhaka spt firaun dsb,kbtulan,ingat! Alquran g' pernah bohong..mari kita terus mngkatkan amal perbuatan baik kita,,mari kita terus berinstrospeksi diri menjadi yang lebih baik,,Wallahu A'lam

Friday, October 2, 2009

Ditemukan gunung berapi terbesar di Indonesia di Palung Sunda


Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Bandung, menilai penemuan gunung api raksasa setinggi 4.600 meter merupakan gunung api terbesar di Indonesia.

"Gunung Kerinci yang tingginya sekitar 3.800 meter dan Gunung Semeru sekitar 3.600 meter kalah dengan gunung yang baru ditemukan di perairan Bengkulu tersebut. Kalau gunung ini memang benar gunung api, maka gunung ini merupakan gunung api terbesar di Indonesia," kata Kepala PVMBG Badan Geologi, Bandung, Surono, di Jakarta, Jumat.

Lokasi gunung tersebut berada di Palung Sunda di Barat daya Sumatera, 330km dari Bengkulu, di kedalaman 5.900 meter dan puncaknya ada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut serta memiliki diameter 50 km.Menurut dia, para peneliti harus penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kepastian gunung merapi itu, seperti tingkat keaktifan magmanya, memiliki lubang pada bagian atasnya sebagai tempat untuk keluar letusan dan lainnya.

Menurut dia, bila gunung itu merupakan gunung merapi, maka sangat berbahaya bila meletus karena gunung yang berada di tengah laut itu bisa menimbulkan gelombang besar di permukaan laut, bahkan tsunami. Oleh sebab itu perlu ada perhatian serius dari pemerintah untuk mengantisipasi hal itu.

"Para peneliti juga harus melakukan pengawasan dan pemantauan mengenai kondisi gunung tersebut. Serta membuat peta rawan bencana di sekitar gunung itu, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.Surono memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral CGG Veritas dan Institut de Physique Globe) Paris yang menemukan gunung api raksasa tersebut.

Ia memprediksi gunung api yang ditemukan itu sebelumnya pernah beberapa kali meletus, sehingga material-material letusannya membuat gunung itu semakin besar seperti sekarang ini.Sebelumnya, Riset Kelautan BPPT, LIPI, Departemen ESDM dan CGGVeritas serta IPG (Institut de Physique du Globe) Paris menemukan adanya gunung api raksasa bawah laut dengan diameter mencapai 50km dan tinggi sampai 4.600 meter di 330km arah barat Kota Bengkulu."Gunung api ini sangat besar dan tinggi.

Di daratan Indonesia tak ada gunung setinggi ini kecuali Gunung Jayawijaya di Papua," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam, BPPT, Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Kamis (28/5).Gunung ini diketahui memiliki kaldera yang menandainya sebagai gunung api, ia mengaku belum mengetahui tingkat keaktifan gunung api tersebut.

"Bagaimanapun gunung api bawah laut sangat berbahaya jika meletus," katanya.Survei yang menggunakan kapal seismik Geowave Champion canggih milik CGGVeritas itu merupakan yang pertama di dunia karena menggunakan streamer terpanjang, 15 km, dari yang pernah dilakukan oleh kapal survei seismik.Tujuan dari survei tersebut untuk mengetahui struktur geologi dalam (penetrasi sampai 50km), meliputi Palung Sunda, Prisma Akresi, Tinggian Busur Luar (Outer Arc High) dan Cekungan Busur Muka (Fore Arc Basin) perairan Sumatera.

Sejak kejadian gempa dan tsunami pada akhir 2004 dan gempa-gempa besar susulan lainnya, banyak perubahan struktur di kawasan perairan Sumtera yang menarik minat banyak peneliti asing.Tim ahli dari Indonesia, AS dan Perancis kemudian bekerjasama memetakan struktur geologi dalam untuk memahami secara lebih baik sumber dan mekanisme gempa pemicu tsunami menggunakan citra seismik dalam.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger