Beranda

Sunday, August 29, 2010

Bahaya Tidur Dengan TV Menyala atau Sambil Mendengarkan Musik


Tidur merupakan kebutuhan alami manusia. Dengan tidur yang berkualitas, metabolisme tubuh ditata kembali. Kita juga memiliki kesempatan untuk melakukan regenerasi / mengganti sel-sel tubuh yang mati.Nah tahukah Anda, bagaimana cara mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas? Salah satu caranya adalah dengan memadamkan lampu di waktu tidur normal (9 malam hingga 8 pagi) demi mendapatkan hormon melatonin secara maksimal.
Hormon MelatoninAdalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar pineal didalam otak yang pembentukannya dipicu oleh gelap dan berfungsi mengatur bioritme atau irama tubuh dalam hal pengaturan tidur.Kadarnya paling tinggi ditemukan menjelang pagi hari sekitar jam 02.00 – 04.00 dan paling rendah di sore hari. Ini juga menjawab kenapa orang semakin bertambah usia semakin sedikit tidurnya, karena secara alamiah, produksi hormon melatonin ini juga akan mengalami penurunan, sejalan dengan pertambahan usia manusia.
Penurunan yang drastis biasanya terjadi sekitar usia 40 tahun sehingga dengan menurunnya hormon ini maka kualitas tidurpun akan menurun dan sering berefek pada kesulitan tidur.Manfaat lain melatonin adalah sebagai anti oksidan yang larut dalam lemak dan air, meningkatkan imun tubuh menimbulkan relaksasi otot dan membantu meningkatkan mood dan menghilangkan ketegangan. Jadi sebaiknya kalau tidur lampu dimatikan agar bisa memaksimalkan produksi melatonin.Memang, ada sebagian orang yang merasa tidak nyaman, atau bahkan tidak dapat tidur pada kondisi gelap. Namun jika melihat manfaat atau dampaknya, hal ini perlu diperhatikan juga. Antara lain dengan tidak tidur di bawah pencahayaan langsung (dari lampu kamar), terutama bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.Matikan Televisi dan MusikKebiasaan tidur sambil mendengarkan musik, atau menonton televisi sampai tertidur, atau membiarkan lampu di ruangan menyala terang, memang sulit dihilangkan dan menurut sebagian orang kondisi seperti itu membuat mereka menjadi lebih cepat tertidur.
Tetapi pada kenyataannya setelah terbangun mereka merasa lebih tegang (stress). Bahkan ada yang merasa seperti tidak tidur semalaman.Penjelasannya :Pada saat kita tidur sebetulnya otak tidak pernah tidur. Otak selalu menjalankan aktivitasnya walaupun tidak sesibuk seperti di saat bangun, yaitu menjalankan sistem metabolisme tubuh.Pada malam hari, seiring menurunnya aktivitas tubuh, ritme gelombang otak pun mengalami penurunan. Namun apabila kita tidur sambil mendengarkan musik, televisi dalam keadaan hidup atau lampu ruangan sedang menyala terang, maka gelombang suara atau cahaya yang dipancarkan oleh peralatan tersebut tetap diterima oleh indera pendengaran dan penglihatan kita.
Gelombang suara diterima oleh alat pendengaran di dalam telinga dan gelombang cahaya tetap dapat menembus kelopak mata dan diterima oleh retina dan lensa mata. Gelombang-gelombang tersebut akan diteruskan ke otak kita. Otak yang harusnya beristirahat akan kembali terangsang untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk.Apabila hal ini berlangsung sepanjang malam, berarti kita hanya tidur menurut tubuh luar, tetapi tidak menurut otak. Otak akan terus bekerja mengolah informasi yang masuk tersebut. Jadi jangan biarkan otak Anda kelelahan karena harus tetap bekerja pada malam hari, sedangkan di siang hari otak juga akan diperas oleh kegiatan rutin kita.

Thursday, August 26, 2010

Petualangan Survey Tugas Akhirku Bagian Pertama


Pada awalnya aku sempat bingung untuk mencari-cari judul tugas akhir (TA) yang cocok sesuai dengan bidangku di Jurusan Teknik Geomatika. Namun akhirnya setelah berkonsultasi dengan beberapa dosen pembimbing aku memilih untuk mengembangkan judul sendiri dengan ide sendiri pula. Sengaja aku memilih Kabupaten Tulungagung sebagai kampung halamanku untuk memberikan pengabdianku sebagai mahasiswa atas apa yang aku peroleh selama duduk di bangku kuliah. Sengaja pula aku memilih wisata alam karena sesuai dengan hobiku yang suka menjelajah alam. :) Alhamdulillah aku dapat pembimbing yang tepat yaitu Bapak Dr. Ir. Muhammad Taufik. Beliau dengan sabar dan disiplin membimbing tugas akhirku hingga semuanya selesai tepat waktu. Selain itu ada seorang dosen lainnya yang SMA-nya dulu dari di Tulungagung yang membantu mengarahkan dan membimbingku yaitu Bapak Agung Budi Cahyono. Dengan rasa tulus kuucapkan terimakasihku kepadamu Bapak-Bapak Dosen yang terhormat, terimakasih atas arahan, bimbingan dan supportnya. :)

Akhirnya setelah sidang proposal, judul tugas akhirku telah disetujui dengan sedikit perubahan yaitu "Pengembangan Potensi Wisata Alam Kabupaen Tulungagung dengan Sistem Informasi Geografis". Setelah itu aku langsung mengurus perijinan untuk survey penelitian di Baskesbanglinmas Kabupaten Tulungagung. Surat ijin pun aku dapat pada tanggal 11 maret 2010 dan setelah itu aku langsung mensurvey tempat-tempat wisata alam yang ada di Tulungagung. Tujuanku pertama adalah mengunjungi sang primadona wisata waduk terbesar se-Asia Tenggara yaitu Waduk Wonorejo.Setelah itu aku pergi ke pantai-pantai yang cantik di sebelah selatan Tulungagung.Di sini aku tak hanya mendokumentasikan saja obyek-obyek wisata itu namun aku juga mencari titik koordinatnya dengan menggunakan GPS Navigasi untuk dipetakan sebaran obyeknya. Di samping itu aku juga mewancarai penduduk setempat dan menyebarkan kuesioner untuk menganalisa sejauh mana potensi dan daya tarik obyek wisata tersebut.

Aku mendedikasikan hasil tugas akhir ini untuk semua masyarakat Tulungagung. Dengan harapan bahwa nantinya karyaku ini dapat bermanfaat untuk mempromosikan tempat-tempat wisata Tulungagung yang eksotis ke khalayak umum.Selain itu juga dapat dimanfaatkan terutama oleh kalangan pelajar dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang pariwisata Tulungagung. Perjalananku menyusun Tugas Akhir ini kuawali dari mulai Bulan Maret sampai dengan Juni 2010. Aku ber"solo backpacking" menjelajahi berbagai tempat-tempat yang indah di bumi Ingandaya Tulungagung. Awalnya aku agak khawatir untuk melakukan solo backpacking, namun dengan berbagai pertimbangan diriku akhirnya berangkat juga demi menunaikan tugas besar dan misi untuk melakukan riset dan penelitian untuk menganalisa tingkat potensi berbagai obyek-obyek wisata alam yang terdapat di Kota Marmer ini. Sudah banyak pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan yang aku alami. Mulai dari menginap di rumah penduduk setempat, terjebak banjir besar, jatuh terpeleset dari motor, ketemu biawak besar dan ular berbisa, kesasar di perjalanan sampai melihat berbagai pemandangan yang indah menakjubkan. Aku menyadari bahwa tugas yang kuemban ini tidaklah mudah, banyak pengorbanan dan perjuangan berat yang harus kulakukan namun itu semua kujalani dengan hati yang ikhlas dan sabar. Aku menyadari bahwa harus berusaha secara maksimal agar hasil karyaku nanti juga maksimal dan dapat bermanfaat. Dan inilah sekelumit kisah petualanganku yang tak terlupakan dalam rangka survey penelitian tugas akhir.

Menginap di dusun terpencil


Salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah pada saat diriku mensurvey Pantai Klathak. Pantai ini terletak di Desa Keboireng Kecamatan Besuki. Untuk menuju pantai ini tidaklah mudah, banyak perjuangan berat yang harus kutempuh dan kuhadapi. Pukul 15.00 WIB aku berangkat dari rumah menuju ke arah selatan Kabupaten Tulungagung. Rumahku terletak di Kepatihan yang berada di tengah jantung kota. Jarak dari rumah adalah sekitar 35 Km menuju ke pantai tersebut. Di tengah perjalanan masuk Kecamatan Boyolangu aku diguyur hujan deras. Tasku yang berisi laptop dan GPS navigasi terancam terkena air. Aku akhirnya membungkus rapat-rapat dengan plastik besar yang kubeli dari toko di pinggir jalan. kemudian menutup tas dengan cover daypack dan mantel yang kukenakan. Rintangan selanjutnya adalah ketika aku telah sampai di jalan makadam Desa Keboireng. Jalan ini cukup sulit dilalui oleh kendaraan bermotor karena hujan membuatnya becek dan licin serta naik turun bukit. Jalan makadam ini nantinya akan menghubungkan dengan Jalur Pantai Selatan (JLS) yang sudah dibuka, namun belum diaspal. Jadi bisa dibayangkan jalan selebar 6 sampai 8 meter yang berupa tanah becek berkelok-kelok menembus hutan serta naik turun bukit sepanjang kurang lebih 5 Km harus kutempuh. Di sinilah rintangan terberatku. Aku harus ekstra hati-hati mengendarai motor agar tak jatuh terpeleset. Namun akhirnya beberapa kali aku terjatuh juga.(^_^) Aku bertemu dengan bapak petugas PLN yang mobilnya terjebak lumpur di tengah jalan. Hmm kasihan juga beliau. Beberapa kali aku harus mendorong motorku karena tidak kuat menanjak di jalanan yang penuh lumpur. Alhamdulillah pada pukul 17.00 WIB aku tiba di Dusun Klathak yang merupakan dusun terpencil dekat pedalaman hutan. Di kampung ini aku kemudian meminta ijin kepada ketua RT setempat untuk menginap semalam. Namun aku hanya bertemu dengan istrinya yaitu Bu Hasyim, karena Bapak RT sedang pergi Desa Keboireng. Aku akhirnya diijinkan menginap di dusun ini. Motorku kutitipkan di rumah Bu Hasyim. Aku kemudian menginap di sebuah musholla kecil di temani oleh Mas Put yang merupakan takmir musholla tersebut. Malamnya sehabis sholat Isya', aku berbincang banyak dan mencari informasi yang selengkap-lengkapnya mengenai Pantai Klathak dengan Pak Baijuri dan Pak Mairan yang merupakan sesepuh Dusun Klathak.Dari perbincanganku dan Bapak-Bapak itu kusimpulakn bahwa para penduduk di Dusun ini sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah setempat terutama masalah akses jalan dan kesehatan. Aku disini mungkin sebagai penyambung lidah mereka ingin sekaligus menyampaikan aspirasi kepada Bapak-Bapak dari pemerintah kabupaten setempat yang mungkin sedang membaca tulisanku ini bahwa keadaa mereka sangat memprihatinkan. Banyak para penduduk yang terkena penyakit cikungunya. Dan untuk berobat mereka harus menempuh jarak sekitar 5 km ke Puskesmas yang terdapat di Desa Keboireng. Selain itu akses jalan yang sangat buruk juga menghambat mobilisasi mereka ketika berobat ataupun mengantar anak-anaknya yang sekolah ke desa Keboireng yang sangat jauh jaraknya. Bahkan anak-anak mereka rela tidak sekolah jika hujan mengguyur di pagi hari atau jalannya becek. Di samping itu masalah sanitasi para warga juga perlu diperhatikan karena sebagian besar dari mereka tidak punya MCK yang layak. (Maaf) Kebanyakan para warga membuang "hajat"nya di sungai atau di tepi pantai. Hal ini tentunya lama kelamaan akan membuat lingkungan menjadi kotor dan tidak nyaman serta membahayakan bagi kesehatan para warga itu sendiri. Tak terasa lama berbincang-bincang membuat kami tak menyadari bahwa malam kian larut. Pak Jubairi dan Pak Mairan lalu pulang kembali ke rumah. Akupun lalu terlelap tidur di musholla kampung yang begitu sunyi tersebut. Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi untuk mengabadikan moment sunrise. Sunrise di Pantai Klathak

Alhamdulillah cuaca cerah dan aku dapat mengabadikan moment indah itu. Pagi yang sangat indah di pantai cantik itu. Cahaya kemilau matahari perlahan menyingsing dari ufuk barat memancarkan hangat sinarnya kepada bumi. Setelah itu aku ditemani dengan Mas Put mengukur jarak panjang dan lebar Pantai Klathak serta mengeplot koordinatnya dengan alat GPS yang ku bawa. Akupun lalu kembali ke rumah Ibu Hasyim untuk berkemas melanjutkan perjalanan ke pantai yang lain. Namun sebelum itu aku disuruh untuk sarapan pagi di rumah Bu RT. Waduh jadi sungkan banget nih. Alhamdulillah pucuk dicinta ulampun tiba. Kebetulan sudah lapar sekali ingin mengisi perut yang sudah keroncongan. Hehe :) Hmm sarapan pagi yang cukup nikmat walaupun dengan menu yang seadanya. Makasih buanyak bu Hasyim. Aku harus bersyukur karena diberi pengalaman yang luar biasa di dusun ini. Aku kemudian berpamitan kepada Bu Hasyim untuk melanjutkan perjalanan ke tempat lain walaupun hujan deras tengah mengguyur pada saat itu.

Perjuangan dari Pantai Gemah untuk kembali ke rumah.

Pengalaman lain yang tak kalah berat dan menantang yaitu pada saat aku akan kembali dari mensurvey Pantai Gemah. Pada waktu itu hujan deras sedang mengguyurku. Jalur Lintas Selatan (JLS) menjadi sangat becek berlumpur. Aku harus berjibaku mendorong motor naik turun bukit karena jalan sangat licin dan berbahaya. Beberapa kali motorku terjatuh karena terjebak lumpur. Jalan itu layaknya seperti kubangan lumpur raksasa yang berhasil menjebak diriku. Staminaku makin habis. Pada saat itu tak ada orang lain selain aku di jalur itu. Aku terus mendorong sampai titik batas tenagaku. Namun alhamdulillah dengan dengan segenap perjuangan yang aku kerahkan akhirnya aku bertemu dengan para penduduk yang tengah pulang dari mencari rumput di hutan. Mereka membantu mendorong motorku sampai ke tempat yang aman. Pada saat itu jalur terputus karena ada aliran air yang tengah meluap dari atas bukit yang melintang di tengah jalan menuju ke aliran sungai kecil di bawah. Apabila nekat meneruskan perjalanan akan sangat beresiko sekali karena akan membahayakan jiwa. Bisa-bisa aliran air yang deras itu menghanyutkan aku dan motorku menuju jurang yang ada di bawah. Hiih!! Tanah-tanah yang ada di aliran air di sisi utara banyak yang longsor dibuatnya. Aku menunggu dengan beberapa bapak dan ibu para pencari rumput sampai aliran air itu mereda. Setelah alirannya sudah agak reda, kami memutuskan untuk melewati aliran air itu dengan bergotong royong mendorong motor secara bergantian. Ngeri juga melintasi aliran air itu. Karena masih kudengar suara deras arus air yang menggerojok ke sungai kecil yang ada di bawah. Tapi syukur alhamdulillah aku dan para pencari rumput itu dapat keluar dari rintangan yang berbahaya tersebut. Perjalanan masih belum berakhir. Aku masih berjuang untuk sampai di jalan makadam Desa Keboireng.Sempat beberapa kali motorku terjatuh lagi akibat terpeleset lumpur. Tak beberapa lama kemudian aku sampai di jalan makadam yang pada saat itu menjadi aliran air dadakan sehingga jalannya mirip dengan sungai. Motorku menjadi seperti perahu karet yang tengah bermain di arung jeram. Byuuuuurrrr...aku melintasi aliran air itu dengan menancap gas dalam-dalam sehingga motorku laksana membelah sebuah sungai.Rintangan belum berakhir di sini. Kali Klatak yang membelah Desa Kebo Ireng sedang murka dan memuntahkan airnya sampai ke rumah-rumah penduduk. Beberapa ruas jalan juga terkena imbasnya sehingga air tergenang sampai selutut. Ku lihat Kali Klatak waktu itu berarus sangat deras akibat hujan deras yang sejak siang tadi mengguyur kawasan ini. Mungkin jika dinilai dari grade sungai arung jeram, gradenya dapat mencapai grade yang ketiga!!Karena kelamaan menunggu air yang tak kunjung surut akupun nekat melaju tanpa memperdulikan resiko yang terjadi. Akhirnya...Brum Brummm...Glegek!! Knalpot motorku kemasukan air dan mogok di tengah jalan. Padahal kurang separo lagi aku berhasil melewati jalan yang banjir itu. Akupun lalu menuntun motorku ke tempat yang tidak tergenang air. Untungnya saja beberapa warga menolongku memperbaiki motorku yang mogok. Alhamdulillah..Akhirnya aku dapat kembali pulang ke rumah dengan membawa sejuta pengalaman yang sangat menantang di Desa Keboireng!!

ow ya bgi tmn2 yang pengen download file tentang Tugas Akhir ane silahkan klik digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12512-Paper.pdf & foto2 obyek wisata alam hasil jepretanku bisa diliat disini nih http://www.facebook.com/profile.php?id=100000097727764#!/album.php?aid=245868&id=721012160 dan tentunya jangan lupa add facebook gue dulu gan!! :)
Next Episode (^_^)..Petualangan Survey Tugas Akhirku Bagian Kedua

Thursday, August 19, 2010

Khasiat Buah Ceplukan (Physalis angulata)


Ceplukan atau ciplukan yang dalam bahasa latin disebut sebagai Physalis angulata merupakan salah satu tumbuhan herbal yang hidup semusim dan mempunyai tinggi sekitar 1 meter saja. Ceplukan atau ciplukan (Physalis angulata) yang mempunyai buah khas yang tertutup oleh pembesaran kelopak bunga ini kaya akan berbagai manfaat terutama sebagai tanaman herbal (obat-obatan).

Ceplukan atau ciplukan dikebal dengan berbagai nama daerah (lokal) seperti keceplokan, ciciplukan (Jawa), nyornyoran, yoryoran, (Madura), cecendet, cecendetan, cecenetan (Sunda), kopok-kopokan, kaceplokan, angket (Bali), leletep (sebagian Sumatra), leletokan (Minahasa), Kenampok, dedes (Sasak), lapunonat (Tanimbar, Seram), daun kopo-kopi, daun loto-loto, padang rase, dagameme, angket, dededes, daun boba, dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai cutleaf groundcherry, wild tomato, camapu, danwinter cherry. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin) disebut sebagai Physalis angulatayang bersinonim dengan Physalis minima dan Physalis peruviana.
Diskripsi Ceplukan. Ceplukan merupakan tanaman semusim yang mempunyai tinggi sekitar 1 meter. Batang ciplukan berongga dan bersegi tajam.

Bunga, buah, dan daun ceplukan (Physalis angulata)
Daun ceplukan berbentuk bulan telur dengan ujungnya yang meruncing. Tepi daun terkadang rata terkadang tidak dengan panjang daun antara 5-15 cm dan lebar 2-10 cm. Bunga ceplukan (Physalis angulata) terdapat di ketiak daun, dengan tangkai tegak berwarna keunguan dan dengan ujung bunga yang mengangguk. Kelopak bunga berbagi lima, dengan taju yang bersudut tiga dan meruncing. Mahkota bunga menyerupai lonceng, berlekuk lima berwarna kuning muda dengan noda kuning tua dan kecoklatan di leher bagian dalam. Benang sari berwarna kuning pucat dengan kepala sari biru muda.
Buah ceplukan (Physalis angulata) terdapat dalam bungkus kelopak yang menggelembung berbentuk telur berujung meruncing berwarna hijau muda kekuningan, dengan rusuk keunguan, dengan panjang sekitar 2-4 cm. Buah buni di dalamnya berbentuk bulat memanjang berukuran antara 1,5-2 cm dengan warna kekuningan jika masak. Rasa buah ciplukan manis dan kaya manfaat sebagai herbal.

Pohon ceplukan diduga berasal dari daerah tropis Amerika dan tersebar ke berbagai kawasan di Amerika, Pasifik, Australia, dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, ciplukan tumbuh secara alami di semak-semak dekat pemukiman hingga pinggiran hutan. Tumbuhan yang kaya manfaat sebagai obat-obatan (herbal) ini mampu hidup hingga ketinggian 1.600 meter dpl.
Kaya Khasiat dan Manfaat. Ceplukan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman herbal (obat-obatan). Akar tumbuhan ciplukan dapat digunakan sebagai obat cacing dan penurun demam.

Buah ciplukan yang kaya manfaat
Daun Ciplukan (Physalis angulata) bermanfaat sebagai obat penyembuhan patah tulang, busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing nanah. Sedangkan buah ciplukan sendiri sering dimakan langsung untuk mengobati epilepsi, sulit buang air kecil, dan penyakit kuning.

Pada pohon ceplukan mengandung senyawa-senyawa aktif yang antara lain saponin (pada tunas), flavonoid (daun dan tunas), polifenol, dan fisalin (buah), Withangulatin A (buah), asam palmitat dan stearat (biji), alkaloid (akar), Chlorogenik acid (batang dan daun), tannin (buah), kriptoxantin (buah), vitamin C dan gula (buah).

Ceplukan dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, analgesik, dan sitotoksik. Juga sebagai peluruh air seni (diuretic), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.

Melihat aneka manfaat pohon ciplukan yang sedemikian besar sungguh mengherankan hingga sekarang belum ada satupun yang berusaha membudidayakannya. Tanaman ceplukan masih dibiarkan tumbuh liar secara alami. Hmm bagi teman-teman yang hobi agribisnis tak ada salahnya membudidayakan tanaman ini. Siapa tahu nantinya akan berpeluang menghasilkan bisnis besar. Belum pernah saya dengar soalnya ada orang yang memanfaatkan buah ceplukan ini untuk bahan makanan, jus atau obat-obatan. Jadi, tak ada salahnya mencoba!!

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Plantae; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Magnoliopsida; Ordo: Solanales; Famili: Solanaceae; Genus: Physalis; Spesies: Physalis angulata. Sinonim:P. minima
P. peruviana. Nama Indonesia: Ceplukan atau Ciplukan.
Sumber: http://alamendah.wordpress.com
Referensi:
www.hear.org/pier/species/physalis_angulata.htm
id.wikipedia.org/wiki/Ceplukan
commons.wikimedia.org/wiki/Physalis_angulata (gambar) Read more: wisben.com on blogger: Ceplukan (Physalis angulata) yang Kaya Manfaat

Wednesday, August 18, 2010

Baluran Britama Birding Competition 2010 (1)



Kamis, 22 Juli 2010 Here we go!!Saatnya tim Arismaduta berangkat menuju Taman Nasional Baluran untuk mengikuti Lomba 1st Annual Baluran Britama Birding Competition. Tim pertama beranggotakan Winona, Novi dan aku sendiri. Sedangkan tim kedua beranggotakan Wira, Safak dan Chandra serta 1 orang yang jadi official yaitu Tri. Kami berangkat kesana dengan naik kereta Logawa dari Stasiun Gubeng Surabaya pukul 16.10. Setelah tergesa-gesa dari kosnya Manda di Keputih, kami akhirnya sampai di Gubeng pukul 16.30 dengan hati cemas berharap tidak ketinggalan kereta. Namun ternyata menurut informasi kereta Logawa mengalami keterlambatan. Keretapun tiba di Stasiun Gubeng setelah menunggu kurang lebih 30 menit. Kami segera mencari tempat duduk yang kosong. Hmm ternyata lumayan banyak yang kosong. Begitu kami mencari tempat duduk, ada rombongan cewek-cewek berjilbab yang mengawasi kami dan melihat-lihat kami. Ada apakah gerangan?Kami tak ambil pusing dengan hal itu soalnya hanya satu yang terasa pada saat itu yaitu laparr!! Hehe..kami bertujuh sejak siang tadi soalnya belom makan sama sekali. Namun aku mengira mereka adalah rombongan teman-teman dari Pecuk ITS karena ada yang membawa buku panduan lapangan MacKinnon & tas ransel. Namun aku tak terlalu yakin karena dari wajah-wajahnya tampak asing bagiku. Stasiun demi stasiun kami singgahi, sementara perut kami makin keroncongan menunggu pedagang penjual nasi bungkus yang dari tadi belum nongol-nongol. Akhirnya ada juga pedagang nasi yang lewat dan tanpa basa basi aku memanggilnya lalu menanyakan berapa harganya. Ibu penjual nasi itu lalu menjawab pertanyaanku, “Empat ribu saja dik”. Aku lalu menawar, “kalau 2 ribu saja boleh Bu?”. Maka Ibu itu langsung nyengir dan pergi dari hadapan kami.wakakaka...  lalu ada penjual nasi lagi yang datang. Kali ini seorang mas-mas. Aku lalu menanyakan berapa harga nasinya. Ternyata harganya pun juga sama. Aku lalu menawar dengan harga 3 ribu rupiah. Mas itu lalu bertanya kepadaku, “sampeyan mau beli berapa mas?”. Akupun menjawab, “Tujuh mas, 3 ribu saja ya mas?”, pintaku memelas. Akhirnya mungkin dengan terpaksa (hehe) mas itu mengiyakan tawaranku. Langsung dengan lahapnya nasi bungkus itu kami makan bersama pada saat itu. Setelah perut terisi kami lalu main tebak-tebakan nama ilmiah burung-burung yang masuk list TN Baluran. Mbak-mbak yang tadi mengawasi kami ternyata juga lagi belajar dengan membaca buku Mac Kinnon. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih. Keretapun masih melaju menyinggahi beberapa stasiun. Ku lihat adik-adikku sudah terlelap tidur. Karena mataku tidak bisa terpejam walaupun sudah mencoba untuk tidur aku berjalan-jalan ke gerbong lain. Mbak-mbak rombongan pengamat burung yang entah dari mana itu sudah terlelap tidur, lalu aku SKSD ke mas-mas yang kayaknya bagian dari rombongan mbak-mbak tersebut. Setelah berkenalan ternyata mereka adalah rombongan dari KSHL Comata UI. Mereka juga membawa 2 tim namun ada 1 peserta yang berkategori expert yaitu Mas Dimas. Kami berbincang-bincang sembari menunggu perjalanan tiba Stasiun Jember. Perjalanan kami sudah tiba di Stasiun Rambipuji, artinya sebentar lagi kami akan sampai di Stasiun Jember. Aku pun kemudian membangunkan adik-adikku supaya bersiap-siap untuk turun sesaat lagi. Sekitar pukul 22.30 kami pun tiba di Kota Jember.


Cuaca cukup dingin waktu itu karena tampaknya Kota Jember habis diguyur hujan melihat jalanannya tampak basah. Kami lalu berunding dengan teman-teman Comata UI apakah langsung menuju ke Banyuwangi melalui bus atau alternatif lain, menunggu Kereta Mutiara Selatan yang datang pada pukul 03.00 pagi hari nanti. Kami sempat bernegosiasi dengan para tukang becak dan ojek di depan stasiun, namun atas saran dari petugas keamanan PT. KA kami disarankan untuk menunggu saja KA. Mutiara Selatan karena alasan keamanan dan tarif yang relatif murah dibandingkan dengan naik bus. Kami akhirnya menginap di stasiun dengan teman-teman Comata UI. Jumat, 23 Juli 2010 Kami menunggu kedatangan kereta Mutiara Selatan yang diperkirakan akan tiba di stasiun pukul 03.00 WIB. Namun dari petugas informasi mengabarkan bahwa kereta akan datang terlambat pada pukul 03.30 WIB. Setengah jam berlalu KA. Mutiara selatan yang kami tunggu akhirnya tiba. Kami segera masuk dalam kereta bersama teman-teman Comata mencari-cari tempat duduk yang kosong. Alhamdulillah dapat juga walaupun lokasi tempat duduk kami berpencar. Di kereta itu aku melanjutkan kembali tidurku yang tertunda hingga akhirnya aku membuka mata kembali pukul 05.00. Akupun lalu menunaikan sholat shubuh di dalam kereta. Tak terasa ternyata subuh waktu aku tidur tadi Kabupaten Banyuwangi diguyur hujan. Tampak diluar matahari mulai menyingsing menampakkan kemilau sinarnya. Rona-rona basah embun pagi pada hijaunya pematang sawah yang kami lewati tampak menyejukkan mata. Kereta api yang kami tumpangi akhirnya menyandarkan diri di Stasiun Banyuwangi Baru pada kurang lebih pukul 06.00 WIB.


Bersama teman-teman Comata UI

Kami bergabung kembali dengan teman-teman Comata untuk melanjutkan perjalanan menuju Taman Nasional Baluran. Sebelum mencari angkutan umum kami sempat berfoto bersama di dalam stasiun. Di luar stasiun kami bertemu dengan rombongan teman-teman dari Himpala Unrika Batam (Emi, Peppy, Ronald dan Guntur) yang juga akan mengikuti lomba. Kami
berkenalan sejenak kemudian datanglah seorang bapak supir angkutan yang menawari kami menuju ke terminal. Kami langsung mengiyakan tawaran Bapak tersebut karena kami tak sabar ingin segera sampai di Tanah Afrikanya Pulau Jawa. Namun angkutan itu hanya mencukupi untuk 2 rombongan saja, yaitu rombongan tim kami dan Himpala Unrika. Terpaksa Deh teman-teman dari Comata kami tinggal di stasiun. Maaf ya kami duluan kawand . Perjalanan ke Taman Nasional yang mempunyai luas sekitar 25.000 ha ini ternyata lumayan jauh dari stasiun tadi, karena Pintu Gerbangnya berada di Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo. Angkutan umum yang kami tumpangi beberapa kali melintasi jalan raya yang berada persis di pinggir Selat Bali. Di sepanjang perjalanan aku pada waktu itu asyik berbincang-bincang dengan teman-teman dari Himpala Unrika. Aku salut dan mengapresiasi kedatangan teman-teman ini untuk mengikuti lomba karena mungkin mereka merupakan peserta terjauh pikirku pada saat itu.

Sekitar satu jam kemudian kami tiba di Pintu Gerbang “African van Java” alias Afrikanya Pulau Jawa. Di depan pintu gerbang terdapat baliho besar yang bertuliskan 1st Annual Baluran Birding Competition dengan latar belakangnya adalah gambar burung Kehicap Ranting (Hypothymis azurea). Kami lalu berkenalan dengan dua orang peserta dari Jogja yang lagi nongkrong di depan pintu gerbang. Lalu oleh dua mas tadi kami ditunjukkan tempat aula untuk istirahat para peserta. Bapak-bapak petugas dari TN Baluran dengan ramah menyambut kedatangan kami di pos pintu masuk. Setelah itu kami bergegas menuju ke aula dan meletakkan barang-barang kami di sana. Hmm kami berjumpa dengan wajah-wajah para peserta yang tampaknya sudah tidak asing lagi bagiku karena beberapa kali bertemu di ajang lomba birdwatching. Kulihat pada saat itu ada teman-teman dari tim Pelatuk dan Green Community Unnes, Peksia Himbio Unair, Bicons Bandung, Haliaster Undip, Bionic UNY, Pecuk ITS dan beberapa peserta lain yang belum aku kenal.

Kami bersama teman-teman dari Himpala Unrika kemudian memutuskan untuk mencari sarapan pagi di warung luar kawasan TN Baluran. Menu makan pagi itu adalah nasi pecel dengan harga yang lumayan murah cukup merogoh kocek 3 ribu per orang. Selesai makan kami langsung melakukan registrasi dan bersiap menuju area lomba yaitu Savana Bekol. Truk yang dipersiakan panitia mengangkut peserta ke Savana Bekol berjumlah lima buah. Sekitar pukul 09.30 WIB kami lalu diberangkatkan bersama-sama menuju Savana Beol eh Bekol maksudnya. Hehe..

Jalan aspal dari Batangan ke Bekol ternyata tidaklah mulus, banyak “gronjalan” di sana sini sehingga para peserta di atas truk harus bergoyang-goyang ria dan sesekali mesti merunduk karena banyak ranting dan cabang pohon yang melintang di tengah jalan. Walaupun cuaca mulai menyengat namun kami cukup antusias menikmati perjalanan. Sesekali kami di tengah perjalanan kami berjumpa dengan burung-burung eksotis penghuni TN Baluran diantaranya Ayam Hutan Hijau (Gallus varius), Gemak Loreng (Turnix susciator), Bubut alang-alang (Centropus bengalensis) dan Kekep Babi (Artamus leucorynchus). Monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis juga sesekali mengintai dari atas pepohonan seolah menyambut kedatangan kami.
Kepanasan di tenda derita...

Akhirnya para peserta tiba di Blok Kantor Balai Savana Bekol sekitar pukul 10.30 WIB. Di sana para peserta lalu diinstruksikan oleh panitia untuk mendirikan tenda di lokasi yang sudah disediakan. Kami mendapat lokasi tenda di paling ujung sebelah barat berdekatan dengan teman-teman Comata UI. Setelah selesai mendirikan tenda para peserta yang beragama islam menunaikan sholat Jumat di halaman depan Kantor Bekol. Namun sebelum itu panitia menyajikan acara pesta es degan di sebelah ruang dapur di bawah pohon asam yang rindang. Seusai sholat jumat kami lalu berbondong-bondong mengantri untuk makan siang. Para peserta dengan berbaris bergantian mengambil sepiring nasi yang sudah lengkap dengan lauk pauknya. Setelah mengisi perut, para peserta digiring menuju ke depan untuk mengikuti acara pembukaan lomba.

Tarian Garuda Nusantara

Acara pembukaan lomba di hadiri oleh para pejabat penting yang datang dari pemerintah Kabupaten Situbondo dan para pihak sponsor yang bersangkutan. Para peserta kemudian disuguhkan oleh atraksi tarian “garuda nusantara” yang merupakan tarian lokal dari daerah setempat. Setelah itu dilanjutkan dengan acara sambutan-sambutan dan ditutup dengan prosesi penyematan tanda peserta yang diwakili oleh para peserta yang datang dari jauh yaitu Papua dan Kalimantan. Setelah acara pembukaan selesai, dilaksanakan acara penanaman pohon yang berlokasi di sebelah area tenda peserta.


Pada sore harinya para peserta diinstruksikan panitia untuk melakukan kegiatan orientasi medan. Setelah mengerjakan ibadah sholat ashar, kami langsung bergerak menuju puncak menara di atas bukit untuk melakukan pengamatan dari atas. Dari puncak menara kami dapat leluasa memandang luasnya Savana Bekol, Gunung Baluran, Selat Bali dan beberapa blok kawasan TN baluran. Pada sore itu kami selain melakukan orientasi medan juga melakukan simulasi untuk lomba. Kami mencatat berbagai jenis-jenis burung yang kami

temukan selama orientasi medan. Raptor pertama yang kami temukan adalah Alap-Alap Sapi (Falco moluccensis) yang kebetulan melintas tatkala kami akan turun dari atas bukit menuju Savana Bekol. Kami berharap menemukan berbagai jenis raptor yang lain keesokan harinya. Namun burung yang paling kami ingin jumpai di Baluran adalah Merak Hijau yang akan menjadi moment tak terlupakan apabila dapat menjumpainya hidup liar alam bebas.

Kami bertujuh kemudian berpindah tempat melakukan pengamatan ke Savana Bekol. Savana ini merupakan padang savana yang sangat luas dimana merupakan habitat berbagai jenis fauna yang beraneka ragam seperti Banteng, Rusa, Monyet Ekor Panjang, Ajag serta berbagai jenis burung. Berdiri di hamparan savana ini kita dapat memandang gunung baluran yang berdiri dengan kokoh di sebelah barat.

Subhanallah aku sangat takjub betapa indah pemandangan sore hari itu. Sang mentari seakan malu bersembunyi di balik anggunnya Gunung Baluran. Semburat senja yang kemerah-merahan, laksana lukisan alam yang mengagumkan dan sempurna untuk dinikmati. Sementara burung tekukur, dederuk dan uncal tampak berseliweran dengan happy kembali ke sarangnya masing-masing. Semoga tak ada yang mengusik suasana damaimu..oh Baluran.


Kami tidak menyia-nyiakan kesempatan pemandangan yang langka itu. Beberapa kali kami berfoto dengan pose berdiri di hamparan savana dengan latar belakang pemandangan sunset di balik Gunung Baluran. Kami juga menyempatkan melihat-lihat tempat penampungan sumber air buatan yang biasanya digunakan untuk minum hewan-hewan liar seperti banteng, kerbau liar, monyet, burung merak dan lain-lain. Hari makin gelap, para peserta lain tampaknya mulai berbondong-bondong untuk kembali ke Base Camp. Kami pun akhirnya melangkahkan kaki kembali bersama peserta lain menuju tenda. Namun aku sejak tadi heran melihat chandra yang tampaknya ada sesuatu yang aneh. Dan ternyata...wakakakak..dari tadi kami tidak sadar bahwa dia memakai kaos peserta dengan terbalik. Dan anehnya dia sempat berfoto-foto narsis di hadapan peserta lain. Hehehe betapamalunya dia saat aku beritahu kalau kaosnya kebalik. Semuanya pun pada ketawa ngakak melihat Mecil. Hehe dasar...

Malam harinya setelah menunaikan sholat magrib dan makan malam, para peserta kembali mengikuti sesi acara berikutnya yaitu briefing teknis tentang perlombaan serta sarasehan. Namun aku sehabis sholat magrib langsung mlungker di tenda karena merasa sangat capek sekali sehabis melakukan ormed tadi. Wira dan Safak pun juga begitu jadi kami bertiga ketiduran di tenda dome sedangkan yang cewek-cewek mungkin sudah makan dan sekarang pada ngumpul dengan peserta lain melakukan sarasehan. Namun aku tiba-tiba terbangun dan teringat bahwa malam ini ada acara sarasehan. Langsung saja aku membangunkan Wira dan Safak. Aku melihat sekeliling tenda dome peserta yang lain sudah sepi, mungkin hanya kita bertiga yang lagi enak-enakan tidur.Hehe..maaf capek banget soalnya. Kami bertiga lalu bergabung bersama peserta lain yang lagi serius menyimak peraturan lomba yang di paparkan oleh juri. Setelah itu ada games berhadiah yang disiapkan oleh panitia. Para peserta tampak antusias untuk berebut hadiahnya dengan menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh panitia. Malam semakin larut dan hawa semakin dingin di area Bekol. Para peserta seusai mengikuti sarasehan berduyun-duyun menuju tendanya masing-masing untuk beristirahat. Kami segera merapatkan barisan untuk menyiapkan strategi buat lomba keesokan harinya. Aku segera membagi tugas ke masing-masing anggota tim. Namun hanya satu yang kutekankan kepada adik-adik bahwa tujuan kami untuk mengikuti BBC ini adalah tak lain hanyalah untuk mencari ilmu dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya, menang ataupun kalah itu bukanlah suatu masalah yang penting kita bisa heppy!!  Seusai berkoordinasi kami segera menuju tenda masing-masing. Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00, kami harus bangun pukul 04.00 untuk menyiapkan segalanya. Suasana sudah tampak sepi, hanya suara mesin genset yang masih meraung-raung namun tak merisaukan kami untuk segera lelap dalam tidur. Bulan dan bintangpun di atas sana tampak tersenyum seakan ingin menemani mimpi indah kami...

Sabtu 24 Juli 2010
Alarm HP-ku berbunyi dan seketika membangunkan-ku dari tidur yang singkat pada pukul 04.30. Aku lalu membangunkan Safak yang masih tertidur. Wira sudah tidak ada di tenda, mungkin ia sudah terbangun duluan daripada diriku. Adik-adikku yang cewek ternyata juga sudah bangun. Aku lalu bergegas mengambil peralatan mandi dan mencari kamar mandi terdekat yang kosong. Namun ternyata para peserta pada sudah bangun semua dan mengantri di kamar mandi di dekat musholla sebelah barat. Karena males mengantri aku pergi menuju kamar mandi yang ada di samping Musholla Bekol. Alhamdulillah kosong!aku mandi dengan santainya dan tak sadar bahwa banyak yang mengantre menungguku di luar. Hehe maaph...

Setelah mandi aku kemudian sholat berjamaah dengan teman-teman peserta lain di Musholla. Setelah itu aku kembali ke tenda dan menyiapkan perlengkapan untuk birdrace. Waktu sudah menunjukkan pukul 05.30, para peserta dihimbau oleh panitia untuk segera mengambil jatah makan masing-masing tim. Selain itu segala jenis buku panduan harus dikumpulkan ke panitia karena sudah menjadi peraturan lomba. Para peserta hanya diperbolehkan membawa alat tulis, kamera, handycam, perekam suara dan perlengkapan pribadi. Si Candra dan Tri yang mengambil jatah makan pagi kami sudah kembali ke tenda. Kami bertujuh lalu sarapan pagi walaupun dengan jatah nasi bungkus enam buah karena official pada waktu itu tidak mendapatkan jatah. Nasi bungkuspun kami campur menjadi satu. Hmmm..nikmatnya makan rame-rame. Hal ini mungkin sudah menjadi ciri khas seorang pencinta alam bahwa rasa kebersamaan itulah hal pertama yang harus ditonjolkan. Akupun jadi ingat ketika diklat pencinta alamku dulu pada masa SMA, waktu itu aku dengan teman-teman angkatanku makan nasi bersama dengan lauk sarden dan mi goreng yang alasnya adalah daun jati. Hmm serasa back to nature...
Tepat pukul 06.00 para peserta sudah berkumpul di garis start depan balai kantor Bekol untuk memulai lomba. Tri yang menjadi official kami terpaksa ditinggal di area base camp peserta. Hekz..kasiiiiannn. Aku lalu menitipkannya pada Ronald anak Himpala Unrika yang juga menjadi official. Panitia lalu menginstruksikan peserta untuk berjejer berbaris rapi dan menunggu aba-aba. Bendera lalu diangkat, ya!!dengan berbondong-bondong masing-masing tim peserta menuju rutenya masing-masing. Ada tim peserta yang menuju ke Pantai Bama, ada lagi yang menuju Hutan Evergreen dan Curah Udang. Kami memutuskan untuk menuju ke Pantai Bama terlebih dahulu sesuai rencana yang sudah diputuskan bersama saat koordinasi kemarin malam. Tim 2 Arismaduta yang dikoordinatori Wira aku persilahkan untuk berada di depan Tim 1 dengan tetap menjaga jaraknya.

List burung yang pertama kali kami catat adalah walet linchi ( collocalia linchi) karena itulah jenis burung yang pertama kali kami lihat. Kami sebenarnya pada saat itu agak minder karena para peserta yang lain memiliki alat yang canggih-canggih seperti Monokuler dan kamera DSLR, sedangkan kami hanya membawa binokuler kecil dan kamera digital biasa.  Hmm namun kutepis jauh-jauh hal itu dari anganku karena pikiran yang negatif akan melemahkan mental kita sendiri. Aku berpikiran positif mengenai kehadiran kami pada lomba ini walaupun dengan alat-alat seadanya paling tidak menunjukkan bahwa kami peduli dengan konservasi lingkungan hidup khususnya tentang hal konservasi burung. Walaupun dengan alat-alat seadanya kami akan terus berjuang memberikan yang terbaik untuk Arismaduta. Hal itulah yang kutanamkan dalam-dalam kepada adik-adikku supaya mempunyai semangat yang tinggi dalam memperjuangkan segala sesuatu.

Bersambung ke Baluran Britama Birding Competition sesion 2 :)

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger