Beranda

Friday, December 24, 2010

Baluran Britama Birding Competition 2010 (2)


Pagi itu di Savana Bekol, cuaca cukup cerah. Semak ilalang yang menghampar luas dengan latar belakang Gunung Baluran menjadi penyejuk hati kami selama mengamati burung di area Savana Bekol. Tak salah jika Baluran dijuluki African van Java karena hanya tinggal menambahkan hewan-hewan seperti gajah, jerapah, singa dan hyena maka akan tampaklah pemandangan seperti di Benua Afrika. Lalu satu-persatu jenis burung yang lain hadir menyapa kami diantaranya yaitu Ayam Hutan Hijau (Gallus Varius), Cekakak Sungai (Halcyon Chloris), Cucak Kutilng (Pygnonotus aurigaster), Tepekong Jambul (Hemiprocne longipennis), Madu Sriganti (Nectarinia Jugularis), Cabai Jawa (Dicaeum trochileum), Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis), Bentet Kelabu (Lanius scach), dan Dederuk Jawa (Streptopelia bitorquata). Di tengah-tengah area savana Bekol sebelah barat terdapat sebuah bangunan yang khusus digunakan untuk penyuplai air minum satwa liar. Sedangkan disebelah timur terdapat sebuah kubangan air yang dikelilingi pagar kayu yang digunakan sebagai tempat khusus untuk minum atau berkubang mamalia terrestrial besar seperti rusa, kerbau liar dan banteng.

Langkah kaki dan penglihatan kami terus mencari-cari, dimanakah gerangan jenis burung-burung lain yang belum masuk dalam daftar catatan hasil lomba kami. Aku disini berkeinginan kuat untuk menjumpai burung merak hijau secara liar di alam terbuka yang tak pernah kujumpai sebelumnya. Hmm semoga saja keinginanku itu bisa terwujud. Keasyikan mengamati, tim kami pun terpencar jauh dengan tim 2 AR yang berada di depan. Mr. Bule yang merupakan peserta terjauh yang datang dari Swiss pun melengos pergi dari hadapan kami dengan langkah yang tegap menuju ke arah Pantai Bama. Ketika kami sedang asyik-asyiknya mengamati di area jalan Bekol-Bama, ada dua ekor burung raptor yang sedang terbang menuju ke arah kami. Segera kuintai dua ekor burung itu dengan binokulerku. Dengan ciri-ciri warna bulunya yang bercorak coklat-gelap dan ukuran tubuhnya yang sedang sekitar 30 cm, aku yakin bahwa burung ini adalah jenis Alap-alap Sapi (Falco Moluccensis). Kedua burung ini tampaknya saling berebut daerah kekuasaan untuk mencari mangsa karena beberapa kali terlihat saling beradu di udara. Beberapa jepretan kuarahkan kepada kedua burung tersebut. Namun hasilnya hikz...sungguh jelek!!  Yahh maklumlah kamera digital biasa Kami bertiga kemudian break sejenak di bawah sebuah pohon. Sambil beristirahat dengan iseng-iseng kuarahkan binokulerku ke berbagai sudut, berharap untuk menemukan seekor burung. Namun sialnya aku hanya menemukan seekor monyet ekor panjang yang sedang berjalan di atas rerumputan. Kuarahkan lagi ke sudut yang lain. Dan aku menemukan obyek aneh yang tampaknya bukan semak atau ilalang yang bergerak tertiup angin. Setelah kuamati dan dengan rasa tak percaya mulai kusadari bahwa obyek itu adalah MERAK HIJAU (Pavo muticus)!!!! Alhamdulillah betapa senangnya diriku bisa menemukan burung yang eksotik itu di alam bebas secara liar. Aku lalu menunjukkan kepada winona dan novi. Mereka juga nggak menyangka bisa melihat langsung burung secantik itu. Sayang aku tidak bisa memotretnya dengan jelas karena burung itu berjarak lumayan jauh dengan tempat kami berada. Setelah puas mengamati merak hijau, kami kemudian memutuskan untuk mempercepat perjalanan ke Pantai Bama.

Akhirnya kami bertiga bertemu dengan tim AR 2 di dekat menara pengintai di tengah jalan menuju Pantai Bama. Mereka kelihatannya tampak serius mengamati dari atas menara. Aku melihat hasil catatan mereka, ternyata lumayan banyak yang jenis burung yang mereka dapatkan. Namun mereka belum menemukan merak hijau seperti yang kami temukan sebelumnya. Di area menara pengintai itu kami mencari tempat yang nyaman untuk melakukan pengamatan, karena di sana terdengar sangat riuh kicauan burung yang ada di pepohonan di sekelilingnya. Cipoh Kacat (Aegithinia thypia) dan Prenjak Padi (Prinia inornata) akhirnya masuk dalam daftar catatan kami. Setelah itu kami memutuskan untuk bergerak bersama ke Pantai Bama karena waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 lebih.

Di salah satu pohon Gebang / Corypha utan kami tak sengaja melihat salah satu jenis burung pelatuk. Langsung saja aku mengintainya dengan binokulerku dan ternyata setelah aku amati ciri-ciri morfologinya burung ini termasuk jenis Pelatuk Tunggir-Emas (Chrisocolaptes lucidus). Burung ini memiliki ciri-ciri jambul yang berwarna merah, sayap yang berwarna kuning keemasan dan strip hitam pada pipi. Hmm lumayan sudah menemukan satu jenis pelatuk, mudah-mudahan di tempat lain kami bisa menemui jenis burung yang lain.

Waktu berjalan merambat pelan, kami terus menyusuri jalan menuju ke Pantai Bama. Tiba di sebuah pertigaan jalan menuju Pantai Bama dan Sumber Manting, kami bertiga memutuskan untuk berjalan menuju ke arah Sumber Manting. Disini lagi-lagi kami kehilangan jejak dengan tim 2 AR. Namun aku berpikir, ya sudah jalan terus saja mungkin nanti kami akan bertemu di Pantai Bama. Jalan menuju ke Sumber Manting tampak berbeda dengan jalan menuju Pantai Bama. Perbedaannya adalah jalannya agak kecil dan berpasir putih. Di kanan kiri jalan vegetasinya juga agak tertutup, dengan jenis pepohonan gebang yang menjulang tinggi mendominasi di awal perjalanan.

Ternyata perjalanan menuju sumber manting sangat melelahkan dan tracknya juga panjang. Beberapa kali kami harus istirahat melepas lelah. Burung-burung yang kami jumpai pun juga
sedikit jumlahnya. Beberapa kali kami mendengar jeritan Elang Ular-bido di tengah perjalanan. Ngapain emangnya kamu do-bido, kok menjerit-jerit segala?hehe...Namun akhirnya di salah satu area kami menemukan suara cerecet gemerisik yang tampaknya tidak asing bagiku. Ya! Benar sekali dugaanku beberapa burung Gelatik Batu-hitam (Parus major) tampak bergerombol di ranting pepohonan. Selain itu kami juga dapat surprise dari burung Takur Ungkut-Ungkut (Megailama haemacephala) yang tampaknya terusik dari persembunyiannya karena keberadaan kami. Burung itu terbang menuju atas cabang pohon yang kering dan bertengger disana cukup lama. Namun ketika akan kami potret sialnya burung itu keburu menghindar. Nggak mau dibilang banci foto kali tuh burung ya!haha.. 
Sumber Manting

Matahari di atas kepala kami makin terik. Jalanan yang kami susuri mungkin masih jauh ke arah Pantai Bama. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00, namun kami masih melangkah seperti tak kenal lelah. Mendekati Sumber Manting vegetasi mulai agak tertutup rapat. Banyak pohon-pohon besar seperti Manting (Syzygium polyanthum), Poh-Pohan (Buchanania arborescens), Kesambi (Schleichera oleosa) dan Ketapang (Terminalia catappa) yang mulai mendominasi. Tiba-tiba saja Bugh..Bugh..Bugh...wussss!!! Seekor burung besar yang cantik melintas di atas kepala kami. Alhamdulillah lagi-lagi kami dapat bertemu dengan burung yang cantik lainnya yaitu Julang Mas (Rhyticeros undulatus). Tak jauh dari tempat itu kami mendengar suara burung sangat gaduh. Kwong-kwong-kwong....mungkin ini Rangkong Badak alias saudaranya Julang Mas yang lain pikirku. Hehehe...Dan benar saja ketika kami melangkah beberapa meter dari sana tiba-tiba...klepak-klepak...dua ekor burung berwarna hitam dengan perut putih terbang bertengger di atas pohon, tepat DI ATAS KEPALA KAMI!!! Woowwww..Kami lalu tahan napas supaya burung itu tidak kabur. Emangnya vampir apa!!hehe..Sayangnya burung itu akhirnya mengetahui keberadaan kami lalu terbang menghindar. Mungkin karena kami tak kuat menahan nafas. Heks.... Alhamdulillah sempat saya potret sebelum dia kabur. Burung cantik itu bernama Kangkareng Perut Putih (Anthraroceros albirostris) bukan Rangkong Badak seperti dugaan awalku.

Perjalananpun kami lanjutkan. Kami akhirnya tiba di sebuah tempat yang terdapat sumber air dan papan informasi, Ternyata inilah yang dinamakan sumber manting. Konon nama Manting atau artinya terpelanting dalam Bahasa Indonesia diambil dari kejadian punggawa Mbah Cungking (Adipati Kerajaan Blambangan) yang jatuh terpelanting di sumber air ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat jika berada di sini disarankan untuk mencuci muka atau mandi agar bisa awet muda. Tempat ini pada waktu Bulan Suro sangat ramai dikunjungi masyarakat setempat untuk melakukan ritual-ritual khusus. Kami disini berfoto-foto narsis sejenak. Lalu melanjutkan perjalanan kembali. Di sebuah tikungan kami bertemu dengan bapak-bapak pegawai TN Baluran yang mungkin ditugaskan untuk menjaga di tikungan tersebut. Aku lalu bertanya apakah masih jauh Pantai Bama dari tempat kami berpijak. Bapak itu lalu menjawab katanya tinggal sebentar lagi akan sampai ke Pantai.

Beberapa puluh meter kami melangkah tibalah kami di sebuah pantai kecil yang indah. Hamparan pepohonan bakau menghiasi tepinya. Kami lalu berfoto narsis kembali dan mengabadikan pemandangan indah itu.  Namun itu bukan Pantai Bama yang kami sempat duga, mungkin anak pantainya kali ya. Perjalanan selanjutnya kami menjumpai sebuah pertigaan utama menuju Pantai Bama. Hmm sepertinya sudah tidak jauh lagi pikirku. Alhamdulillah sekitar pukul 12. 00 kami sampai di Blok Kantor Resort bama. Kami lalu mencari dimanakah gerangan anak-anak tim AR 2 berada. Kami akhirnya menemukan mereka tengah asyik duduk-duduk di bangku di dekat Pantai.

Di area ini banyak terdapat monyet ekor panjang yang sangat usil dan ganas. Mereka tak segan-segan mendekati para peserta yang sedang asyik makan dan merebut makanan yang dibawanya. Barak besar milik panitia pun dirobohkan oleh mereka. Hufth dasar monyet nakal!!  Namun kulihat banyak monyet kecil yang masih bayi dan digendong oleh induknya. Hmm pemandangan yang tampak lucu sekali bagiku. Setelah makan siang dari bekal yang kami bawa pagi tadi, kami menunaikan sholat dhuhur secara berjamaah di musholla blok kantor Bama. Setelah itu kami menyusun dan menyeketsa daftar jenis burung yang kami temukan sebelumnya di buku lomba yang disediakan oleh panitia. Tepat pukul 14.00 kami bersama-sama bergerak menuju kembali ke Savana Bekol melalui Pantai Kalitopo dan Curah Udang. Sekitar 15 menit kemudian sampailah kami di Pantai Kalitopo. Di sana kami secara tak sengaja menemukan seekor burung air yang berukuran besar. Setelah kuamati dari balik binokulerku itu ternyata adalah burung Cangak Laut (Ardea sumatrana). Burung ini sedang berada di tengah karang di laut sepertinya sedang mencari mangsanya yaitu ikan. Pemandangan di Pantai Kalitopo sangatlah indah. Hamparan pasir putih yang masih bersih dan tepinya dihiasi oleh hutan mangrove menjadikan tempat ini sangat alami dan eksotis. Pukul 15.00 kami kembali dari Pantai Kalitopo menuju Savana Bekol melalui Curah Udang. Di perjalanan kami sempat menemui burung Bubut Jawa (Centropus nigrorufus) dan Elang Ular Bido (Spilornis cheela). Kera hitam (Presbytis cristata) sempat menyapa kami sebelumnya di jalan menuju Pantai Kalitopo.

Jalan setapak yang kami lalui tampak lengang menuju Savana Bekol. Vegetasi pepohonan yang mendominasi di samping kiri kanan kami adalah jenis pohon Widoro Bukol (Zizyphus rotundifolia). Di sebuah ranting pohon yang kami menemukan tiga ekor anak burung yang sedang ditinggal oleh induknya. Aku tak tahu jenis apakah burung ini. Kami sempat memotretnya sebagai kenang-kenangan. Bye-bye nak..semoga kalian bisa tumbuh sehat dan menjadi anak yang pintar biar berguna bagi nusa dan bangsa. Haha ngemeng epe ente ini!! Hari semakin sore, kami harus kembali ke Base Camp setidaknya pada pukul 17.00 WIB karena pada pukul 17.30 hasil pengamatan sudah harus kami kumpulkan ke panitia. Di perjalanan sebelum sampai ke Bekol kami menjumpai burung srigunting hitam (Dicrurus macrocercus) dan dua ekor Alap-alap sapi yang sedang berkerjaran. Mungkin lagi pacaran tuh burung!!hehe

Alhamdulillah akhirnya kami tiba di base camp. Kami lalu merampungkan sketsa maupun keterangan jenis-jenis burung yang kami temukan selama dalam perjalanan tadi. Kami sepakat menuju ke savana bekol untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, sembari melihat-lihat mungkin ada jenis burung lain yang belum masuk list temuan kami. Waktu ku lihat sesaat lagi mendekati pukul 17.30 WIB. Kami segera menuntaskan pekerjaan dan mengumpulkan catatan hasil birding ke panitia. Dan sialnya timku terlambat 8 menit. Wuasyemm...Ya sudahlah, kami pasrah saja. Toh itu sudah menjadi hasil yang maksimal bagi kami. Mudah-mudahan kami bisa memperoleh hasil yang terbaik. Amien.

Setelah mengumpulkan catatan hasil lomba, kami berinisiatif mencetak foto hasil jepretanku kepada panitia. Foto yang ingin kami cetak adalah foto 3 anak burung yang kami temukan tadi. Ternyata di ruangan panitia banyak peserta yang mendaftarkan foto-foto yang ingin dicetak. Kami harus rela mengantri. Setelah itu kami menuju ke Musholla untuk menunaikan sholat maghrib. Setelah sholat, seluruh peserta digiring ke dapur untuk mengantre makan malam. Akupun mengambil jatah makan kemarin malam, jadi akupun makan dobel!!hehe.. Sesudah itu para peserta dikumpulkan oleh panitia di area selatan base camp untuk mengikuti kuis. Peserta di bagi dalam dua kategori, yang expert mengikuti kuis khusus di dalam ruangan panitia sedangkan kategori umum di halaman luar.

Soal sesion pertama meliputi pertanyaan-pertanyaan umum yang berjumlah 10 soal. Pertanyaan yang muncul ternyata mengenai Taman Nasional Baluran dan Istilah-istilah tentang aves. Sesion kedua adalah tebak gambar burung. Disini panitia menyiapkan 10 gambar, dimana memang sengaja gambar-gambar tersebut dipilih khusus yang sulit untuk diidentifikasi. Aku hanya menjawab semampuku saja, namun aku yakin ada beberapa gambar yang InsyaAllah benar. Sesion terakhir adalah tebak suara. Di sesion ini ku lihat para peserta tampak kesulitan mengidentifikasi jenis suara burung. Kami juga tampak kesulitan, karena suara-suara burung itu tampak asing di telinga kami. Dan akhirnya jurus pengawuranpun kami keluarkan. Haha..

Setelah acara kuis selesai, para peserta diinstruksikan duduk melingkar mengitari api unggun oleh panitia. Mungkin ini malam keakraban sekaligus malam perpisahan terakhir sebelum para peserta meninggalkan Taman Nasional Baluran keesokan harinya. Seorang panitia lalu menyalakan pemantik api yang didesain khusus untuk menyalakan api unggun. Kemudian Bruuurrrr....Api membakar kayu-kayu yang ditumpuk dan menghangatkan suasana malam keakraban. Di malam itu panitia menyuguhkan pesta jagung rebus dan menyiapkan games-games berhadiah untuk para peserta. Panitia lalu mempersilahkan para peserta yang mewakili pulaunya masing-masing untuk maju ke depan menyampaikan pesan kesannya selama mengikuti lomba. Satu persatu tim peserta yang datang dari pulau Sumatra, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan dan Papua maju ke depan. Aku sungguh merasa sangat antusias menyimak beberapa pesan kesan peserta terutama peserta yang datang dari jauh yaitu Papua. Aku salut sekali dan mengapresiasi kedatangan mereka yang datang dari jauh untuk berkumpul di sini, memeriahkan acara diantara para birdwatcher dari beragam usia, latar belakang pekerjaan dan profesi. Malam itu terasa sangat spesial bagi kami, mengingat keesokan harinya akan berpisah dengan saudara-saudara kami yang datang dari seluruh pelosok negeri. Tak terasa malam semakin larut, acarapun selesai sudah. Para peserta kembali istirahat ke tendanya masing-masing. Malam itupun aku kekenyangan karena telah menghabiskan 2 piring nasi, snack 2 bungkus dan jagung bakar 3 buah. Dan aku langsung tertidur pulas....hehe  Minggu, 25 Juli 2010.

Aku terbangun dari tidur pukul 04.30 WIB dan segera saja aku melangkah menuju musholla untuk melaksanakan kewajiban sholat subuh. Lalu sekitar pukul 06.00 WIB aku mengajak adik-adikku untuk melakukan pengamatan untuk yang terakhir kali di Baluran. Peratama kali kami menuju ke arah menara pengintai untuk melihat sunrise. Kami disambut oleh suara burung Cabak Kota (Caprimulgus affinis) ketika sampai di atas menara. Burung nokturnal itu tampak berkeliling berputar-putar bersiap menuju sarangnya. Ternyata sunrise yang kami tunggu tidak muncul karena terhalang awan. Namun pemandangan pagi itu cukup indah. Cahaya kemilau kemerah-merahan di ufuk timur merebak, menyeruak perlahan menggantikan cahaya malam yang gelap.

Setelah puas mengamati dari atas menara, kami bergerak menuju ke arah utara menyusuri jalan aspal menuju batangan. Lumayan hasil yang kami temukan, burung-burung cantik diantaranya Bentet kelabu (Lanius scach), Sepah Kecil (Pericrocotus cinnamomeus), Ayam Hutan Hijau (Gallus varius) dan Elang Ular Bido (Spilornis cheela) menyapa kami di pagi itu. Lalu kami tiba-tiba bertemu mas dimar dari comata UI. Tampaknya dia lagi berburu foto burung yang diincarnya. Dan dengan senangnya dia menunjukkan karya hasilnya kepada kami. Burung-burung yang kami temui tadi terekam dengan cantik di kamera DSLR-nya. Hmm jadi ngiri nih pengen punya kamera DSLR!! Pukul 07.00 kami kembali ke base camp karena jadwal makan pagipun tiba. Salah satu dari tim kami mengambil jatah sarapan ke panitia. Kali ini kami dapat 7 bungkus nasi, jadi official tim kali ini dapat jatah makan. Kami makan bersama, seperta biasa nasi bungkus kami gabung menjadi satu agar mempererat rasa kebersamaan.Sembari makan aku memasak air untuk membuat minuman sereal hangat. Alhamduillah, makan pagi yang sungguh nikmat.

Seusai sarapan para peserta berbondong-bondong menuju halaman depan kantor bekol untuk mengikuti sarasehan dan penutupan acara lomba. Setelah menyimak dan sambutan-sambutan dari para juri dan pejabat yang bersangkutan, maka selanjutnya adalah moment yang ditunggu-tunggu oleh para peserta yaitu pengumuman pemenang lomba. Ku lihat para peserta tampak tegang menunggu pengumuman dari juri. Adapun tim juri terdiri dari 3 orang yaitu : Bapak Karyadi Baskoro (Dosen Fakultas Biologi, UNDIP Semarang), Bapak Wilson (Dosen Universitas Andalas Padang), Bapak Dikaryanto (Polhut Taman Nasional Baluran). Namun kami bertujuh tampak santai menunggu pengumuman tersebut. Hehehe..Dan Siapakah yang keluar sebagai pemenang?jreng..jreng..jreng..Pak Karyadi Baskoro sebagai juri lalu membacakan hasilnya. Namun sebelum beliau membacakan hasilnya beliau sempat berpesan pada lomba ini semuanya adalah yang terbaik dan semuanya menjadi juara konservasi untuk melestarikan alam di daerahnya masing-masing. Hmm sungguh kata-kata yang bijaksana. Dan hasilnya adalah :
Kategori Expert : Juara 1 : Heru Cahyono dari Biologi Universitas Negeri Malang
Juara 2 : Bapak Kuat Wahyudi dari Taman Nasional Bali Barat
Juara 3 : Dhimas H Pradana dari KSHL Comata UI
Kategori Beginner :
Juara 1 : Volunteer dari Taman Nasional Bali Barat
Juara 2 : Al Soneta dari Jogjakarta
Juara 3 : Lantjoeran dari Biologi Universitas Negeri Semarang
Wow!!selamat ya bagi pemenang!! Masing-masing pemenang berhak mendapat hadiah Trophy dari Direktur Jendral PHKA, Kementerian Kehutanan (Kategori Expert), Tophy Bupati Situbondo (Kategori Beginner), Hadiah utama uang tabungan dari BRI-BRITAMA, total senilai 21 juta, Hadiah tambahan bingkisan dari Dispadbudpora Kabupaten Situbondo, Cartenz Adventurer, Yayasan Kutilang (Juara 1 Beginner). Usai acara seluruh panitia dan peserta berkumpul untuk foto-foto bersama. Setelah itu para peserta kembali ke tendanya masing-masing untuk melakukan packing. Aku yang sejak pagi belum mandi segera ngacir menuju kamar mandi. Huahh seger rasanya setelah membasuh seluruh tubuh. Akupun segera menyelesaikan packingku dan bersiap-siap untuk kembali menuju batangan.

Truk yang akan mengantarkan peserta kembali ke Batangan pun sudah berbondong-bondong datang ke area base camp. Para peserta satu persatu naik ke atas truk. Truk yang kami tumpangi lalu tancap gas menuju ke arah batangan meninggalkan sejuta kenangan yang manis di Baluran. Ku lihat wajah-wajah para peserta pada saat itu mungkin sedih berpisah dengan tempat seindah ini. Wahai Baluran..sampai berjumpa lagi di lain waktu dan kesempatan. Semoga engkau tetap lestari dan dapat menjaga kelangsungan hidup flora fauna yang ada di sini. Aku lebih terharu lagi..ketika kami meninggalkan area base camp peserta, tampak seekor rusa tepat berada di belakang kantor Bekol sedang menatap kami. Mungkin di dalam hatinya ia mengucapkan salam perpisahan kepada kami dan berterimakasih telah sudi mengunjungi ia dan kawan-kawannya di Taman Nasional Baluran. Moment itu tak dilewatkan oleh Mas Dimar, ia lalu memotretnya dengan kamera kepunyaannya. Di tengah perjalanan kembali kami dikejutkan oleh seekor Merak Hijau yang juga tampaknya menyampaikan salam perpisahannya kepada kami. Ia begitu tenang melihat kami seakan bersedih hati melepas kepergian kami. Tak lupa si Ayam Hutan Hijau dengan tulusnya menyampaikan rasa terimasih atas kunjungan kami. Di tempat yang lain di tengah perjalanan kami seakan tak percaya, seekor burung raptor besar yaitu Elang Brontok tampak tenang bertengger di sebuah dahan menatap kami dengan haru. Ya Allah..Aku sangat terharu sekali melihatnya. Andaikan mereka bisa bicara mungkin mereka akan menyampaikan rasa harunya kepada kami. Hiks3...Selamat berjumpa kembali kawan. Kami akan sangat merindukanmu dan semoga kalian baik-baik di sini. Take care kawan.. 

Kamipun tiba di kantor Batangan sekitar pukul 14.00 WIB. Lalu berpamitan kepada teman-teman yang lain dan menunggu kedatangan bus menuju ke arah Surabaya. Bus yang ditunggu pun tiba dan akhirnya kami pergi meninggalkan Taman Nasional baluran dengan penuh kenangan dan pengalaman indah. Di bus itu kami pulang bersama rombongan teman-teman dari Jogja dan Universitas Andalas Padang. Kami bersyukur karena di saat uang saku kami untuk pulang menipis, alhamdulillah kami diberi rejeki oleh seorang Bapak yang dulunya berasal dari SMA Boyolangu Tulungagung dan sekarang bekerja di Taman Nasional Bali Barat. Terimakasih Bapak, semoga amal baik Bapak mendapat balasan yang setimpal oleh Allah SWT. Amien.

Kami terlelap tidur di bus itu hingga akhirnya mengantarkan kami tiba di terminal Bungurasih Surabaya sekitar pukul 23.00 WIB. Surabaya pada waktu itu sedang diguyur hujan. Aku dan adik-adikku lalu menuju mushola di terminal untuk menunaikan sholat Magrib dan Isya. Setelah itu melihat ada seorang penjual nasi bungkus, aku lalu membeli 4 bungkus dan 3 bungkus mie putih. Seperti biasa kami campur adukkan seluruh mie dan nasi lalu kami makan bersama. Sehabis makan kami pergi menuju ke peron bus untuk masuk ke dalam terminal. Aku lalu mengantarkan adik-adikku sampai di Bus menuju Tulungagung. Kami berpisah sampai disini. Aku kemudian menuju bangku di ruang tunggu penumpang untuk istirahat menunggu bus kota yang berangkat jam 5 pagi. Aku akhirnya sampai di Kos pukul 07.00 Wib pada Hari Senin. THE END...
Special Thanks To :
 Allah SWT dan Rasul-NYA
 Mas Didik yang berkontribusi penuh sebagai donatur
 Adik-adikku semuanya : Wira, Safak, Winona, Novi, Candra dan Trimul. Terus Semangat&Terus lanjutkan perjuangan kalian sebagai bibit-bibit calon kader konservasi.
 Saudara-saudaraku PA. Arismaduta yang lainnya, thanks atas doanya.
 Saudara-saudaraku birdwatcher peserta Baluran Birding Competition : Comata UI, Kepak Sayap UNJ, Biologi Univ Andalas padang, Himpala Unrika Batam, Pelatuk Unnes, Green Communnity Unnes, Al Soneta, KSSL UGM, Peksia Unair, Pecuk ITS, Bionic UNY, Haliaster Undip, Borneo Bird Community, Biologi UNRAM, Volunteer
Bali Barat, Teman-teman dari Papua dan seluruh peserta yang lain. Lanjutkan perjuangan teman-teman untuk melestarikan burung dan habitatnya.
 Bapak dari official volunteer TN Bali Barat. Terimakasih atas sumbangan uang sakunya. Semoga bapak diberikan ganjaran rejeki yang berlebih di lain waktu oleh Allah SWT. Amien
By : AR 58 JALA

Monday, December 20, 2010

11 gunung paling mematikan di dunia

Kasus-kasus kecelakaan mendaki gunung, sudah sering terdengar. Namun tidak menyurutkan para petulang sejati untuk menekuni hobi berbahaya ini. Kadang tantangan, dan keinginan menaklukkan gunung begitu tinggi sehingga tidak membuat jeri risiko yg bakal diterimanya bila gagal. Berikut ini daftar 11 gunung paling berbahaya bagi para pendaki karena banyaknya korban yang merenggang nyawa karena berusaha menaklukkannya.

1. Annapurna Mountain

Gunung Annapurna terletak di Nepal, memiliki tinggia 8000 meter. Termasuk dalam daftar 10 besar gunung tertinggi di dunia, serta termasuk salah satu palin berbahaya karena banyaknya pendaki yang tewas saat berusaha menaklukkan medan Annapurna. Berdasarkan catatan, sejak pertama kali di buka untuk pendakian umum tahun 1950, gunung ini telah menelan korban tewas 53 pendaki. Jika ingin mencoba mendaki Annapura, disarankan carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang medan gunung tersebut. Yang terbaik adalah menyusuri Annapurna Sanctuary di Nepal.

2. K2 Mountain

Gunung yang terletak di atas Athabasca River Valley of Jasper National Park, 1½ km east of Mount Kitchener, Kanada, ini, merupakan gunung tertinggi kedua di dunia dan dikenal dengan medan tersulit di dunia, sehingga hanya pendaki yang berpengalaman saja agaknya yang bisa mendaki gunung ini. Bahkan rute yang dianggap paling mudahpun, memerlukan kerja keras dan tergolong rumit. Batu-batu yang curam, serta harus melintasi tiang-tiang es yang tipis yang bisa roboh sewaktu-waktu tanpa peringatan. Kesukaran medan ini membuat gunung ini menjadi salah satu paling berbahaya di dunia. Agustus tahun lalu menjadi bulan paling kelam, 11 pendaki tewas mengenaskan. Ini kecelakaan tertinggi sejak 1986 di mana 13 pendaki tewas hanya dalam tempo dua pekan.

3. Nanga Parbat

Nanga Parbat berada di urutan kesembilan gunung tertinggi di dunia terletak di Pakistan. Dalam tingkat kesulitan, medan gunung Nanga Parbat disebut sama beratnya dengan K2. Sulitnya medan pada gunung ini membuat ia mendapat julukan “The Man Eater” . Bisa jadi ini karena banyaknya pendaki yang tewas di sini.

4. Kangchenjunga

Kangchenjunga, adalah gunung tertinggi ke-3 di dunia setelah Gunung Everest dan Chogori) dengan ketinggian 8.586 meter (28.169 kaki). Gunung ini juga adalah gunung tertinggi ke-2 di Nepal. Kangchenjunga berarti “Lima Harta Karun Salju, karena ia terdiri dari 5 puncak, empat diantaranya mencapai lebih dari 8.450 meter. Harta karun itu melambangkan 5 benda milik dewa yaitu emas, perak, permata, biji-bijian dan kitab suci. Tingkat kematian di gunung ini termasuk paling tinggi dibanding yang lain, yakni mencapai 22 persen setiap tahunnya. Meski begitu tetap banyak pendaki yang berminat mencoba.

5. The Eiger Mountain

Disebut juga Nordwand, atau wajah utara berada di puncak pegunungan Swiss, merupakan tujuan legendaries bagi para pendaki yang gemar bertualang di gunung-gunung berbahaya. Tercatat mulai didaki tahun 1938. Medan berbahaya mengharuskan pendaki memiliki skill tertentu dan harus mengerahkan segala kemampuannya. Beratnya medan membuat gunung itu mendapat julukan Mordwand atau Murder Wall.

6. The Matterhorn Mountain

Gunung ini berbentuk unik, menyerupai terompet yang naik dari lembah sekitarnya. Gunung ini terkenal sebagai salah satu yang memiliki tingkat kematian tinggi. Ada beberapa factor yang menyebabkan, medan yang berat, termasuk longsoran salju atau bebatuan yang bisa datang tibe-tiba.

7. Mt. Vinson

Mt Vinson, gunung yang paling tinggi di Antartika. Tapi bukan soal tingginy yang penting, namun tingkat kesukaran dan tingginya kematian di sini, membuatnya masuk dalam daftar gunung gunung paling berbahaya di dunia. Satu hal lagi yang mungkin harus menjadi pertimbangan para pendaki, adalah cuaca dingin yang bisa mencapai sangat ekstrem dan sulit ditebak, membuat orang harus berpikir ulang bila ingin mencoba mendaki. Waspadalah, sebab kecelakaan kecil saja pun bisa berakibat fatal.

8. Baintha Brakk Mountain

Populer dengan sebutan raksasa, Baintha Brakk merupakan salah satu gunung paling sulit di daki di dunia. Mulai didaki pertama kali tahun 1971. Salah satu pendaki yang pernah merasakan kekejaman Baintha Brakk adalah Doug Scott, yang sempat patah kedua kakinya, dan terpaksa turun merangkak melawan angin topan menuju base camp. Ini sungguh luar biasa, namun tak menyurutkan para petualang berbahaya untuk mencoba dan mencoba lagi. Kematian bukan hal yang menakutkan bagi para pendaki ini. Kisah-kisah kegagalan membuat gunung ini sangat terkenal di dunia dan memiliki reputasi paling berbahaya tiada tara.

9. Mt. Everest

Tercatat 1.500 orang lebih telah mencoba mendaki gunung yang paling tinggi di dunia ini. Dari jumlah ini hanya 50 orang lebih yang berhasil sampai di puncaknya. Kalau dilihat dari ketinggian gunung ini, maka tak dapat disangkal lagi kalau gunung ini paling berbahaya di dunua. Jika anda berniat ke sana, anda akan menemui perkemahan Everest di bawah, di sanalah para pendaki Everest berkumpul.

10. McKinley Mountain,

juga dikenal sebagai Denali, adalah gunung yang paling tinggi di Amerika Utara. Meskipun ketinggiannya adalah hanya 20.320 kaki, namun kesulitan medannya tidak kalah dari gunung gunung tinggi lainnya. Cuaca dan suhu merupakan hal paling serius dalam mendaki gunung ini. Karenanya tingkat keberhasilan mendaki gunung ini hanya 50 persen, sebagian menyerah sebelum mencapai puncak.

11. Fitz Roy Cerro Chalten, atau Mount Fitz Roy,

adalah gunung yang paling tinggi di Patagonia’s Los Glaciares National Park. Fitz Roy dikeliling batu curam yang menyulitkan pendaki untuk mencapai puncak. Cuaca yang sulit ditebak juga membuat gunung ini menjadi teramat berbahaya. Itu sebabnya, jarang ada pendaki yang mau mencoba mendaki Mount Fitz Roy. Dalam setahun hanya satu pendaki nekad yang menjajal kesulitan gunung ini.

Monday, December 6, 2010

Kisah Seekor Kucing Backpacker

Ini nih seekor kucing yang mempunyai jiwa backpacker. Nih kucing udah berpergian sejauh 9000 mil lo!!dari Miami ke Argentina. Wuahh salut ama nih kucing gan!! :)



Nadine Chandrawinata Siap Rilis Film Backpacker


JAKARTA - Nadine Chandrawinata adalah seorang yang cinta dengan alam. Hobinya bertravelling ke temat-tempat yang eksotis. Dia juga senang bepergian ala backpacker. Oleh karena itu, dara cantik ini membuat film bertema backpacker.

"Saya sedang menyiapkan film tentang backpacker. Film ini independen. Mudah-mudahan tahun depan dirilis. Judulnya, Segar Mata. Di film itu kita mengangkat keindahan gunung-gunung yang ada di Indonesia," kata Nadine, belum lama ini.

Tujuan Nadine membuat film dan buku mengenai alam Indonesia simple saja.

"Secara tidak langsung kita membuka mata orang tentang Indonesia. Itu bukti bahwa kita mempunyai keindahan alam yang luar biasa," ujarnya yakin.

Tak puas hanya membuat film, kakak dari si kembar Marcel dan Mischa Chandrawinata ini juga menulis buku. Temanya masih tentang panorama ayu alam Ibu Pertiwi.

"Sambil melihat sisi lain dari Indonesia, saya tetap berkarya di bidang lain, seperti bikin buku," jelas Putri Indonesia 2005 itu.

Dikutip dari berbagai sumber

Monday, November 22, 2010

2 Hari Menuju Puncak Hargo Dumilah Lawu (2)

Sendang Drajat, 1 Februari 2009 pukul 05.04 WIB.

Rencana untuk mendapatkan sunrise di Puncak Hargo Dumilah jadi batal karena kami bangun pagi pada pukul 05.04 WIB. Di luar dome udara masih terasa dingin. Namun aku mendengar suara beberapa pendaki yang nampaknya siap untuk mendaki ke puncak. Karena persediaan air kita habis, aku keluar dari dalam dome untuk mengisi jerigen di mata air Sendang Drajat. Tak lupa aku berwudhu dan melaksanakan sholat di dalam dome (karena gak tahan ama hawa dingin di pagi hari itu). Pada saat itu kita langsung memasak untuk sarapan pagi di dalam dome!!hehe..Karena di luar dome udara sedang tidak bersahabat dan begitu menusuk-nusuk tulang. Seperi biasa menu spesial kita adalah Mie Instant!!wakakakak..Cukup bergizi bukan?? Ya Bukanlah!!geblek! Masak tiap makan menunya mie terus..hehe Don’t try this at mountain yahh ^_^ Sedangkan untuk minumnya kita memasak sereal hangat. Hmm lumayan untuk ngangetin badan. Setelah itu aku dan Imam packing ulang dan berkemas-kemas untuk mempersiapkan perjalanan ke Puncak Hargo Dumilah.

Di sekeliling kita tampak aktivitas para pendaki lain yang sedang memasak sarapan pagi dan ada juga yang berkemas-kemas. Tampaknya ada juga rombongan yang bersiap-siap akan melanjutkan perjalanan. Lalu tiba-tiba si Imam berteriak! “Woi prend cepetan kesini ente!!”. Buagus buangett pemandangannya! Aku langsung menghampiri Imam yang berada di seberang atas warung Sendang Drajat. Di atas tanah landai itu Subhanallah!!!Kilauan cahaya keemasan yang muncul dari arah timur membuat takjub diriku. Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga melihat sunrise di gunung ini, gumamku. Sang surya perlahan-lahan muncul merekah seakan menggeliat bangkit dari tidurnya yang lelap. Dia tersenyum menyapa kami dengan kehangatan sinarnya yang cerah. Segera kuabadikan moment itu dengan kamera digital yang imam bawa. Alhamdulillah walaupun tidak dapet sunrise di puncak, gak apa-apa yang penting udah dapet disini, pikirku. Kemudian aku dan Imam benar-benar memastikan keberangkatan ke Hargo Dalem pada pukul 06.32 WIB. Sebelum berangkat aku memesan teh hangat di warung Mbok To yang berada di depan tenda dome kami. Warung itu sudah dibuka sejak jam 06.00 WIB tadi. Namun tehnya ternyata masih menggunakan teh alami dan belum disaring. Jadi kebayang donk, seperti apa rasanya meminum teh dengan ampas-ampasnya.Hekz..Tapi no problem lah, lumayan buat menghangatkan badan di pagi hari yang dingin seperti itu.

Kita melalui jalur setapak yang sama seperti yang kita lalui kemarin malam. Berbeda dari kemarin, kali ini kita dapat leluasa memandang jalur dan pemandangan yang tampak jelas di sekitar. Pukul 06.44 WIB kita sampai di Kuil Dewi Kwan Im yang kita jumpai kemarin. Hehe ngaco! Alhamdulillah itu kuil beneran!Kita kirain kemarin ada kuil jadi-jadian!hehe..Menurut primbon kuil itu sengaja didirikan oleh orang tionghoa untuk digunakan ritual atau sembahyang pada bulan atau hari besar tertentu. Setelah itu kita berjalan lurus menyusuri jalan setapak yang ada dan pada akhirnya tepat pukul 06.55 kita sampai di HARGO DALEM.

Di kawasan tersebut terdapat sebuah warung makanan milik Mbok Yem yang terkenal diantara para pendaki dan peziarah. Warung itu berukuran besar dan dapat menampung kapasitas orang banyak kira-kira 100 orang pendaki muaty kali ya!!kebetulan pada waktu itu disana terdapat rombongan pendaki dari Pencinta Alam Ganeshapala SMAN 1 Ponorogo yang baru selesai turun dari puncak. Kita hanya singgah sesaat di warung Mbok Yem dan langsung tancap gas menuju puncak Hargo Dumilah yang katanya pendaki lain kurang sedikit lagi dari sini.

Kita berdua melewati jalur summit attack yang nampaknya merupakan bekas aliran air pada saat musim penghujan. Jalur yang kita lalui cukup menanjak dengan kemiringan rata-rata sekitar 45 derajat dan sedikit berkelok-kelok.Barisan perdu cantigi dan edelweis yang cantik menemani kita sepanjang perjalanan. Sebenarnya pada sata itu aku sudah tak tahan untuk membuang”hajat”ku segera di tengah perjalanan. Hehehe..Namun akhirnya ku tahan karena kabut turun tiba-tiba disertai rintik-rintik hujan . Kita berpapasan dengan beberapa pendaki asal Jakarta menjelang puncak. Kita berdua menyalami mereka satu-persatu dengan ramah. Mereka menyemangati kita berdua karena puncak Hargo Dumilah kurang sedikit lagi kita capai. Ternyata memang benar. Tak jauh dari tempat itu, kita sampai di sebuah gubuk kecil dan disitu terdapat tanda panah ke arah puncak. Hanya beberapa langkah saja menyusuri jalan setapak kecil, Alhamdulillah tepat pukul 07.30 WIB kita berdua sampai di puncak tertinggi Gunung Lawu yaitu puncak Hargo Dumilah yang berketinggian 3265 mdpl. Woeee...aku tak kuasa menahan haru dan berkali-kali mengucap syukur ke Hadirat Ilahi karena diberi kesempatan dan keselamatan untuk menjejak di puncak ini.

Di puncak itu kita bertemu dengan pendaki asal Madiun yang tengah asyik berfoto ria. Sayang sekali cuaca kurang mendukung di puncak karena berselimutkan kabut tebal, menjadikan kami tidak bisa memandang secara leluasa ke arah manapun. Kita lalu mengabadikan moment bersejarah first mountain lawu expedition 2009!!Halah lebay!!wkwkw..

Jepret 1 x! Hasilnya buram!

Jepret 2x! Hasilnya tetap saja buram!!

Jepret 3 x! Hasilnya tambah nggak jelas, nggak karuan!!Hufht dasar kamera sialan! L

Akhirnya Imam punya ide brilian!Mumpung mas-masnya yang dari Madiun belum turun. Dia meminjam kameranya dan mengganti memorynya dengan memory card kamera milik kakaknya itu. Wah ide yang cerdas! Nggak nyangka bro, tumben kamu bisa punya ide cerdas kayak gini. Hehehe..Akhirnya kita berdua bisa puas berfoto-foto dengan gaya yang GEJE di tunggu trianggulasi puncak tertinggi Gunung Lawu itu.


Setelah puas berfoto ria kita langsung segera turun ke Hargo Dalem, karena kabut sangat pekat disertai gerimis serta angin yang kencang menyerang tubuh kita. Kita berdua kemudian melangkah turun perlahan, namun tiba-tiba saja ketika aku menoleh ke belakang ada seorang nenek tua yang muncul secara misterius dari balik kabut. Aku langsung kaget melihat sosok nenek tersebut. Astaghfirullahaladzim, batinku. Aku lalu berbisik ke Imam, “ssstt mam!Coba lu nengok deh ke belakang!Coba periksa itu nenek apa setan??Hiihh”,bisikku. Lalu imam menengok ke belakang. Dan ia juga tampak terkejut. Lalu terdengar suara nenek itu sambil melambai-lambaikan tangan ke arah kita. “nak..nak” sapa beliau. Kita berdua akhirnya yakin itu adalah sesosok manusia beneran. Hehe..Kemudian kita perlahan menghampiri nenek tersebut dengan perasaan was-was.

Nenek itu berperawakan kecil, agak kurus, mukanya keriput dan rambutnya putih terburai. Beliau tampak memakai sepatu boot dan membaya sebuah payung. Tak lama kemudian datang dua orang nenek lagi ke arah kami. Ternyata dua nenek tersebut adalah teman dari nenek ini. Dua nenek tersebut juga memakai sepatu boot dan membawa bungkusan plastik hitam serta payung kecil. Kami lalu bersalaman dan memperkenalkan diri masing-masing. Nenek yang pertama bertemu kami bernama Mbah Tuginah. Sedangkan dua orang nenek yang lain bernama Mbah Tukiyem dan Mbah Sriatin. Usut punya usut ternyata mereka bertiga baru saja mandi dari Telaga Kuning. Widiiih sakti kali ya nenek-nenek ini dingin-dingin gini mandi di telaga! He2..Kata salah satu nenek itu, mereka bertiga sering mandi di Telaga Kuning maupun di Sendang Drajat, katanya untuk mensucikan diri secara lahir dan batin serta dapat meningkatkan drajat seseorang. Huahh mandi Sendang Drajat!!! Tidaaaakkkk!! Berarti air yang barusan kuminum kemarin malam adalah air bekas mandi mbah-mbah ini. Hyaaaaa!!Maaakkk...Pengen rasanya memuntahkan kembali air yang kuminum kemarin waktu itu juga. Wkwkwkw! Mereka berpesan kepada kami jika mendaki ke Gunung Lawu lagi kalau bisa diusahakan membasuh muka atau berwudhu di sumber mata air Sendang Drajat atau Telaga Kuning dan diniatkan berdoa kepada Allah SWT agar cita-cita dan keinginannya terkabul. InsyaAllah doanya akan dikabulkan bila berdoa dengan sungguh-sungguh.

Kemudian salah satu nenek itu bertanya tentang tujuan kita berdua saat ini.

“Arep menyang ngendi le?=Mau kemana nak?”Tanya Nenek Tuginah sembari tersenyum ramah.

“Badhe mandap mbah=Mau turun ke bawah Nek”, Jawabku dengan tersenyum.

Aku lalu bertanya kepada Mbah Tuginah, “Mbah, umpami badhe wangsul dateng ngandap lewat jalur Cemoro Kandang, dalanipun pundi nggih?”= “Nek, kalau misalnya mau pulang turun ke bawah lewat jalur Cemoro Kandang jalannya lewat mana ya?”

Nek Tuginah menjawab, “Wo arep mudun lewat Cemoro Kandang to le sampeyan iki. Dadi ngene le sampeyan terus mudun nganti warunge Mbok Yem, terus mlaku nganti petilasan Hargo Dalem, ndek kono mengko enek tulisane ndek arah Cemoro Kandang. Sampeyan nuruti dalan kui sampe mudun ae.Nek arep mudun ati-ati yo le, dalane rodok lunyu”.

Karena teks Bahasa Jawanya diatas agak panjang jadi males translatenya.hahaha!! Coba aja copy terus paste di google translate!!wkwkw emang ada traslate-an bahasa jawa! ngawur!haha nggak2 prendz. Intinya Nek Tuginah menunjukkan arah jalan yang benar menuju Cemoro Kandang kepada kami dan beliau berpesan bahwa harus hati-hati selama perjalanan karena jalannya licin sebab habis diguyur hujan kabut kemarin malamnya.

Kita berdua lalu serempak menyahut, “nggih mbah, maturnuwun sanget”.

Lalu tiba-tiba Nek Tuginah tampak sumringah menengok ke arah belakang kami sambil menunjuk dan melambai-lambaikan tangan seperti memanggil sesuatu seraya berkata, “Wo kae lo le wes dipapak kui”=Oo itu lo nak sudah dijemput”

Spontan kita berdua juga penasaran dan melihat ke arah belakang. Tampak kabut putih menggulung-gulung berjalan merambat pelan ke arah kami disertai angin kencang. Wuuuuzzzzzzzhhh!!!

Deghhhh!!!!Tubuhku seketika merinding dan takut mendengar perkataan nenek itu. Apa maksudnya sudah dijemput??Emang dijemput sama siapa?pertanyaan itu pengen sekali kulontarkan kepada nenek itu. Namun Imam mencubit tanganku dan memberikan kode untuk segera pergi dari tempat ini. Kita berdua lalu segera berpamitan kepada tiga nenek itu dan menyalami mereka satu persatu.

“Kulo kaliyan imam badhe pamit rumiyin mbah”=Saya dan Imam mau permisi pamit dulu nek”, Kataku ramah kepada tiga nenek itu.

“Yo wes ngati-ngati yo le, mbah cuma iso maringi donga wae ya. Mugo-mugo slamet kanthi tekan ngisor. Pokoke sampeyan lek durung sampek ngisor ojo mandeg”. = Ya sudah hati-hati ya nak, nenek cuma bisa ngasih doa aja, moga-moga semuanya selamat sampai di bawah. Pokoknya kalian kalau belum sampai bawah jangan sampai berhenti.”

Duarr!Aku dan Imam bagai disambar petir mendengar pesan nenek tersebut. Kita berdua hanya mengiyakan nasehat mereka dan langsung ngacir terbirit-birit karena ketakutan. Hehehe..

Pukul 08.00 aku dan Imam sampai di Warung Mbok Yem. Karena kelaparan kita berdua memesan nasi soto dan susu jahe anget untuk sarapan pagi. Wuuahhh mantabz gan!Dingin-dingin gini makan dan minum yang anget-anget. Di dalam warung itu ternyata sangat luas. Di dalamnya sudah sengaja digelar tikar dan karpet untuk para tamu atau pengunjung yang datang. Warung ini tertutup dan lumayan aman dari hempasan angin maupun hawa dingin karena hanya mempunyai satu pintu untuk keluar masuk. Di sini tak hanya menjual nasi dan minuman saja tetapi juga menjual berbagai kebutuhan pendaki seperti syal, jerigen,souvenir Gunung Lawu, Sabun, Sikat Gigi, Snack dan lain-lain. Pada waktu itu kita berjumpa dengan rombongan pendaki asal SMAN 1 Ponorogo yang bersiap untuk turun. Selain itu kita juga bertemu 3 pendaki asal Jakarta yang kita temui tadi di perjalanan menuju puncak, yang nampaknya kini tengah beristirahat bersantai di dalam warung.

Sarapan pagi untuk kita berdua telah siap dihidangkan. Yummy soto nikmat ala cheef Mbok Yem pun kita santap habis. Hehehe..Sarapan kita tambah nikmat dilengkapi dengan susu jahe hangat ala cheef Mas Muis yang merupakan asistantnya Mbok Yem. J Selesai makan aku menghangatkan diri mendekat ke tungku bara apinya Mbok Yem. Imam lalu melakukan hal yang serupa. Kita berdua sempat mengobrol dengan Mbok Yem dan Mas Muis. Setelah itu kita berkemas-kemas bersiap untuk turun ke bawah. Tak terasa sudah satu jam setengah aku dan Imam berada di warung Mbok Yem. Tepat pukul 09.35 kita meninggalkan warung Mbok Yem setelah berpamitan terlebih dahulu sebelumnya.

Sebelum turun melewati jalur Cemoro Kandang. Aku dan Imam melewati beberapa rumah. Mungkin ini rumah milik abdi dalem atau penjaga Hargo Dalem. Kita melihat beberapa ayam cemani di sekitar rumah ini. Ayam ini biasanya digunakan untuk tumbal sesajen ritual-ritual tertentu disini mungkin. Kita berdua singgah dulu sejenak di petilasan Hargo Dalem. Aku penasaran dengan ruangan di dalam petilasan tersebut. Namun ternyata setelah ku lihat-lihat ruangan petilasan tersebut sangat mengerikan dan penuh dengan nuansa mistis. Di dalamnya terdapat beberapa patung dan gambar-gambar pahatan yang menyeramkan. Hiih membuat bulu kudukku merinding saja. Aku dan imam segera pergi dari tempat itu. Di sebuah pertigaan aku dikejutkan oleh suara yang memanggil temanku yaitu si Imam.

“Nak Imam..Nak Imam”, Suara itu terdengar samar-samar di telingaku.

Siapakah gerangan suara itu?Aku lalu menengok ke belakang. Ternyata itu adalah suara salah seorang nenek yang kita jumpai di Puncak Lawu. Aneh kok masih inget ya dengan kita berdua dan lebih aneh lagi beliau masih hafal nama temanku yang satu ini. Kita berdua kembali menghampiri ketiga nenek itu.

“Loh kok isih teko kene le?”=Loh kok masih sampai sini nak?”, tanya salah seorang nenek tersebut.

“Inggih mbah, niki wau taksih istirahat dateng warungipun Mbok Yem rumiyin. Bibar niki badhe mandap kok mbah”=Iya Nek, Ini tadi masih istirahat di warungnya Mbok Yem dulu. Habis ini mau turun kok Nek”, Sahut Imam.

“Woo ya wes lek ngono le,mugo-mugo slamet ya sampek tujuan”=Woo ya sudah kalau begitu nak, mudah-mudahan selamat sampai di tujuan”, kata mbah tersebut sambil mendoakan kami.

“Nggih mbah, amien. Monggo kulo kaliyan rencang kulo niki badhe pamit rumiyin mbah”=Iya nek, amien. Permisi dulu Nek saya dan teman saya ini mau pamit”, Kata Imam.

“Iyo le”=Iya nak”, Jawab si Mbah sambil tersenyum ramah.

Kita kemudian meninggalkan ketiga nenek tersebut dan melanjutkan perjalanan untuk turun ke bawah mengikuti jalur track yang ada. Pemandangan di sekitar jalan setapak ternyata sangat menakjubkan. Kita berdua seperti berada di negeri antah berantah dimana dikelilingi oleh bunga-bunga edelweis yang sedang mekar. Kabut tipis seakan menjadi selimut bunga-bunga yang anggun itu. Mirip di negeri kahyangan di serial sun go kong!!hehe..Jalan setapak yang kita lewati masih tampak jelas karena agak lebar. Sekitar 30 menit berjalan akhirnya membawa diri kita ke suatu tempat yang luas mirip lapangan bola, dimana disitu terdapat sebuah shelter. Ternyata setelah kuselidiki tempat ini merupakan Pos IV yang dinamakan Pos Cokro Suryo, karena tepat bersebelahan dengan Gunung Cokro Suryo. Pos ini berketinggian 3025 mdpl dan di area padang rumputnya terdapat beberapa in memoriam pendaki yang meninggal di Gunung Lawu. Karena tadi sebelum ngetrack ke Puncak aku sempat nggak tahan mau beol. Hehehe..akhirnya aku membuangnya di semak-semak di area pos IV. Semoga nggak ada yang nginjak aja nih ranjau daratku. Hwahaha..Huffth akhirnya, lega juga rasanya!! Wkwkwkw J

Setelah itu aku dan imam melanjutkan perjalanan yang tertunda menuju pos selanjutnya di bawah. Jalan setapak yang kita lalui ternyata berkelok-kelok memutar punggungan. Karena kita menarget untuk sampai di base camp Cemoro Kandang sebelum jam 3 sore. Jadi kita memutuskan untuk melewati jalan yang merupakan aliran air dimana rutenya memotong kompas dan menghemat waktu. Namun jalan yang kita lewati agak sedikit terjal. Disarankan teman-teman pendaki untuk tidak melewati jalan ini karena demi keselamatan dan keamanan pribadi, soalnya jalur ini memiliki tingkat resiko yang tinggi apalagi musim hujan seperti ini yang mengakibatkan jalur menjadi licin. Jika kita tidak hati-hati salah melangkah sedikit saja, maka akan dapat membahayakan keselamatan kita sendiri. Aku saja berkali-kali jatuh terpeleset karena sangat licinnya jalur. Walaupun ternyata aku dan imam dapat menghemat waktu daripada menyusuri jalur punggungan yang berkelok-kelok seperti ular itu.

Di tengah perjalanan kita melewati sebuah aliran air kecil yang menurut primbon yang kubaca bahwa inilah yang dinamakan Sendang Panguripan. Sumber air ini dapat kita jumpai sebelum turun mencapai pos III. Di sumber air itu terdapat sesajen dan bunga-bunga yang berserakan. Seketika wangi dupa dan bunga-bunga itu menyerbak menusuk hidung kita. Tak jauh dari sumber itu sekitar lima menit berjalan kita akhirnya sampai di Pos III yang dinamakan Pos Penggik. Kita sampai di pos yang berketinggian 2780 mdpl ini pada pukul 11.12 WIB. Aku dan Imam di sana melihat sesosok burung Anis Gunung / Turdus polyochepalus yang sedang santai berjalan di depan shelter pos. Perasaanku burung ini dari tadi selalu mengikuti kemana kita pergi tapi aku tak tahu pasti karena mungkin ada banyak burung sejenis yang disini. Burung yang kebanyakan pendaki menyebutnya Jalak Kuning ini konon merupakan burung yang mampu menunjukkan arah yang benar bagi para pendaki agar tidak tersesat di gunung. Artinya jika kita selalu menjumpai burung ini yang seolah-olah mengikuti kita, maka tandanya kita sudah menuju jalan atau rute yang benar. Entah percaya atau tidak disarankan bagi teman-teman pendaki jika bertemu burung ini disarankan untuk tidak mengganggunya.

Di Pos Penggik kita hanya beristirahat sejenak untuk sekedar meluruskan kaki. Kita selama perjalanan terus terbayang-bayang pesan nenek tua tadi yang tidak boleh berhenti sebelum tiba di Cemoro Kandang. Akhirnya kita berjalan dengan cepat, dengan agak sedikit memaksakan langkah kaki walaupun didera rasa capek. Aku tak tahu apakah maksudnya kita berdua disuruh tidak boleh berhenti sebelum waktunya tiba ditujuan. Dan tentang kata-kata “dijemput” tadi? Apa maksud gerangan nenek itu menyebut kata tersebut? Hiih rasanya aku jadi bergidik merinding dan kepalaku dipenuhi tanda tanya. Memang gunung yang anggun dan sekaligus penuh dengan misteri pikirku dalam hati. Apakah tadi kita dijemput oleh pengawal kerajaan jin dari Gunung Lawu?ataukah memang pengawal itu ditugaskan untuk mengawal kita sehingga kita tidak diperbolehkan untuk berhenti sebelum tiba di bawah, karena mungkin ada jin jahat yang akan mencelakakan kita? Aku tak tahu dan tak mau tahu serta membayangkan yang tidak-tidak. Niatku yang terpenting untuk mendaki Gunung Lawu ini hanyalah ingin menikmati dan mensyukuri alam ciptaan-Nya yang begitu indah. Semoga perjalananku ini Engkau ridhoi Ya Rabb dan berilah keselamatan kepada kami hingga tiba di tujuan nanti. Amien..

Kembali kaki ini melangkah menyusuri jalan setapak Lawu yang panjang dan melelahkan. Kabut terus menyelimuti disertai gerimis kecil mengguyur tubuh kita selama perjalanan. Cemara demi cemara kita lewati, jalan setapak yang tepiannya merupakan jurang menganga dalam terus kita lalui tanpa henti. Di sebuah pos bayangan aku dan Imam yang staminanya terus menurun berhenti sejenak untuk minum dan melemaskan otot-otot yang pegal. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.15 WIB. Jadi sudah 1 jam lebih kita berdua berjalan dari Pos Penggik. Hingga akhirnya setelah kembali melanjutkan perjalanan kita disuguhkan oleh pemandangan yang luar biasa fantastis di depan mata. Aku bahkan tak percaya bisa berada di tempat seindah itu. Sekilas tempat tersebut mirip di benua Amerika yang mempunya jurang-jurang yang sangat dalam dan lembah hijau yang sangat menawan. Di primbon yang ku baca, jurang inilah yang disebut dengan Jurang Pangarip-arip. Jurang indah yang sangat dalam sekaligus juga tampak menyeramkan. Demi keselamatan para pendaki di kanan jalan di pasang batas pengaman yang berupa tonggak-tonggak permanen yang terdapat rantai besi. Namun di beberapa lokasi batas pengaman ini terkena longsor sehingga diperlukan kehati-hatian ketika melewatinya. Sayang pada waktu itu baterai kamera yang kita bawa sudah habis jadi kita tidak dapat mendokumentasikan pemandangan indah Jurang Pangarip-arip.

Kita terus melaju memburu waktu menuju ke base camp Cemoro Kandang. Tak terasa 21 menit kemudian dari Jurang Pangarip-arip kita sampai di Pos 2 yang dinamakan Pos Taman Sari Atas (2470 mdpl). Di pos ini aku menjumpai burung besar yang terbang cepat menghindar ke arah hutan karena mungkin terusik kedatangan kita. Samar-samar aku melihat burung ini mirip dengan burung Merak Hijau atau Pavo muticus. Namun aku ragu karena warna bulunya tadi sekilas keseluruhan tampak hitam. Aku hanya celingukan melihat-lihat di area sekitar pos dan kembali melanjutkan perjalanan turun yang tinggal melewati 1 pos lagi. Jalan setapak yang kita lewati semakin lebar menuju ke bawah dengan vegetasi di kanan kiri tertutup. Jenis pohon yang kutemukan di kanan kiri jalan adalah Lamtoro (Sesbania grandiflora). Pukul 13.18 akhirnya kita sampai di Pos Taman Sari Bawah (2300 mdpl). Di pos itu terdapat dua warung makanan yang sedang tutup,letaknya berada persis di samping depannya. Aku dan Imam hanya istirahat sekitar 5 menit di warung depan pos ini.

Kita melanjutkan perjalanan untuk mengejar waktu agar tidak terlalu sore sampai di Pos Cemoro Kandang. Menurut primbon yang kubaca sebelum mencapai ke Pos Cemoro Kandang terdapat percabangan jalan menuju ke arah air terjun yaitu ke kiri. Sebenarnya aku penasaran dan ingin melihatnya secara langsung, tapi karena ingat pesan nenek tadi aku dan imam tetap lanjut. Sekitar 45 menit kita berjalan akhirnya kita sampai di Base Camp Cemoro Kandang pada pukul 14.00 WIB. Di Pos yang di kelola oleh Paguyuban Anak Gunung Lawu ini terdapat fasilitas MCK, musholla, aula dan ruangan kecil untuk istirahat. Aku dan Imam hanya berlalu saja melewati pos ini dan segera menuju ke Base Camp Cemoro Sewu untuk melapor. Namun toko souvenir yang terdapat di seberang base camp Cemoro Kandang menggoda hati kita untuk mampir membeli sesuatu untuk oleh-oleh. Akhirnya aku membeli sebuah gantungan kunci dan stiker Gunung Lawu. Di samping toko tersebut terdapat beberapa warung makanan yang tengah ramai di kunjungi oleh wisatawan. Aku dan Imam hanya melintas begitu saja karena duit di kantong sudah menipis. Hiks L

Kita kemudian melewati sebuah tugu perbatasan antara Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah.Berarti kita keren donk, dari Propinsi Jawa Tengah ke Jawa Timur hanya berjalan kaki! Wkwkw! Di samping tugu perbatasan tersebut terdapat sebuah jembatan yang cantik dimana di bawahnya kita akan dapat melihat pemandangan sebuah villa yang menawan.Akhirnya pada pukul 14.30 kita sampai di Base Camp Cemoro Sewu. Aku segera melapor ke petugas perijinan pendakian bahwa telah selesai melakukan pendakian dengan selamat dan lancar. Setelah itu kita melangkah ke masjid yang terletak di seberang jalan pos pendakian untuk menunaikan sholat ashar. Sehabis sholat aku dan imam bergantian untuk mandi di kamar mandi umum di sebelah masjid. Brrr air dingin khas pegunungan mengguyur tubuhku yang lelah. Segar sekali rasanya walaupun membuat badanku menjadi menggigil kedinginan. Lalu kita melakukan packing ulang dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Sore itu jalanan di sepanjang Cemoro Sewu tampak diselimuti kabut tipis. Kulihat beberapa rombongan pendaki tengah bersiap-siap akan mendaki ke puncak Lawu. Sementara kita dan rombongan dari Ganeshapala Ponorogo akan bersiap turun ke bawah kembali pulang. Berhubung angkot dari Cemoro Sewu menuju Tawamangu mungkin sudah tidak beroperasi, kita berdua memutuskan untuk nebeng bareng teman-teman dari Ganeshapala turun ke Ponorogo. Alhamdulillah ketua rombongan mereka mengijinkan kita untuk gabung. Makasih banyak sobat! J Aku tak dapat membayangkan bagaimana jika kita berdua sampai terlantar di tempat ini karena sudah tidak ada angkot lagi. Tak beberapa lama kemudian truk yang menjemput rombongan teman-teman Ganeshapala pun tiba. Pukul 15.30 kita turun dari Cemoro Sewu menuju Kota Ponorogo. Alhamdulillah truknya masih longgar. Truk itu diatasnya ditutup terpal plastik karena diluar dilanda hujan gerimis yang mengguyur sepanjang perjalanan. Di atas truk itu kita asyik berbincang dengan teman-teman dari Ganeshapala. Ternyata ada alumninya yang berasal dari ITS juga. Perjalanan alhamdulillah tidak menemui kendala yang berarti dan membawa kita semua sampai dengan selamat di SMAN 1 Ponorogo pada pukul 17.00 WIB. Aku dan Imam kemudian membantu menurunkan barang-barang bawaan dan tas-tas ransel ke bawah. Setelah itu kita berpamitan kepada teman-teman dari Ganeshapala dan diantar oleh bapak supir truk menuju ke trayek jalur Bus Ponorogo - Trenggalek. Hmm perjalanan yang penuh kenangan dan pengalaman yang tak ternilai harganya. J

Kita tiba di sebuah pertigaan besar dimana di tempat itu adalah jalur bus menuju ke Trenggalek. Tak lupa kita mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak supir truk yang bersedia mengantarkan kita sampai di sini. Aku dan Imam lalu mencari-cari warung untuk mengisi perut kita yang sudah kelaparan. Sebuah warung sate gule yang berada di pinggir jalan pun kemudian kita hampiri. Kita berdua memesan seporsi nasi gule dan teh hangat. Harganya lumayan murah cuma merogoh kocek 6 ribu rupiah saja. Hmm Mantab..

Usai makan kita menunggu bus di depan sebuah counter pulsa. Menurut seorang bapak yang kebetulan juga akan naik bus ke Trenggalek, bus akan datang sekitar pukul setengah 7 malam. Jadi kita harus sabar menunggu kedatangan bus itu. Akhirnya bus yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kita langsung mencari posisi di dalam bus, dan alhamdulillah busnya masih longgar. Tarif bus dari Ponorogo ke Trenggalek pada waktu itu adalah Rp.12.500,- per orang. Pukul 19.30 WIB kita akhirnya sampai di terminal Trenggalek. Di sana sudah bersiap bus yang menuju ke Tulungagung namun bus itu penuh sesak oleh penumpang. Apa boleh buat karena itu merupakan bus yang terakhir menuju ke Tulungagung, kita langsung menumpang saja walaupun harus berdiri berjejalan dengan penumpang yang lain. Kita berdiri selama 1 ½ jam di bus itu sampai di terminal Tulungagung pada pukul 21.00 WIB. Fiuuhhh..sudah badan capek ditambah capek lagi jadinya capek kuadrat!!hehe sial banget! L Yahh nggak apa-apalah yang penting sudah sampai di Tulungagung. Aku dan Imam istirahat sejenak di bangku ruang tunggu penumpang di terminal sambil melihat tayangan sepak bola Liga Inggris. Setelah itu aku dan Imam pulang ke rumah masing-masing dengan berjalan kaki. Kalau aku sih masih dekat rumahnya, lha tapi rumah temanku ini berjarak sekitar 10 km lagi dari terminal. Wuahh nggak apa-apa mam, biar kakimu tambah kuat ntar.Wkwkwkw..Pukul 22.00 akhirnya aku tiba di rumah tercinta. THE END JJJ

***

Special thanks to :

v Allah SWT dan Rasul-Nya

v Mbok Yem dan Mas Muis, makasih atas soto dan susu jahe angetnya. Sipp mantab banget! :)

v Mbok To, makasih atas teh angetnya Mbok.. :D

v Teman-teman pendaki yang menyertai perjalanan kita dari UIN Jakarta,Bandung, Madiun, Sragen, Malang.

v Mas Adi dan Mas Dimas serta Teman-teman Pencinta Alam Ganeshapala SMAN 1 Ponorogo,terimakasih atas tumpangannya menuju Ponorogo. Semoga kita bisa bertemu di lain waktu. Sukses selalu buat kegiatan-kegiatannya! J

v Mbok Tuginah, Mbok Tukiyem dan Mbok Sriatin, terimakasih atas wejangan dan doa yang diberikan kepada kita.

Friday, October 15, 2010

Mengenal si "Burung Surga" Cendrawasih

Tarian Cantik Burung Cendrawasih

Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.

Bird of paradise

Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.

Burung yang sangat cantik

Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.

Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur (Mackay 1990).

Kandungan Gizi Jamur Tiram



Jamur Tiram untuk Antikolesterol..!

Gizi.net - Khasiat jamur bagi kesehatan tubuh memang terbukti. Selain mengandung berbagai macam asam amino essensial, lemak, mineral, dan vitamin, juga terdapat zat penting yang berpengaruh terhadap aspek medis. Sejak berabad-abad lalu, jamur sudah menjadi makanan istimewa sehingga banyak orang menjadi penggemar.

Sudah turun-temurun masyarakat Jepang dan Cina melengkapi menu dengan jamur. Bukan saja kelezatan rasa, tetapi juga tinggi nilai gizinya. Orang Yunani kuno percaya, makan jamur menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dan sehat. Hasilnya mereka lebih kuat, berani dan perkasa. Firaun, Raja Mesir yang terkenal sangat keji, penghobi berat makan jamur. Saking istimewanya, raja itu menyebut jamur sebagai makanan para dewa.

Kandungan gizi

Tidak hanya menyedapkan, jamur mempunyai kandungan gizi cukup baik. Komposisi kimia yang terkandung tergantung jenis dan tempat tumbuhnya. Dari hasil penelitian, rata-rata jamur mengandung 19-35 persen protein. Dibanding beras (7,38 persen) dan gandum (13,2 persen), ia berkadar protein lebih tinggi. Asam amino esensial yang terdapat pada jamur, sekitar ada sembilan jenis dari 20 asam amino yang dikenal. Yang istimewa 72 persen lemaknya tidak jenuh, jamur juga mengandung berbagai jenis vitamin, antara lain B1 (thiamine), B2 (riboflavine), niasin dan biotin. Selain elemen mikro, jamur juga mengandung berbagai jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na, Mg, dan Cu. Kandungan serat mulai 7,4-24,6 persen sangat baik bagi pencernaan. Jamur mempunyai kandungan kalori yang sangat rendah sehingga cocok bagi pelaku diet.

Hasil studi di Massachusett University menyimpulkan bahwa riboflavin, asam Nicotinat, Pantothenat, dan biotin (Vitamin B) masih terpelihara dengan baik meskipun jamur telah dimasak. Hasil penelitian dari Beta Glucan Health Center menyebutkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) mengandung senyawa Pleuran (di Jepang, jamur tiram disebut Hiratake sebagai jamur obat), mengandung protein (19-30 persen), karbohidrat (50-60 persen), asam amino, vit B1 (thiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niacin), B5 (asam panthotenat), B7 (biotin), Vit C dan mineral Calsium, Besi, Mg, Fosfor, K, P, S, Zn. Dapat juga sebagai antitumor, menurunkan kolesterol, dan antioksidan.

Para peneliti dari Ujagar Group (India) menyampaikan, bahwa jamur tiram memiliki nilai nutrisi yang sangat bagus dengan alasan: 100 persen sayuran dan bersih; mengandung protein tinggi dan kaya vitamin-mineral; rendah karbohidrat, lemak dan kalori; bagus untuk liver, pasien diabetes, dan menurunkan berat badan; berserat tinggi membantu pencernaan; antiviral dan antikanker; mudah memasaknya dan mudah dicerna; dan jamur tiram merupakan jamur yang paling enak rasanya dibanding jamur pangan lainnya.

Dari hasil penelitian Departemen Sain, Kementerian Industri Thailand, jamur tiram (Oyster mushroom) mempunyai kandungan: protein 5,94 persen, karbohidrat 50,59 persen, serat 1,56 persen, lemak 0,17 persen, abu 1,14 persen. Per 100 gram jamur tiram segar, mengandung 45,65 kalori, 8,9 miligram (mg) kalsium, 1,9 mg besi, 17,0 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B-1, 0,75 mg vitamin B-2, dan 12,40 mg Vitamin C. Jamur juga mengandung folic acid yang cukup tinggi, konon mampu menyembuhkan anemia.

Sebagai perbandingan, tempe yang terbuat dari kedelai yang kaya serat dan juga sebagai sumber berbagai nutrien seperti calsium, Vitamin B, dan besi, mempunyai kandungan sebagai berikut: kalori 204, protein 17 gram, lemak 8 gram, karbohidrat 15 gram, calium 80 mg, Fe (Besi) 2 mg, dan Zn 0,2 mg.

Bisa dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram dan Vitamin C-nya juga 0,0 gram. Maka, kandungan gizi jamur masih lebih komplet sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan.

Antikolesterol

Disebutkan bahwa para peneliti penyakit kanker menyarankan bahwa sebaiknya manusia mengonsumsi daging merah tidak lebih dari tiga ons per hari atau kurang dari itu. Daging tersebut adalah daging sapi, kerbau, kambing, dan babi yang dapat menyebabkan risiko lebih tinggi sebagai penyebab kanker usus, dan juga kemungkinan payudara, prostat, pankreas, perut, dan kanker ginjal. Kecil kemungkinan terkena kanker apabila mengonsumsi ayam dan ikan, dan untuk beberapa kasus malahan dapat melawan kanker. Sehubungan dengan hal itu, untuk yang senang mengkonsumsi burger disarankan untuk diselang-seling dengan ayam, seafood, sayuran, dan jamur (Anonympus, 1999).

Saat ini beberapa jamur digunakan sebagai obat untuk melawan kolesterol, kanker, dan AIDS. Senyawa aktif jamur yang terkandung dikabarkan dapat sebagai antijamur, antibakteri, dan antivirus dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat membunuh serangga dan nematoda. Pada tahun 1960, para peneliti berhasil menemukan pengaruh beberapa jamur sebagai antitumor. Komponen aktif yang dimaksud adalah polysaccharida, dan khususnya adalah Beta - D - Glucans. Sebagai standardisasi produk dari jamur tiram (Plurotus ostreatus dan P. eryngii) disebut Plovastin yang dipasaran sebagai suplemen penurun kolesterol. Komponen aktif dari Plovastin adalah statin, secara baik menghambat metabolisme kolesterol di dalam tubuh manusia (Itzkovich, 2001).

Hasil dari penelitian Bobek (1999) dari Research Institute of Nutrition Bratislava tentang "Natural products with hypolipemic and anti oxidant effect". Telah dilakukan studi pada sebuah grup dengan 57 laki-laki: perempuan = 1:1, usia setengah umur, dengan kasus hyperlipoproteinemia. Selama satu bulan mereka mengonsumsi 10 gram jamur tiram secara teratur. Kesimpulan, secara statistik sangat menjanjikan, yakni kolesterol dan serum turun 12,6 persen dan triglycerol turun 27,2 persen. Jamur tiram juga mempunyai efek antioksidan dengan turunnya hasil peroksidasi di dalam eritrosit.

Beta-1,3/1-6-Glucan secara alami berasal dari polysaccharida yang secara intensif dipelajari sejak tahun 1950 sebagai antitumor dan perangkat immunostimulating (pemicu kekebalan). Pleuran adalah Beta- 1,3/1-6-Glucan diisolasi dari jamur tiram yang mempunyai kandungan polysaccharida tinggi, biasa digunakan untuk cream, salep, suspensi, dan bedak untuk perawatan wajah di dunia oleh peneliti dan perusahaan kosmetik untuk formulasinya (Contoh; Estee Lauder dan Clinique). Konsentrasi 0,5-2,00 persen. Perawatan wajah ini berguna untuk mengikat air, melembabkan kulit dan anti-inflamasi. Percobaan pada 121 pasien berjerawat kronis, diberikan setiap hari selama 21 hari, hasilnya 73,5 persen kondisinya membaik, 18,2 persen sembuh total (Kuniak et al, 1995. Faculty of Pharmacy and STV, Batislava, Slovak Republic in Beta Glucan Health Center, www.glucan.com/therapy 2002).

Sumber: Kompas, Jum'at 30 Agutus 2002

Sunday, September 26, 2010

10-10-10, Planting 10 trees at 10 a.

Ini ada info menarik, CoPas dari groups petualang nusantara di FB. Silahkan di simak Gan!!!

Apakah sobat ingin menjadi bagian dari kegiatan di seluruh dunia? Pada tanggal 10 Oktober 2010, pukul 10 pagi, di sepuluh negara setidaknya di Asia dan Oseania akan menanam pohon untuk menunjukkan kasih kita terhadap alam dan komitmen untuk membangun dan memelihara masa depan bersama. Ikutan yok….

10-10-10, Planting 10 trees at 10 a.m merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh alumni program JENESYS (Japan East Asia Network of Exchange Students and Youths) atau jaringan pertukaran pelajar dan pemuda jepang asia timur, dari negara Australia, Brunei, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Myanmar, Selandia Baru , Thailand, Filipina, Singapura, Korea Selatan dan Vietnam untuk mensobatkan kerjasama antar kawasan dan antara teman-teman.

Berikut adalah 10 langkah sederhana untuk menjadi bagian dari 10-10-10 Planting 10 trees at 10 a.m :
Sebelum tanggal 10 Oktober 2010:

Pertama,
Kalau sobat tertarik bisa gabung http://www.facebook.com/pages/Day-1-Building-a-Shared-Future/148548191835474 bahwa sobat ingin menjadi bagian dari 10-10-10.

Kedua:
Pilih lokasi yang butuh untuk ditanami, bisa dikampus, di taman, tepi sungai atau daerah bukit,gunung tandus, atau ada banyak lokasi lain yang kosong dan bisa ditanami pohon dan tentunya disetujui oleh yang punya lahan atau lokasi yang kosong,, oh ya dalam pot juga gak papa… Pastikan Sobat mendapatkan izin.

Ketiga:
Undang orang lain untuk ikut serta. Teman-teman, keluarga, teman sekelas, rekan kerja, dan lain-lain bisa semua berpartisipasi – jadi semakin meriah! Jadikan ini kegiatan piknik atau bersenang-senang dengan mereka…bawa makanan ringan lebih baik… Jadilah kreatif!

Keempat:
Membeli bibit pohon di persemaian deket sama lokasi sobat atau hasil cangkokan dan lain-lain

Kelima:
Siapkan lubang untuk menanam dan bahan tanaman seperti sekop atau cangkul dan sarung tangan, kalo gak punya bisa beli atau nebeng aja ..

Keenam:
Cetak logo 101010, 101010 one people ten tree dapat dicetak pada kertas atau tarpauline untuk digunakan sebagai latar belakang untuk dokumentasi foto Sobat.

Pas tanggal 10 oktober 2010:
pertama:
Bangun pagi tanggal 10 Oktober 2010 dan mempersiapkan bahan-bahan Sobat akan membutuhkan bibit, sekop atau cangkul, sarung tangan, makanan, air, kacamata hitam (kalau takut silau) dan keep smile sampe jam 10.00 hehe….

kedua:
jam 10.00 siap-siap buat nanam – caranya keluarkan bibit dari plastik polybag beserta tanahnya, hat-hati jangan sampai merusak akar tanaman, baru masukan bibit kedalam tanah yang udah digali terus tutup deh galiannya pake tanah, kalo udah jangan lupa disiram ya….

ketiga:
habis itu foto senarsis mungkin deh hasil tanaman sobat sambil memajang logo 101010, fotonya boleh rame-rame sobat……… biar seru..

Dan terakhir:
upload deh foto-foto sobat di http://www.facebook.com/pages/Day-1-Building-a-Shared-Future/148548191835474 terus cek deh siapa lagi selain sobat yang ikut serta dalam penanaman 101010

let’s do it………………………….
salam hangat,


terimakasih buat perhatiannya,
salam petualang

Sunday, August 29, 2010

Bahaya Tidur Dengan TV Menyala atau Sambil Mendengarkan Musik


Tidur merupakan kebutuhan alami manusia. Dengan tidur yang berkualitas, metabolisme tubuh ditata kembali. Kita juga memiliki kesempatan untuk melakukan regenerasi / mengganti sel-sel tubuh yang mati.Nah tahukah Anda, bagaimana cara mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas? Salah satu caranya adalah dengan memadamkan lampu di waktu tidur normal (9 malam hingga 8 pagi) demi mendapatkan hormon melatonin secara maksimal.
Hormon MelatoninAdalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar pineal didalam otak yang pembentukannya dipicu oleh gelap dan berfungsi mengatur bioritme atau irama tubuh dalam hal pengaturan tidur.Kadarnya paling tinggi ditemukan menjelang pagi hari sekitar jam 02.00 – 04.00 dan paling rendah di sore hari. Ini juga menjawab kenapa orang semakin bertambah usia semakin sedikit tidurnya, karena secara alamiah, produksi hormon melatonin ini juga akan mengalami penurunan, sejalan dengan pertambahan usia manusia.
Penurunan yang drastis biasanya terjadi sekitar usia 40 tahun sehingga dengan menurunnya hormon ini maka kualitas tidurpun akan menurun dan sering berefek pada kesulitan tidur.Manfaat lain melatonin adalah sebagai anti oksidan yang larut dalam lemak dan air, meningkatkan imun tubuh menimbulkan relaksasi otot dan membantu meningkatkan mood dan menghilangkan ketegangan. Jadi sebaiknya kalau tidur lampu dimatikan agar bisa memaksimalkan produksi melatonin.Memang, ada sebagian orang yang merasa tidak nyaman, atau bahkan tidak dapat tidur pada kondisi gelap. Namun jika melihat manfaat atau dampaknya, hal ini perlu diperhatikan juga. Antara lain dengan tidak tidur di bawah pencahayaan langsung (dari lampu kamar), terutama bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.Matikan Televisi dan MusikKebiasaan tidur sambil mendengarkan musik, atau menonton televisi sampai tertidur, atau membiarkan lampu di ruangan menyala terang, memang sulit dihilangkan dan menurut sebagian orang kondisi seperti itu membuat mereka menjadi lebih cepat tertidur.
Tetapi pada kenyataannya setelah terbangun mereka merasa lebih tegang (stress). Bahkan ada yang merasa seperti tidak tidur semalaman.Penjelasannya :Pada saat kita tidur sebetulnya otak tidak pernah tidur. Otak selalu menjalankan aktivitasnya walaupun tidak sesibuk seperti di saat bangun, yaitu menjalankan sistem metabolisme tubuh.Pada malam hari, seiring menurunnya aktivitas tubuh, ritme gelombang otak pun mengalami penurunan. Namun apabila kita tidur sambil mendengarkan musik, televisi dalam keadaan hidup atau lampu ruangan sedang menyala terang, maka gelombang suara atau cahaya yang dipancarkan oleh peralatan tersebut tetap diterima oleh indera pendengaran dan penglihatan kita.
Gelombang suara diterima oleh alat pendengaran di dalam telinga dan gelombang cahaya tetap dapat menembus kelopak mata dan diterima oleh retina dan lensa mata. Gelombang-gelombang tersebut akan diteruskan ke otak kita. Otak yang harusnya beristirahat akan kembali terangsang untuk bekerja dan mengolah informasi yang masuk.Apabila hal ini berlangsung sepanjang malam, berarti kita hanya tidur menurut tubuh luar, tetapi tidak menurut otak. Otak akan terus bekerja mengolah informasi yang masuk tersebut. Jadi jangan biarkan otak Anda kelelahan karena harus tetap bekerja pada malam hari, sedangkan di siang hari otak juga akan diperas oleh kegiatan rutin kita.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger