Beranda

Wednesday, September 30, 2009

CAMPING CERIA SEMERU 2009

TEMA- CAMPING CERIA SEMERU 2009, naik gunung koq pake repot.

WAKTU PELAKSANAANtanggal 24 - 27 september 2009

PESERTA KEGIATAN- semua member gappala baik yang aktif maupun yang belum...(makanya buruan login ya..)

SUSUNAN PANITIAPENANGGUNG JAWAB I :Gendon MarmoyoPENANGGUNG JAWAB II :Kokok Dharma LUkita
KETUA PELAKSANA :Candra PoncoKOORDINATOR LAPANGAN :Much. MarioSEKRETARIS UMUM :Erwinsyah IdrisBENDAHARA :Nurnaning kusumaSEKSI UMUM :Eko Prasetyo - Angga eka - Isna nur azizahGUIDE : JOKO GLEMBOH

MEETING POINT- Sekretariat univeritas gajayana malang, dimana peserta akan dijemput di stasiun dan terminal. untuk yang menggunakan jasa pesawat via bandara abdulrahman saleh harap konfirmasi terlebih dahulu. dan diiharapkan Pada tanggal 24 september sudah hadir di malang.

SCHEDULE KEGIATAN25 september 200905.00 – 07.00 Dinoyo – Tumpang07.00 – 08.00 sarapan pagi08.00 – 11.00 Tumpang - Ranupani by JEEP11.00 – 13.00 IShoma + perijinan13.00 – 17.00 ranupani – ranukumbolo18.00 – 21.00 RAnukumbolo – kalimati
26 September 200901.00 – 07.00 Kalimati – Puncak07.00 – 09.00 Sarapan di puncak09.00 – 11.00 Puncak – Kalimati11.00 – 14.00 Kalimati – Ranukumbolo14.00 - Acara Bebas
27 September 200909.00 – 12.00 Ranukumbolo – ranupani12.00 – 13.00 makan siang13.00 – 16.00 Ranupani Tumpang16.00 – 17.00 Tumpang – Malang

FASILITAS PESERTA :- Transportasi malang ranupane pp + antar jemput- Konsumsi 8x makan- Perijinan + asuransi- Guide + porter- Tshirt- Stiker

PERALATAN WAJIB- panitia masih kekurangan peralatan dan tentunya bagi member di daerah diharapkan bantuannya untuk membawa peralatan seperti tenda dan alat masak.
- peralatan pribadi wajib lainnya seperti sleeping bag, jas hujan, senter, masker, balaklava/kupluk,sepatu gunung..tidak lupa 1 orang bawa 1 kamera ya....kapan lagi bernarsis ria di puncak jawa.
biaya sekitar 450.000 all in.
disini kami mengerti untuk sedikit meringkas dan menekan harga namun mohon disadari juga harga sedemikian sudah sangat menguntungkan kita dengan fasilitas yang ada.
pembayaran DP paling lambat tanggal 25 agustus 2009.bonus khusus DVD movie- 50 outdoor skills- cartensz pyramidz : the sevent summit- into thin air
yang menyelesaikan pembayaran sebelum tanggal diatas.
pembayaran dapat dikirim melalui alamat di bawah ini :BCA : 7210136066 an. candra poncoBNI : 0121171026 an. candra poncoBRI : 01019768509 an. kokok dharma lukita
note :buat humas dan mody untuk menyebarluaskan berita ini tidak hanya pada khalayak ramai juga sama tetangga dekat.
KAOS KEGIATAN
Photobucket Photobucket
Photobucket
MORE INFO VISIT THIS.
http://cartensz.org/forum/index.php/topic,912.0.html
DAN
http://cartensz.org/forum/index.php/topic,894.msg25020/topicseen.html#new

Monday, September 28, 2009

Malaysia Klaim Budaya Indonesia Untuk Cari Identitas

Sejarawan Sumatera Barat Prof Dr Gusti Asnan menyatakan sikap Malaysia yang selalu mengklaim berbagai kebudayaan yang berasal dari Indonesia sebagai miliknya, hanya karena mereka sedang mencari identitas dirinya.

"Malaysia kini gamang melihat masa depannya. Hal itu terungkap sesuai penuturan sejumlah mahasiswa asal Malaysia yang tidak pernah mendengar cerita rakyat asal negaranya sebagai sebuah sejarah," kata Asnan di Padang, Sabtu.Ia mengatakan itu terkait atas sikap Malaysia yang telah beberapa kali membuat marah rakyat Indonesia karena negara itu mengklaim kesenian dan hasil budaya Indonesia, antara lain Reog Ponorogo, sebagai miliknya.Selain itu iklan pariwisata negara Jiran itu juga menampilkan tarian Pendet asal Indonesia, peristiwa yang paling akhir menjadi kontroversi antara Indonesia dan Malaysia. Namun Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta membantah bahwa negaranya mengklaim tari Pendet.Menurut Asnan, sikap Malaysia yang melakukan klaim budaya itu merupakan perampokan karya. Secara umum telah banyak yang dirampoknya akan tetapi secara keilmuan tidak ada jaminannya.

"Pada sisi lain `perampokan` budaya yang dilakukan Malasyia ternyata telah membangkitkan seluruh bangsa Indonesia dan menjadi bersatu," kata Asnan yang juga dosen Fakultas Satra Universitas Andalas itu.Buktinya, ketika tarian Pendet dicuri akibatnya semua suku di negeri ini apakah itu dari Maluku, Sulawesi, Irian Jaya, Minang maupun Jawa sendiri menjadi marah.Aksi timbal balik tersebut juga ternyata telah mampu `menyetrum` pemerintah yang seharusnya bisa menjaga budaya itu.

"Selama ini keseriusan pemerintah dalam melakukan inventarisasi, penjagaan dan pelestarian budaya masih rendah sehingga prilaku negara jiran itu diyakini telah mampu membangkitkan semangat bangsa ini," katanya.Sementara itu minimnya pengetahuan rakyat Malaysia terhadap sejarah negara mereka dibuktikan dari 40 mahasiswa asal negara jiran itu yang mengaku hanya sedikit dari mereka yang mengenal budayanya.Akan tetapi ketika datang ke Indonesia mereka justru tertarik mempelajari budaya Indonesia hingga sering diputar ulang.

"Mengapa itu bisa terjadi, lebih karena mereka menganggap Indonesia sebagai satu rumpum Melayu dengan Malaysia," katanya menambahkan asal muasal satu rumpun Melayu itu secara historis memang ada dan perbedaannya pun nyaris seperti benang tipis.Karena butuh sesuatu untuk dijual maka apa yang dimiliki Indonesia langsung dijualnya. Hal itu dilakukan lebih hanya untuk mencari identitas diri.

Bahaya-Bahaya Penelusuran Goa (2)






Survival dalam caving tidaklah dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di dalam gua selalu berakibat fatal. Karena dilakukan dalam keadaan gelap total maka tingkat kesulitan dan resiko setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di luar gua. Apalagi di Indonesia belum ada (belum mampu) membentuk suatu tim rescue (SAR) gua baik secara lokal maupun nasional walaupun telah banyak gua dibuka sebagai obyek wisata. Di luar negeri fasilitas SAR adalah sarana mutlak bagi penyelenggaraan suatu obyek wisata gua.

NSS USA menyebutkan usia minimum penelusur gua (profesional dan amatir) adalah 20 tahun sebagai batas psikologis (kecuali beberapa gua wisata khusus mengijinkan siswa SD masuk). Alasan utamanya karena 90% kejadian kecelakaan menimpa mereka dengan klasifikasi "Young (Teenager) Male Unafiliated Novice" (Remaja/anak laki-laki belasan tahun yang tidak terlatih dan tidak terdaftar pada kelompok speleologi resmi). Namun di Indonesia tidak ada ketentuan batasan umur, bahkan di daerah tertentu seperti di Karang Bolong Jawa Barat remaja belasan tahun telah memasuki gua untuk menambang kapur atau sarang burung walet dengan peralatan tradisional. Maka jelas sekali bahwa kestabilan emosional dan keterlatihan/keterampilan yang memadai adalah syarat utama keselamatan penelusuran. Bahkan secara internasional syarat keterampilan ini seharusnya dinyatakan dalam bentuk sertifikasi yang dikeluarkan melalui kursus / pelatihan resmi oleh Federasi Speleologi setempat (di Indonesia adalah HIKESPI).

Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila kalangan penelusuran gua memiliki motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG" sehingga tidak cukup bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru jauh sebelum itu. Maka estimasi perubahan situasi harus senantiasa diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan senioritas tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi di dalam gua tidak seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan kecelakaan adalah :



1. Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat.
2. Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal.
3. Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur.
4. Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress).
5. Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan tanpa dapat ditawar lagi.
6. Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang.
7. Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam pengetahuan.
8. Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka.



Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :
"Hari, tanggal
Nama pemimpin kelompok, alamat, no. telepon
Nama, alamat, telepon anggota lain
Tujuan memasuki gua: ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan, kabupaten)

Mulai masuk gua pukul..... rencana keluar pukul..... APABILA SAMPAI PUKUL ..... BELUM KELUAR GUA MAKA MUNGKIN TELAH TERJADI KECELAKAAN MAKA HARAP SEGERA MELAPOR KEPADA LURAH, POLISI DAN MEMINTA BANTUAN DENGAN MENGHUBUNGI:
- NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON
- NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON
SEGALA PERONGKOSAN/UANG YANG DIPERLUKAN UNTUK MENERUSKAN BERITA INI AKAN DIGANTI DUA KALI LIPAT. TERIMA KASIH "


Formulir ini diberikan kepada pejabat dan instansi berwenang setempat dan ditempel di kaca mobil.

Macam-macam bahaya dalam Penelusuran Goa:

Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena gelap. Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua. Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan halusinasi. Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek. Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir.

Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup di daerah mulut gua sampai 100 m ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya lain adalah gigitan kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya (guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC) namun umumnya hewan gua tidak mengganggu.

Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan angin kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah karena berendam terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah sangat terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu).

Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutin. Bahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga penunjang mobilitas.

FAKTA TENTANG SATWA INDONESIA

Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan dunia. Indonesia nomer satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi habitat dari sekitar 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di Indonesia.

Meskipun kaya, namun Indonesia dikenal juga sebagai negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah. Saat ini jumlah jenis satwa liar Indonesia yang terancam punah adalah 147 jenis mamalia, 114 jenis burung, 28 jenis reptil, 91 jenis ikan dan 28 jenis invertebrata (IUCN, 2003). Satwa-satwa tersebut benar-benar akan punah dari alam jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkanya.

Perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar Indonesia. Lebih dari 95% satwa yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari alam, bukan hasil penangkaran. Lebih dari 20% satwa yang dijual di pasar mati akibat pengangkutan yang tidak layak. Berbagai jenis satwa dilindungi dan terancam punah masih diperdagangkan secara bebas di Indonesia. Semakin langka satwa tersebut semakin mahal pula harganya.

Beberapa fakta lain:
Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati akibat proses penangkapan yang menyakitkan, pengangkutan yang tidak memadai, kandang sempit dan makanan yang kurang. Perdagangan satwa liar itu adalah kejam!

60% mamalia yang diperdagangkan di pasar burung adalah jenis yang langka dan dilindungi undang-undang. Perdagangan satwa liar itu adalah tindakan kejahatan!

70% primata dan kakatua yang dipelihara masyarakat menderita penyakit dan penyimpangan perilaku. Banyak dari penyakir yang diderita satwa itu bisa menular ke manusia.

Lebih dari 100.000 burung paruh bengkok setiap tahunnya ditangkap dari alam Papua dan Maluku. Penangkapan ini juga melibatkan oknum militer. Sebagian besar burung tersebut adalah ditangkap secara ilegal dari alam.

Burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ditangkap dari alam dengan cara-cara yang menyiksa dan menyakitkan satwa. Bulunya dicabuti agar tidak bisa terbang.

Setiap tahunnya ada sekitar 1000 ekor orangutan Kalimantan yang diselundupkan ke Jawa dan juga luar negeri. Sebagian besar orangutan yang diperdagangkan adalah masih bayi. Untuk menangkap seekora bayi orangutan, pemburu harus membunuh induk orangutan itu yang akan mempertahankan anaknya sampai mati.

Sekitar 3000 owa dan siamang setiap tahunnya diburu untuk diperdagangkan di dalam negeri dan diselundupkan ke luar negeri.

PERDAGANGAN SATWA DILINDUNGI ITU ADALAH KEJAM (Cruel)
KEJAHATAN (Crime)
NO KONSERVASI (No Conservation)

Perkembangan Speleologi di Indonesia





Speleologi berasal dari kata Spelaion (Gua) dan Logos (Ilmu) dalam bahasa Yunani. Arti umumnya adalah Ilmu Mengenal Gua namun secara khusus diartikan sebagai Ilmu Riset Dasar yang mempelajari lingkungan gua dan aspek ilmiah yang ada di dalamnya. Bidang ini menyangkut banyak cabang ilmiah dari bidang sains yang lain seperti Biologi (mikrobiologi), Geologi, Kimia, Meteorologi, Anthropologi, Arkeologi, Minerologi, Sedimentologi juga bidang ilmu yang bersifat sosial seperti Ilmu Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Sejarah, Turisme bahkan Mistik dan Legenda.


Di Indonesia baru ada pada pertengahan dekade 70-an. Diperkenalkan oleh dr. Robby Ko King Tjoen DV. melalui media massa. Tahun 1979 bersama Norman Edwin (Alm.) mendirikan SPECAVINA club Caving pertama di Indonesia. Setelah bubar pada awal dekade 80-an maka pada Tanggal 23 Mei 1983 dr. Robby mendirikan HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia) yang mendapat pengakuan Internasional dengan terdaftar di UIS (Union Internationale de Speleologie - anggota Kelompok F UNESCO) dengan nama FINSPAC (Federation of Indonesian Speleological Activities). Dan dari Pemerintah RI (terdaftar di LIPI sebagai organisasi afiliasi profesi ilmiah) sebagai satu-satunya organisasi yang mewadahi semua kegiatan speleologi di Indonesia secara resmi.

Sejarah Caving






Masa Primitif, gua dihuni oleh manusia Cro Magnon dan berlindung, kuburan dan untuk pemujaan roh leluhur 1674, John Beaumont seorang ahli bedah dan ahli geologi amatir dari Samerset Inggris melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran (potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society 1670 - 1680, Baron Johann Valsavor dari slovenia adalah orang pertama yang melakukan deskripsi terhadap 70 gua dalam bentuk laporan ilmiah lengkap dengan komentar, sketsa dan peta sebanyak 4 jilid dengan total mencapai 2.800 halaman. Atas jasanya British Royal Society memberikan penghargaan ilmiah kepadanya.




Pada tahun 1818, Kaisar Habsburg Francis I adalah orang yang pertama kali melakukan kegiatan wisata di dalam gua yaitu saat mengunjungi Gua Adelsberg (Sekarang Gua Postonja di eks Yugoslavia). Kemudian Josip Jersinovic yaitu seorang pejabat di daerah tersebut tercatat sebagai pengelola gua profesional yang pertama.


Mammoth Cave




Sedangkan ketika tahun 1838, Pengacara Franklin Gorin adalah tuan tanah yang memiliki areal dimana gua terbesar dan terpanjang di dunia yaitu Mammoth Cave di Kentucky AS. Olehnya gua tersebut dikomersialkan dan dipekerjakannya seorang mulatto bernama Stephen Bishop berumur 17 tahun sebagai budak penjaga gua tersebut. karena tugasnya tersebut Stephen Bishop dianggap sebagai Pemandu Wisata Gua Profesional (Cave Guide) pertama. Mammoth Cave sendiri terdiri dari ratusan lorong (Stephen Bishop menemukan sekitar 222 lorong) dengan panjang 300 mil hingga kini belum selesai ditelusuri dan diteliti. Tahun 1983 oleh usaha International Union of Speleology, Mammoth Cave diakui oleh PBB sebagai salah satu warisan dunia (World Herritage)



Tahun 1866-1888, pada masa ini diakui sebagai saat lahirnya Ilmu Speleologi yang dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938) berkat usaha kerasnya selama 5 tahun yang diakui sebagai Bapak Speleologi Dunia. Semua ini dalam suatu Kampanye Penelusuran Gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang Ilmu Riset Dasar dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang Multi disipliner dan Interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan disiplin, tata tertib, etika dan moral kegiatan Speleologi Modern pada masa sekarang.

Wednesday, September 23, 2009

Kehdupan Ular dan Jenis-jenisnya

Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.

Habitat dan Makanan

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlanda dan Selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.

Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.

 

 

Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.

Kebiasaan dan Reproduksi

Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan sekedar untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.

Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan.

Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.

Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telurnya bisa beberapa butir saja, hingga puluhan dan ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya.

Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular kecil-kecil.

Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya. Ular yang mirip cacing kecil ini diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).

Macam-macam Ular

Ular ada yang berbisa (memiliki racun, venom), namun banyak pula yang tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang.

Ular-ular primitif, seperti ular kaw

Macam-macam Ular

Ular ada yang berbisa (memiliki racun, venom), namun banyak pula yang tidak. Akan tetapi tidak perlu terlalu kuatir bila bertemu ular. Dari antara yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Lagipula, umumnya ular pergi menghindar bila bertemu orang.

Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae; akan tetapi bisanya umumnya lemah saja. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).

Beberapa jenisnya, sebagai contoh:

Ular kisik alias ular lare angon, Xenochrophis vittatus

·          

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Hanya saja, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular semakin jarang ditemui di tempat-tempat yang dingin, seperti di puncak-puncak gunung, di daerah Irlanda dan selandia baru dan daerah daerah padang salju atau kutub.Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur.

Jumlah telurnya sekitar 20–50 butir, hingga ratusan butir. Ular meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk, atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bertelur sekitar 20–50 butir, Telur-telur ini menetas setelah 71–80 hari, bahkan ular ‘mengerami’ telur-telurnya.

Thursday, September 17, 2009

Mau Mendaki Gunung Gede-Pangrango??Silahkan Coba Layanan Booking Online di Situs BBTNGP

Bagi anda rekan-rekan pendaki gunung yang akan mendaki ke Gede-Pangrango silahkan coba layanan booking online untuk pendakian ke kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, selengkapnya klik http://www.bookingonlineoff.byethost32.com/

Pada situs diatas rekan-rekan calon pendaki dapat melihat data jumlah kuota yang tersedia per hari pada setiap pintu masuk pendakian ke Gunung Gede Pangrango, untuk booking online calon pendaki dapat mengirimkan email ke booking@gedepangrango.org. Selamat mencoba ya :)

Sebuah Reportase Perjalanan Detektif Lingkungan Divisi BABM PLH Siklus ITS (Part 3)

REPORTASE HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN BERSEPEDA PLH SIKLUS ITS MENGELILINGI KAWASAN SURABAYA DI HARI LINGKUNGAN HIDUP SE-DUNIA 5 Juli 2009


Pada peringatan HLHS kali ini, PLH Siklus ITS khususnya divisi BABM mempunyai agenda kegiatan bersepeda seperti sebelumnya menelusuri fenomena-fenomena lingkungan yang terjadi di daerah Surabaya. Fenomena-fenomena yang kami teliti tak hanya pencemaran udara seperti studi kasus kami terdahulu namun juga fenomena-fenomena pencemaran lingkungan yang lainnya. Rute yang kami tempuh cukup jauh karena akan mengelilingi seluruh bagian Surabaya mulai dari timur, utara, barat, selatan lalu kembali lagi ke Surabaya Timur. Sikluser yang hadir dalam rangka HLHS kali ini cukup banyak dari kegiatan bersepeda sebelumnya yaitu berjumlah 10 Orang yang beranggotakan Rivel, Brain, Zain, Diah, Aji, Anis, Indi, Choirul, Sulis dan Febri. Start dimulai dari Kampus ITS pukul 07.30 menuju Mulyosari kemudian dilanjutkan kearah kawasan Jl. Kenjeran. Pada saat itu lalu lalang kendaraan bermotor sudah cukup banyak dan sedikit menimbulkan kemacetan di kawasan Kenjeran. Tampak beberapa pedagang ikan berjualan ikan hasil tangkapannya di pinggir jalan. Seharusnya pedagang-pedagang tersebut menyadari bahwa ikan-ikan yang dijual di pinggir jalan tersebut tidak baik untuk kesehatan, karena asap-asap kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalan mengandung partikel-partikel berbahaya bagai kesehatan manusia jika ikut terkonsumsi. Kami kemudian berhenti disebuah warung di jalan Kenjeran untuk sarapan pagi.

Sarapan Pagi di Warung Daerah Kenjeran
Setelah selesai mengenyangkan perut kami melanjutkan perjalanan ke arah Jl. Kapasan. Selama perjalanan ke arah Jl. Kapasan kami tidak menemukan fenomena-fenomena lingkungan yang berarti. Masuk ke dalam daerah Pasar Kapasan kami dihadapkan pada Jalur yang searah di daerah menuju Kembang Jepun. Terpaksa kami harus melalui jalur tersebut dengan melawan arus kendaraan yang melaju dari arah barat. Pada sebuah pertigaan jalan menuju Jembatan Merah seorang sikluser (Sulis) hampir tertabrak motor namun untung saja motor tersebut sempat mengerem sehingga tidak ada korban dari kedua belah pihak. ^_^ Perjalanan kami akhirnya sampai di Jl. Gresik di daerah Moro Krembangan. Bersepeda di kawasan ini kami harus ekstra hati-hati karena jalanan sangat padat oleh kendaraan-kendaraan berat (Truk, Tronton, Fuso dll) yang lalu lalang menuju ke arah Pelabuhan maupun ke arah Gresik. Dapat kami simpulkan bahwa di daerah ini tingkat pencemaran udara cukup tinggi dan efeknya membahayakan bagi kesehatan.


Perjalanan terhenti karena team yang melakukan investigasi ”memergoki” adanya penyebab terjadinya pencemaran udara yaitu berada di bawah jembatan tol Krembangan; lebih tepatnya di Jalan Gresik, Bozem Kalianak, Kali Mas dan Barat Bozem Moro Krembangan. Pencemaran di bawah jembatan tersebut berupa penimbunan sampah-sampah organik dan sampah-sampah anorganik, partikulat-partikulat yang dari aktifitas kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di sekitar wilayah tersebut seperti truk-truk besar pengangkut peti kemas.

Sampah - Sampah yang terdapat di bawah Tol Krembangan

Team pengendara sepeda kali ini mengunjungi SPOT terminal peti kemas di daerah Bozem Moro Krembangan. Di sini terdapat beberapa pabrik. Team menemukan bahwa salah satu dari pabrik tersebut, cerobong asapnya mengeluarkan banyak asap hitam pekat. Kami lalu menyelidiki pabrik apakah yang dengan seenaknya membuang banyak asap yang bisa merusak lapisan ozon itu. Sealin itu di wilayah tersebut terdapat beberepa SUTET yang didirikan dan anehnya ada beberapa rumah yang tinggal di are aSUTET itu. Hal ini sangat membahayakan kesehatan para keluarga yang tinggal dekat dengan SUTET karena resikonya akan terkena dampak radiasinya.

Perjalanan yang kami lalui semakin berat karena matahari pada waktu cukup terik dan asap-asap kendaraan tak henti-hentinya meneror kami selama perjalanan. Di daerah industri Kalianak Barat terdapat beberapa ekosistem mangrove yang cukup berperan untuk mereduksi asap-asap dari pencemaran udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik di sekitarnya. Di sana kami team detektif lingkungan BABM PLH Siklus ITS menemukan banyak gelondongan kayu besar dengan diameter 1 m dan panjang 10 m di sisi utara jalan. Semoga kayu-kayu ini bukan hasil dari illegal logging dan mempunyai dokumen resmi.


Akhirnya kami tiba di SPOT Jl. Margomulyo, dimana di SPOT ini terdapat banyak sekali kendaraan-kendaraan bermotor seperti truk pengangkut peti kemas dari pelabuhan. Hal itu dapat menimbulkan polusi yang cukup parah. Di sisi barat jalan juga terdapat sebuah pabrik Batu Bara yang cerobong asapnya sedikit mengeluarkan asap namun secara kasat mata tidak tampak beda dengan asap di Pabrik wilayah Moro Krembangan.

Perjalanan terhenti ketika ditemukan fenomena pembakaran sampah di sisi kiri Jalan Margomulyo. Kawasan ini ditumbuhi banyak pohon di sisi kiri dan kanan jalan sehingga tampak asri. Sangat jauh berbeda dengan kawasan di jalan Gresik (Krembangan) – Kalianak yang panas karena tidak ada pohon sebagai peneduh sama sekali.


Jalan Raya Manukan Kulon, sebuah pabrik udang mengeluarkan asap polusi udara. Selain itu juga terdapat limbah cair yang berada di sungai yang berasal dari limbah rumah tangga sehingga airnya berwarna putih susu. Limbah padat yang berasal dari limbah rumah tangga yang ditemui yaitu berupa sampah-sampah yang mengambang (ada di sekitar sungai).


Berhubung waktu sudah mendekati pukul 12.00 dan kami siklusers yang muslim harus melaksanakan kewajiban Sholat Jumat, maka kami berhenti selama kurang lebih 30 menit di Masjid Al-Qohar Jl. Lidah Kulon Surabaya no.1 Barat. Setelah itu merencanakan untuk singgah di rumah Febri (AM 21) untuk beristirahat dan makan siang. Kami kemudian menyusuri kawasan perumahan elit Citra Land untuk mengunjungi salah satu taman yang terdapat patung mirip singapura. Di sana kami mengabadikan beberapa foto untuk dokumentasi. Perjalanan panjang kami pun selesai sudah, kami akhirnya kembali ke ITS melalui JL. Mayjend Sungkono – Jl. Basuki Rahmat – Jl. Gubeng- Jl. Kertajaya dan sampai di ITS tercinta sekitar pukul 17.00 BBWI.

Perjalanan bersepeda keliling Surabaya yang kami lakukan ini mungkin hanya sebagian kecil dalam usaha kami anggota PLH SIKLUS ITS untuk melihat fenomena-fenomena lingkungan apa saja yang terjadi di sekitar kami. Ternyata setelah kami tinjau langsung di lapangan, masih banyak terjadi pencemaran di beberapa tempat di Surabaya, khususnya pencemaran air dan udara. Untuk itu kami mengajak peran serta anda untuk senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan tempat kita berpijak dari hal-hal yang dapat mengakibatkan pencemaran. Jika anda bisa berbuat lebih dari yang kami lakukan, mengapa tidak!!!!

Sebuah Reportase Perjalanan Detektif Lingkungan Divisi Bakti Alam Bakti Masyarakat PLH Siklus ITS (Part 2)



Reportase Kegiatan Bersepeda Dalam Mengungkapkan Fenomena-Fenomena Pencemaran UdaraVersi II (21 Mei 2009)
Pemeriksaan kondisi kualitas pencemaran kedua ini dilakukan di kawasan Surabaya Tengah berlangsung pada hari Kamis, 21 Mei 2009 pukul 08.18 WIB. Dilakukan oleh 7 orang, yaitu 4 orang divisi BABM (Bakti Alam Bakti Masyarakat) yakni Brainca, Rivel, Zein, Lusi ;1 orang AM (Anggota Muda) yaitu Yayan; dan 2 orang BPH yakni Dini (selaku ketua umum PLH SIKLUS ITS) dan Ruri (selaku Bendahara Umum PLH SIKLUS ITS). Terjadi keterlambatan selama 18 menit dari rencana awal. Hal ini diakibatkan oleh adanya personel yang datang tidak tepat waktu. Dilakukan penyampaian maksud dan tujuan oleh Brainca, briefing teknis, dan sedikit foto-foto dan berdoa sebelum berangkat hingga menghabiskan waktu selama 10 menit hingga pukul 08.28 WIB. Setelah itu kelima pelaku itupun berangkat.

Tepat pukul 08.28 WIB rombongan ini berangkat menuju persinggahan yang pertama yakni Stasiun Pencemaran Udara. Sesampainya di tempat tersebut (Convention hall, pukul 08.36 WIB) terdapat sedikit perbincangan mengenai alat tersebut. Pertama tentang kegunaan alat tersebut, alat tersebut merupakan alat pendeteksi terjadinya pencemaran udara yang kevalidannya juga dipengaruhi oleh arah mata angin. Hasil pendeteksian tersebut diolah dan menghasilkan indeks pencemaran udara yang dapat dilihat di papan peraga yang ada di pinggir-pinggir jalan.

Dalam satu hari Stasiun Pencemaran Udara mulai beroperasi mulai pukul 15.00 hingga 24 jam kemudian. Sehingga apabila sekarang adalah tanggal 1 Juni 2009 maka hasil pemeriksaan total pada hari ini dapat dilihat besok pada tanggal 2 Juni 2009 pukul 15.00 WIB (Setiap 10 menit sekali Stasiun Pencemaran Udara mengeluarkan hasil pendeteksiannya dan kesimpulan hasil pendeteksian yaitu berupa hasil pemeriksaan total). Pencemaran udara di Daerah Surabaya Pusat dapat dikategorikan ke dalam pencemran sedang, artinya tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia maupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitive dan nilai estetika.


Jika dibandingkan dengan kondisi pencemaran udara di Jakarta, maka kita boleh tenang dengan kondisi pencemaran di Surabaya. Kondisi pencemaran udara di Jakarta sungguh-sungguh tragis. Bayangkan dalam waktu 1 bulan, tingkat pencemaran sedang hanya terjadi dalam waktu 2 hari saja, selainnya tingkat pencemarannya termasuk dalam kategori tidak sehat. Namun jangan terlena akan hal tersebut karena bila tidak dilakukan langkah intensif maka kondisi di Surabaya akan menyerupai kondisi di Jakarta bahkan bisa jadi lebih parah atau mungkin saja saat ini kondisi riil-nya memang telah terjadi pencemaran udara yang sangat namun tidak terdeteksi oleh ISPU (karena selama melakukan pengamatan di beberapa titik selalu menghasilkan indeks yang sama, sehingga ada kemungkinan alat itu rusak) karena sudah terdapat indikator adanya polusi yang sangat di Jawa timur ini khususnya Surabaya yaitu adanya kenaikan suhu sekitar 1,5 derajat celcius dari 34,5 derajat celcius hingga 36,4 derajat celcius. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap polusi udara di Jawa Timur khususnya Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan (melalui study banding tentang kelayakan alat ini karena dari hasil pengamatan itu saja sudah dapat dipergunakan untuk menilai kinerja suatu kota dalam menjaga kelestarian lingkungannya).

Padahal kenaikan 1 derajat celcius tersebut melebihi angka kenaikan suhu udara tertinggi di dunia yang hanya mencapai 0,3 derajat celcius. Sehingga dapat dikatakan upaya pengendalian pencemaran udara sekarang ini sudah tak bisa ditawar lagi. “Obrolan” dilakukan hingga pukul 08.47 WIB dan dilanjutkan dengan melakukan perjalanan hingga ke Hotel Sahid. Selama diperjalanan ditemukan adanya renovasi jalan, pengerukan sungai, pembetulan bibir sungai (partikulat yang ada sudah basah terkenan air sungai) -> dekat RSJ Menur. Setelah itu menuju ke Papan Peraga yang berada di depan patung Airlangga (di perempatan Kertajaya). Terdapat beberapa taman yang sudah kami lewati, misalnya saja di pertigaan dari arah Kertajaya menuju jalan pulau-pulau dan bekas pom bensin yang lokasinya dekat MAZDA.

Taman-taman kota itu merupakan penyaring udara kotor di sekitar kawasan lokasi taman itu. Pada pukul 10.05 WIB hingga pukul 10.20 WIB peserta berada di atas jembatan, proyek (depan DELTA Plaza Surabaya), yaitu tepatnya PT. Investindo. Sebuah proyek pembangunan gedung (serupa itu) merupakan penyumbang partikulat yang cukup besar. Pada pukul 10.20 kami tiba di perempatan (pertemuan antara Jalan Pemuda, Jalan Gubernur Suryo, dll), yaitu tepatnya di GRANADA. Selama disana kami menemui aktivitas kendaraan yang sangat padat. Kami berada disana hingga pukul 10.27 WIB. Kami melanjutkan perjalanan ke Tugu Pahlawan. Kami mengambil banyak gambar selama perjalanan, seperti asap tebal yang ditimbulkan oleh penjual sate di Jalan Walikota Mustajab (10.27-10.36 WIB), Knalpot yang berada di atap restaurant di Jalan Pahlawan (mengeluarkan asap) pada pukul 11.06 WIB. Pada pukul 11.17 WIB kami sampai di depan Tugu Pahlawan (perempatan). Di tempat ini kami menemui aktivitas kendaraan yang sangat padat. Menuju ke tempat berikutnya, yaitu ke daerah Kupang. Kami melewati bangunan depan POLRES. Di tempat itu banyak sekali debu-debu bertebaran yang mengganggu para pengguna jalan. Melewati perempatan Embong Malang-Blauran-Tidar-Pasar Kembang (istirahat dari pukul 11.59-12.22 WIB). Pada Pukul 12.22-12.37 WIB berangkat masjid Samsul Huda (lewat Pasar Kembang).

Perjalanan kami selanjutnya yaitu menuju Jalan Kupang, kembali lagi ditemui aktivitas pembakaran (pembakaran terhadap sampah apapun sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena sampah apapun seharusnya ditanam) -> 12.53-14.02. Sebentar saja kami berada di Jalan Kupang, kami, langsung melanjutkan perjalanan ke Jalan Pandigeling 169 (Castrol Dinimotor) disana ada satu pegawai mencoba gas dari salah satu sepeda motor hingga di sekitar tempat itu dipenuhi oleh asap kendaraan hitam yang pekat. Namun peserta dari kami yang bersisa 3 orang (Brain, Zein, Lusi) -> yang lainnya pulang ketika di GRANADA (Dini & Ruri) dan di Masjid Samsul Huda (Yayan). Pada pukul 13.14-13.20 WIB kami berangkat menuju Plaza BRI. Kami berada disana hingga pukul 13.28. Lanjut untuk perjalanan pulang. Waktu perjalanan pulang kita menemui dilakukannya pembakaran setumpuk sampah di plengsengsengan kali dekat Daerah Keputran.

Letak statiun stasiun pendeteksi pencemaran udara :

1. Taman Prestasi
2. Perak Timur
3. Gayungan
4. Convention Hall
5. Sukomanunggal

Wednesday, September 16, 2009

Sebuah Reportase Perjalanan Detektif Lingkungan Divisi BABM PLH Siklus ITS (Part 1)

Reportase kegiatan merupakan salah satu penulisan ilmiah dalam bentuk deskriptif hasil observasi suatu kegiatan. Cara yang diperoleh untuk mendapatkan data adalah dengan mengamati suatu fenomena (melihat, mendengar, merasa, menghirup ataupun bentuk pengamatan lain dengan menggunakan alat indera) serta mendokumentasikan lewat gambar, tulisan, video dan lain-lain. Intinya adalah peneliti just menghimpun fakta-fakta atau informasi-informasi tanpa melakukan pengujian-pengujian ataupun analisis hubungan. Sehingga bentuk penyampaian informasi yang digunakan berupa deskripsi hasil pengamatan (cerita ulang). Data yang diperoleh adalah data kualitatif (tidak berupa angka). Salah satu contoh penelitian yang laporannya menggunakan reportase yaitu mengungkapkan fenomena-fenomena pencemaran udara di wilayah Surabaya Timur. Misalnya saja mengungkapkan fenomena-fenomena tersebut dengan mengadakan suatu kegiatan kecil seperti bersepeda dengan memotret “fenomena pencemaran udara” seperti kegiatan yang telah dilakukan divisi BABM PLH SIKLUS ITS pada tanggal 5 April 2009 yang lalu. Berikut ini adalah hasil reportase kegiatan yang telah dilakukan.

Reportase Kegiatan Bersepeda Dalam Mengungkapkan Fenomena-Fenomena Pencemaran Udara


Kegiatan pemeriksaan kondisi kualitas pencemaran di kawasan Surabaya Timur ini berlangsung pada hari Minggu, 5 April 2009 pukul 08.40 WIB. Dilakukan oleh 5 orang, yaitu 4 orang divisi BABM (Bakti Alam Bakti Masyarakat) yakni Brainca, Rivel, Zein, Lusi dan 1 orang AM (Anggota Muda) yaitu Sari. Terjadi keterlambatan selama 1 jam 40 menit dari rencana awal. Hal ini diakibatkan oleh adanya personel yang datang tidak tepat waktu, jumlah sepeda kurang dan tidak layak pakai (sehingga perlu dilakukan perbaikan), serta mencari kamera (tidak bertemu divisi logistik, tidak sempat bilang pada pihak yang bersangkutan, hingga kamera SIKLUS tidak bisa dipinjamkan). Dilakukan perpersiapan, briefing, foto-foto dan berdoa sebelum berangkat hingga menghabiskan waktu selama 10 menit hingga pukul 08.50 WIB. Setelah itu kelima pelaku itupun berangkat.

Hal yang telah ditemui selama perjalanan yaitu kondisi jalan raya sepi dari kendaraan, khususnya kendaraan bermotor (tidak seperti biasa / hari aktif). Sehingga polusi udara yang ditimbulkan tidak separah parah.
Fenomena lain yang ditemui yaitu adanya pembakaran sampah oleh salah satu warga di Jalan Kenjeran. Pembakaran pada sampah adalah salah satu penyumbang polusi udara, hal itu disebabkan oleh adanya partikulat-partikulat hasil pembakaran. Partikulat-partikulat yang dihasilkan tersebut bertebaran di jalan dan mengganggu pernapasan serta pengelihatan pengguna jalan. Suatu hal yang menarik lagi di jalan Kenjeran adalah adanya segerombolan manusia yang ternyata adalah massa dari caleg (calon legeslatif) partai PDIP. Pada waktu kami melewatinya, mereka masih stand by ditempat itu untuk mendapatkan sembako. Namun diduga mereka juga melakukan aksi kampanye karena mereka membawa banyak kendaraan serti pick up satpol PP, mobil, motor, becak, sepeda, dan lain-lain. Sehingga diduga kegiatan kampanye tersebut juga turut menyumbang pencemaran udara yang terjadi di Surabaya. Selama perjalanan dari ITS ke etape 1 (belokan dari arah Kenjeran ke Putro Agung) tidak ditemukan adanya polusi udara yang diakibatkan oleh industri, seperti ruko, toko, pabrik, dan lain-lain. Semuanya tutup karena hari libur. Adapun kendaraan yang ditemui selama perjalanan yaitu mobil, bemo, motor, truk, pick up, becak, sepeda, “kereta kelinci”.



Pada etape 1, kami mewawancarai seorang tukang kunci di pinggir jalan Putro Agung (belokan dari Jalan Kenjeran ke Putro Agung). Beliau bernama Suprapto. Keseharian Beliau adalah “nongkrong” disana (selain tempat mencari nafkah, tempat tinggalnya juga berada di sekitar lokasi tempat kami melakukan observasi). Beliau mengatakan bahwa Beliau sebenarnya tidak betah dengan asap kendaraan bermotor di sana (tempat Beliau kerja). Hanya karena tuntutan kehidupan, Beliau masih bertahan. Perjalanan menuju etape 2 dimulai pada pukul 10.17 WIB. Sepuluh menit setelah perjalanan dimulai, kami menemukan asap hitam mengepul di udara. Setelah ditelusuri, ternyata asap hitam tersebut berasal dari produksi pabrik tahu di Jalan Karang Asem (kalau tidak nomor 6 ya 7). Kami singgah di pabrik tersebut pada pukul 10.27 WIB. Kamera kami tidak bisa memotret dengan jelas karena letak kami ke cerobong tersebut jauh. Namun jika dilihat dengan “mata telanjang” terlihat sangat jelas. Secara berkala selang kurang lebih satu menit, asap yang keluar putih-hitam-tidak berasap. Siklus tersebut terjadi secara berulang-ulang. Pabrik tersebut berproduksi setiap hari kecuali hari lebaran. Sehingga pabrik tersebut juga dikatakan penyuplai pencemaran di udara.
.
Perjalanan berlanjut menuju etape 2 . Tepat 8 menit setelah perjalanan (sekitar pukul 10.36 WIB) di sebrang jalan Bronggalan 28 (pinggir sungai) ada orang yang membakar sampah. Perlu diketahui, sampah itu sebenarnya tidak sehat jika dibakar, karena asap yang ditimbulkannya merupakan salah satu bentuk polusi. Segala bentuk sampah seharusnya dikubur.


Pada pukul 10.47 WIB tepat di perempatan antara Fakultas Kedokteran UNAIR dan Rumah Sakit Husada Utama, kami menemui jalan yang relatif kecil tersebut padat karena adanya kampanye Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Otomatis asap kendaraan juga mengepul. Pembangunan di Fakultas Kedokteran menambah debu dan polutan lain.


Terdapat 4 pilar besar Di RS Husada Utama (yang nampak dari tempat kami istirahat). Salah satu diantaranya terlihat kusam, diduga disebabkan oleh adanya polusi udara. Ada 1 pilar lagi yang kondisinya parah, berkarat akibat proses korosi.


Kami sempat melakukan perhitungan terhadap jumlah kendaraan yang lewat di depan kami singgah. Selama 3 menit kami mengawasi, terdapat 21 mobil dan 143 motor (terlepas dari keterbatasan kami dalam menghitung jumlah kendaraan). Pemeriksaan itu hanya dari satu sisi perempatan dan hanya dalam waktu 3 menit. Bagaimana jika fenomena serupa di selurus Surabaya dan terjadi berulang-ulang setiap hari ? Apakah yang akan terjadi ?Pukul 11.00WIB tepat perjalanan menuju etape 3 dimulai. Hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke etape 3 dari etape 2. Adapun letak etape 3 yaitu di jalan Dharmawangsa (perempatan Kertajaya). Tujuan kami kesini yaitu untuk melihat hasil up date dari pemeriksaan pencemaran udara di Surabaya Timur (ISPU, Indeks Standar Pencemaran Udara), karena alat yang digunakan untuk mengetahui hasil dari pencemaran yang ada di Surabaya Timur hanya ada di sini, depan pom bensin. Sedangkan alat untuk mengidentifikasi pencemaran udara berada di jalan Arief Rahman Hakim. Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan tersebut adalah pencemaran yang terjadi di wilayah Surabaya Timur adalah pencemaran tingkat sedang.

Tepat di pertigaan sebrang café glass jalan Ngagel Jaya, kami berhenti sejenak untuk melakukan observasi. Hari sudah siang sehingga suasana juga mulai panas, kendaraan juga sudah semakin padat di jalan-jalan, sangat ramai. Kondisi di tempat kami melakukan “inspeksi mendadak tersebut” terlihat banyak sampah berkeliaran dan tembok-tembok mengelupas. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tembok mengelupas adalah karena adanya pencemaran udara.


Pada etape 5 yaitu sekitar pukul 11.53 WIB, ada sesuatu yang berbeda dari biasanya. Hari dimana kami melakukan observasi, suasana sepi (jika dibandingkan dengan hari aktif). Tapi tidak mengurangi rasa panas para pengguna jalan. Kami berhenti di sebelah kebun bibit. Tercium bau yang sangat tidak enak menyengat ke hidung kami. Ternyata air kubangan bercampur lumpur yang tidak jelas darimana asalanya.

 Ada beberapa info yang diperoleh dari pedagang sekitar kebun bibit mengenai kepemilikan kebun bibit tersebut yang secara tidak langsung berpeluang untuk memberikan pengaruh negatif terhadap lingkugan dalam jangka waktu beberapa periode ke depan. Ternyata kebun bibit tersebut telah menjadi milik swasta dari beberapa bulan yang lalu (kurang lebih 3 bulan yang lalu). Kebun bibit merupakan barrier. Barrier merupakan istilah untuk penyangga polutan supaya tereduksi, terutama yang berasal dari asap pabrik. Dengan kata lain Kebun bibit merupakan salah satu penyaring udara di Surabaya Timur. Lha pertanyaannya sekarang adalah apakah hal itu tetap berjalan sebagaimana mestinya ? Syukur-syukur kalau sang pemiliknya adalah pemerhati lingkungan, bagaimana kalau bukan ? Apa yang akan terjadi ? Bagaiaman kalau beberapa tahun yang akan datang daerah tersebut dijadikan ruko atau apa saja yang ujung-ujungnya berorientasi pada provit tanpa memperhatikan aspek lingkungan ?


Perempatan Panjang Jiwo pukul 13.43 WIB, sangat panas sekali karena jumlah pohon sangat sedikit sekali, sudah sedikit tidak rimbun pula. Ditambah lagi aktifitas transportasi yang padat, hingga mengakibatkan Surabaya menjadi panas. Perlu diingat bahwa alam juga mempunyai keterbatasan dalam mengimbangi polusi yang terjadi. Mungkin sekarang belum terasa dampaknya. Tapi siapa yang berani menjamin apa yang terjadi satu tahun ke depan, dua tahun ke depan, atau beberapa tahun ke depan ? Penyumbang terbesar kerusakan atau semakin lebarnya lubang ozon adalah pencemaran udara. Sehingga jangan sampai kota Surabaya ini turut menjadi penyumbang kerusakan terbesar tersebut.

Sekedar wacana saja, tentang kondisi sungai yang ada di sana. Ternyata sungai yang ada di sana sungai yang lebar. Sungai tersebut diplengseng, tidak ada sempadan sungainya. Padahal seharusnya sungai harus diberi jarak selebar 5 m di kanan dan kiri sungai yang ditumbuhi tumbuhan. Sedangkan disana gersang. Tidak ada tanaman, hanya terdapat gundukan batu kerikil. Jalan Raya Kali Rungkut pukul 13.55 WIB di depan proyek bp Green Contractor. Para peneliti juga masih bingung itu proyek apa, kami juga kesulitan untuk bertanya karena di sekitar proyek tidak ada orang yang berkeliaran, yang mungkin bisa untuk ditanyai. Sebuah proyek bangunan, apapun bentuknya, sangatlah menarik bagi para peneliti pencemaran udara karena proyek pembangunan sebuah bangunan berpotensi sangat besar menjadi penyumbang partikulat di udara.

  Perjalanan menuju titik terakhir dari serangkaian perjalanan dimulai. Selama perjalanan kami disesakkan oleh asap pembakaran. Penglihatan kami juga terganggu oleh adanya debu-debu yang bertebaran kemana-mana. Setelah dilakukan pencarian penyebab dari pembakaran tersebut, ternyata asap tersebut berasal dari salah satu pabrik yang ada di Kali Rungkut. Ketika kami akan mengambil gambar, ternyata petugas keamanan dari pabrik tersebut menghalangi kami dalam mengambil gambar. Mungkin mereka takut kesalahan mereka di expose. Apakah kalian tahu apa kesalahan mereka ?


 Kesalahan mereka adalah telah membakar sampah. Sampah tidak boleh dibakar, apapun bentuknya. Sampah hanya boleh dikubur bukan dibakar. Terlebih untuk taraf pabrik (skala besar). Oleh Karena itu, para petugas keamanan PT. "K" tidak segan berkata kasar (agak membentak) agar kami segera pergi tanpa memotret fenomena tersebut (agar tidak ada bukti adanya peristiwa tersebut). Adapun potret yang kami peroleh kami ambil dari sebrang jalan ketika kondisi jalan sepi oleh kendaraan. Pada titik perhentian yang terakhir pukul 14.15 WIB yaitu di pertigaan jalan Rungkut Kidul, ditemui bahwa alur lalu lintasnya agak sedikit “semrawut”, debu dan asap kendaraan dimana serta pohon pun “terbatas”. Sehingga menambah panasnya suasana.

Setelah kami mendapatkan hasil yang diinginkan tersebut, kami kembali menuju Institut Teknologi Sepuluh Nopember untuk merencanakan pengumpulan data, membuat reportase kegiatan dengan ending menyerahkan hasil serangkaian acara tersebut ke divisi HUMAS (Hubungan Masyarakat).

Sunday, September 6, 2009

Taman Nasional Komodo Melaju ke Babak Final - 7 Keajaiban Alam Dunia


Menjadi sebuah kebanggaan bagi bangsa Indonesia ketika Taman Nasional Komodo (TNK) berhasil menjadi salah satu finalis Kampanye "New 7 Wonders of Nature". TNK dinilai berhak melaju ke tahap final setelah menyisihkan kurang lebih 440 nominasi dari 220 negara.

"Pada tanggal 21 Juli 2009 pukul 12.07 GMT (19.07 WIB), New 7 Wonders Foundation telah mengumumkan TNK sebagai salah satu dari 28 finalis yang berhak untuk melanjutkan ke tahap final (Tahap III)," bunyi rilis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang diterima detikcom, Rabu (22/7/2009).

Masyarakat Indonesia diharapkan memberi dukungan sebanyak mungkin agar Taman Nasional Komodo di Flores, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

"Mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan dunia untuk berpartisipasi aktif melakukan pemilihan, agar terpilih sebagai salah satu dari 'Tujuh Keajaiban Dunia bernuansa Alam' yang akan ditentukan pada tahun 2011," begitu bunyi seruan tersebut.

Ayo tunggu apa lagi, sekarang saatnya melakukan sesuatu yang nyata untuk mengharumkan nama negeri ini dan menunjukan pada dunia Indonesia kita yang sebenarnya.

Bagi anda yang akan memilih dapat melakukan dengan dua cara, Pertama memilih dengan cara online melalui website http://www.new7wonders.com. Kedua, memilih melalui telephone (SLI) dengan menekan +41 77 312 4041. Setelah pesan selesai dan terdengar bunyi beep tekan kode 7717 untuk memilih Taman Nasional Komodo.

Dukung Taman Nasional Komodo.. Dukung Indonesia-mu.!!!

Friday, September 4, 2009

Ke Gunung Rinjani Bersama Kekasih Tercinta :)



Terinspirasi dari sebuah sinetron FTV yang soundtrack lagunya drive, dimana disitu diceritakan tentang seorang pemuda yang mempunyai masa lalu yang kelam dalam percintaannya dan ia akhirnya "menyepi" ke gunung rinjani untuk sejenak melepaskan beban-beban yang ada. Dan pada akhirnya di sana ia menemukan belahan jiwa yang selam ini ia cari. Kemudian bersama kekasih barunya, lelaki itu mendaki gunung rinjani untuk meluapkan kebahagiaannya dan rasa cinta kasihnya kepada belahan jiwanya tersebut.Sungguh romantis sekali,,Mereka berdua dapat menikmati pemandangan alam di Rinjani berdua,,Aku jadi ngiri bgt:P...Aku pengen suatu saat bisa pergi ke Gunung Rinjani bersama kekasih tercintaku Amien.3x ya RObbal Alamin!:)

Thursday, September 3, 2009

Penetapan Tarif Pemanduan Wisata TNGGP

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR

TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Nomor: SK.93/11-TU/1/2009

TENTANG

PENETAPAN TARIF PEMANDUAN WISATA

TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

KEPALA BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Menimbang :

a. bahwa kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang mengembangkan fungsi pemanfaatan berkelanjutan, oleh karena itu pengembangan aktivitas wisata alam perlu dikelola dengan optimal untuk memberikan pengalaman memuaskan bagi pengunjung, namun tetap menjaga kualitas fungsi kawasan.

b. bahwa setiap pengunjung TNGGP diwajibkan untuk dipandu dengan tujuan keamanan dan pelayanan selama kunjungan;

c. bahwa belum adanya keseragaman tarif pemanduan wisata di TNGGP

d. bahwa untuk kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan pemanduan di TNGGP maka perlu untuk ditetapkan besaran tarif pemanduan di TNGGP dengan Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP.

Mengingat :

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

4. Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;

5. Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan;

6. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;

7. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.

Memperhatikan:

1. Terbentuknya Forum Interpreter BBTNGGP;

2. Surat Forum Interpreter Nomor. 02/SUTG/FI-GPNP/2009 tanggal 5 Juli 2009, perihal usulan tarif Guide;

3. Hasil pembahasan Balai Besar TNGGP terhadap usulan tarif dari Forum Interpreter TNGGP pada tanggal 30 Juli 2009

4. Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP Nomor: SK.91/11-TU/1/2009 tentang Penunjukan Petugas Pemandu, Porter dan Interpreter TNGGP;

5. Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP No. SK. 84/11-TU/1/2009 tanggal 10 Agustus 2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Pendakian di TNGGP.

M E M U T U S K A N

Menetapkan :

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI BESAR TNGGP TENTANG PENETAPAN TARIF PEMANDUAN WISATA TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

KESATU : Keputusan Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tentang Penetapan Tarif Pemanduan Wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;

KEDUA : Penetapan tarif sebagaimana dimaksud dalam amar KESATU merupakan acuan bagi para pemandu di TNGGP untuk menetapkan tarif pemanduan kepada pengunjung TNGGP;

KETIGA : Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur kemudian dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Cibodas

Pada tanggal : 25 Agustus 2009

KEPALA BALAI BESAR,

Ttd

Ir. SUMARTO, MM.

NIP. 19610708 198703 1 002

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :

1. Direktur Jenderal PHKA;

2. Sekretaris Ditjen PHKA;

3. Direktur Konservasi Kawasan Ditjen PHKA;

4. Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Ditjen PHKA;

5. Kepala Pusat Informasi Kehutanan;

6. Kepala Balai Besar KSDA Jawa Barat;

7. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat;

8. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi;

9. Pejabat Eselon 3 dan 4 Lingkup Balai Besar TNGGP;

10. Koordinator Forum Interpreter TNGGP;

11. Ketua Koperasi Edelweis TNGGP.

Lampiran Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP

Tentang : Penetapan Tarif Pemanduan Wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Nomor: SK. 93/11-TU/1/2009

TARIF PEMANDUAN WISATA

TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Tujuan - Biaya (Rp)

I. WISATAWAN MANCANEGARA

Cibodas – Cibeureum Waterfall 200.000/jalan

Cibodas – Hot Water Spring 275.000/jalan

Cibodas – Gede – Cibodas/Putri 400.000/jalan

Cibodas – Pangrango – Cibodas 450.000/jalan

Cibodas – Pangrango – Gede – Cibodas/Putri 475.000/jalan

Bird Watching 500.000/jalan

II. WISATAWAN DOMESTIK

Cibodas – Cibeureum Waterfall 175.000/jalan

Cibodas – Hot Water Spring 225.000/jalan

Cibodas – Gede – Cibodas/Putri 325.000/jalan

Cibodas – Pangrango – Cibodas 375.000/jalan

Cibodas – Pangrango – Gede – Cibodas/Putri 400.000/jalan

III. PORTER (MANCANEGARA DAN DOMESTIK)

Cibodas – Cibeureum Waterfall 150.000/jalan

Cibodas – Hot Water Spring 200.000/jalan

Cibodas – Gede – Cibodas/Putri 275.000/jalan

Cibodas – Pangrango – Cibodas 300.000/jalan

Cibodas – Pangrango – Gede – Cibodas/Putri 350.000/jalan

Catatan :

Untuk pendakian lebih dari 2 hari 1 malam dikenakan biaya tambahan sebesar Rp. 100.000,-

KEPALA BALAI BESAR,

Ttd

Ir. SUMARTO, MM.

NIP. 19610708 198703 1 002


sumber : www.gedepangrango.org

Tuesday, September 1, 2009

Berbagai Tumbuhan Liar yang Bisa di Makan

Buah arbei hutan yang terdapat banyak di alam liar

Aktivitas di alam terbuka sering memunculkan situasi darurat. Tersesat, terhadang cuaca buruk, atau kehabisan bekal. Jangan panik, tumbuhan liar hutan menyediakan aneka daun, buah, umbi, batang yang bisa dimakan, asalkan kita mengenal ciri-cirinya.

Arbei hutan (Rubus) rasanya menggiurkan. Kalau Anda mengaku pencinta alam yang doyan menempuh rimba atau mendaki gunung, pasti kenal dengan istilah survival, yaitu upaya untuk bisa bertahan hidup di alam liar. Pengetahuan survival wajib dikuasai oleh para petualang untuk menghadapi situasi darurat lantaran kehilangan orientasi atau kehabisan bekal.

Kiat hidup darurat ini penting, soalnya alam kerap sulit diprediksi perilakunya, walaupun sejak awal Anda telah mempersiapkan segala sesuatu secermat mungkin. Misalnya peta lokasi, kompas, global positioning system (alat untuk mengetahui posisi sesaat dengan bantuan satelit), alat komunikasi (HT, HP), bekal, dan obat-obatan.

Dengan pengetahuan survival yang andal, Anda seperti mempunyai jurus pamungkas yang sewaktu-waktu bisa dikeluarkan di saat posisi terjepit. Sebagian dari ilmu survival itu adalah pengetahuan tentang aneka tumbuhan liar yang layak dan aman untuk dimakan.

Menurut para ahli, 10% dari keseluruhan jenis tumbuhan berbunga di dunia ada di Indonesia. Artinya kita memiliki kurang lebih 25.000 jenis tumbuhan berbunga. Jika ditambah dengan tumbuhan tak berbunga dan jamur, maka jumlahnya akan berlipat-lipat. Dari keseluruhan jenis tumbuhan itu ada yang beracun, ada yang bisa dimakan, dan ada yang disarankan untuk dimakan.

Tak beracun = dimakan satwa
Untuk mengetahui apakah suatu jenis tumbuhan di hutan aman atau tidak untuk dimakan, ada beberapa kunci yang bisa dijadikan pegangan.

Tumbuhan yang daun, bunga, buah, atau umbinya biasa dimakan oleh satwa liar, adalah tumbuhan yang tidak beracun. Jadi kita bisa mengkonsumsinya. Sementara, tumbuhan yang berbau tidak sedap dan bisa membuat pusing, serta tidak disentuh oleh binatang liar, sebaiknya jangan disentuh. Juga tumbuhan bergetah yang membikin kulit gatal, dianjurkan untuk dihindari. Buah senggani (Melastoma sp.) boleh dimakan.

Tumbuhan lain yang perlu disingkirkan adalah tanaman yang daunnya bergetah pekat, berwarna mencolok, berbulu, atau permukaannya kasar. Tanaman dengan daun yang keras atau liat juga jangan dikonsumsi. Jika mendapatkan tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans) waspadalah lantaran bulu pada daunnya membuat kulit gatal dan panas.

Sementara itu beberapa jenis tumbuhan yang mungkin ditemui di hutan dan dapat dimakan meliputi beragam jenis. Di antaranya keluarga palem-paleman, misalnya kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, aren, dan siwalan. Bukan hanya bagian umbutnya (bagian ujung batang muda dan berwarna putih) yang bisa dimakan, tapi juga buahnya (seperti kelapa dan siwalan).

Jenis jambu-jambuan yang masuk dalam keluarga Myrtaceae juga banyak dijumpai di hutan. Ciri-ciri Myrtaceae adalah daunnya berbau agak manis jika diremas. Bunganya memiliki banyak sekali benang sari dengan buah yang enak dimakan.

Tumbuhan semak dari keluarga begonia juga bisa jadi penyelamat dalam keadaan darurat. Daun begonia umumnya berbentuk jantung tidak simetris. Beberapa jenis dijadikan tanaman hias. Bila tangkai daunnya yang masih muda dikupas dan dimakan, rasanya masam dan sedikit pahit.

Beberapa jenis keladi umbinya bisa dimakan, meski pada jenis lain umbinya menyebabkan gatal di mulut dan bibir. Untuk itu dianjurkan untuk tidak sembarangan melahap keladi hutan. Sebaiknya dicoba dulu dalam jumlah kecil. Hindari makan iles-iles (Amorphophallus sp.)

Tumbuhan merambat dan melilit di pohon lain, bisa dimakan jika lilitan batang ke arah kanan (searah dengan jarum jam). Di antaranya gembili (Dioscorea aculeata), gembolo (Dioscorea bulbifera), ubi rambat. Tapi bila arah lilitannya ke kiri (berlawanan arah jarum jam) dan batangnya berduri, harus ekstrahati-hati. Jenis yang kedua ini misalnya gadung (Dioscorea hispida), yang beracun, walau tetap dapat dimakan setelah melalui proses pengolahan khusus.

Rebung bambu: cocok untuk alternatif makanan survival

Sementara keluarga rumput-rumputan seperti tebu dan beberapa jenis bambu, rebungnya enak dimakan. Demikian pula pisang hutan bisa langsung dikonsumsi.

Di tempat yang lembap dan tinggi, jenis paku-pakuan tunas dan daun mudanya enak dimakan. Tumbuhan lain yang buahnya juga bisa dimakan misalnya markisa (Passiflora sp.). Markisa ini adalah tumbuhan merambat dengan bunga khas. Beberapa anggota keluarga sirsak (Annonaceae), misalnya Annona muricata, daging buahnya segar. Buah lainnya semisal senggani (Melastoma sp.), arbei hutan (Rubus), dan anggur hutan.

Hindari warna mencolok
Selain tumbuhan di atas, jamur juga bisa menjadi dewa penyelamat bila tersesat. Menurut literatur, sudah ditemukan 38.000 jenis jamur di seantero dunia. Di antaranya ada yang enak dimakan, tapi sayang, yang tidak boleh dimakan karena beracun lebih banyak lagi. Tidak heran bila budaya makan jamur yang layak konsumsi konon sudah ada sejak jaman Mesir Kuno.

Untuk mengetahui jamur itu beracun atau tidak, bisa dilihat dari bentuk, warna, dan tempat tumbuhnya. Sementara di laboratorium, bisa dilakukan analisis secara kimiawi maupun dengan hewan percobaan. Tetapi jika sedang dihadapkan pada masalah mendesak survival di hutan belantara, mustahil bisa pergi ke laboratorium dulu untuk memastikan apakah jamur yang ditemukan itu beracun atau tidak. Karena itu kita perlu mengenal jamur-jamur yang biasa dikonsumsi masyarakat.

Untuk menghindari makan jamur liar beracun, perlu diketahui ciri-cirinya. Yaitu, warna payungnya gelap atau mencolok misalnya biru, kuning, jingga, merah. Perkecualian untuk jamur kuping dengan payung coklat yang toh juga dapat dimakan. Bau tidak sedap lantaran kandungan asam sulfida atau amonia juga sekaligus menunjukkan jamur tersebut tak layak konsumsi.


Tahukah Anda, beberapa jenis jamur ada yang memiliki cincin atau cawan pada tangkainya, misalnya jenis Amanita muscaria, dalam bahasa Jawa disebut supa-upas. Bentuknya seperti payung putih kekuningan, bagian payungnya warna merah bintik-bintik putih. Awas, racun pada jamur ini tergolong racun kuat. Beda dengan jamur merang (Volvariella volvacea), meski mempunyai cincin tetapi bisa dimakan.

Jamur beracun umumnya tumbuh di tempat kotor, misalnya pada kotoran hewan dsb. Mereka dapat berubah warna jika dipanasi. Jika diiris dengan pisau perak atau digoreskan pada perkakas perak akan meninggalkan warna biru. Warna biru ini disebabkan kandungan sianida atau sulfida, yang beracun. Sementara nasi akan berwarna kuning jika dicampur jamur beracun. Petunjuk lain, ia juga tidak dimakan oleh hewan liar.

Repotnya jenis jamur ini juga berbahaya kalau sampai sporanya menempel pada kulit, karena dapat menyebabkan kulit gatal, bahkan melepuh. Bagaiamana ciri-ciri orang yang keracunan jamur? Selidikilah, apakah ia pusing, perut sakit terutama ulu hati, mual, sering buang air kecil, tubuh lemas, pucat? Jika ia muntah, adakah darah pada muntahannya? Racun akibat jamur cukup ganas juga, kalau tidak tertolong korban bisa meninggal setelah 3 - 7 hari.

Sebelum dimakan, tumbuhan liar di hutan sebaiknya dimasak dulu untuk mengurangi dampak buruk seperti diare dan alergi. Bagaimana kalau sedang coba-coba makan tumbuhan hutan lantas keracunan? Masih ada upaya menetralkan. Upayakan untuk memuntahkannya dengan jalan "dipancing-pancing". Jika sudah muntah minumlah air kelapa, namun jika tak menemukannya minumlah air sebanyak-banyaknya.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger