Dulu siapa mengira buah mangrove dapat menjadi sirup menyegarkan? Di tangan Muchson, ketidakmungkinan itu sirna. BERAWAL dari coba-coba, kini menjadi sumber pemasukan. Itu yang dilakukan Sony panggilan akrab Muchson warga Wonorejo Timur RT 04/RW 07, Kec Rungkut, Surabaya. Sebelumnya, tak pernah terlintas di kepalanya bakal memproduksi sirup berbahan baku buah bakau (mangrove) atau oleh masyarakat biasa disebut bogem.
Pertama kali memproduksi minuman berasa manis sedikit asam menyegarkan ini hanya beredar di kalangan tempat tinggalnya. Namun, seiring bergulirnya waktu, inovasi lelaki ini diakui khalayak. Bahkan, sirup bogem temuannya telah diproduksi massal. Bagaimana awalnya Sony menemukankarya kulinerini? Inspirasinya ternyata datang setelah dia kerap ’’berinteraksi’’ dengan hutan mangrove di kawasan Rungkut. ’’Ide datang setelah mendapati banyak bogem bergeletakan begitu saja di hutan mangrove di Kecamatan Rungkut, tidak ada yang memanfaatkan,” tuturnya.
Sony sempat dihinggapi kekhawatiran sebelum akhirnya merealisasikan idenya itu. Dia khawatir minuman bogem dapat menyebabkan keracunan. Namun, keberadaan habitat kera yang menjadikan bogem di hutan mangrove di sepanjang terusan Kali Wonokromo dan Muara Wonorejo itu sebagai makanan memupuskan ketakutan itu.’’Saya yakin jika bogem aman dikonsumsi setelah melihat banyaknya kera yang makan buah itu,” tutur lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Bojonegoro ini. Lewat belajar secara autodidak, akhirnya Sony tahu jika ada dua jenis bogem yang biasa disebut Soneratia.
”Kalau mangrove jenis Xilocarpus granatom atau bahasa Jawanya nyireh, yang bentuknya bulat seperti granat sangat cocok buat bahan baku kosmetik,” papar lelaki berkumis ini. Sony menambahkan, sebenarnya inspirasi membuat sirup bukan dilatarbelakangi keyakinan bahwa bogem aman dikonsumsi. Namun, juga didasari fenomena tentang hubungan antara komunitas masyarakat pesisir dan hutan mangrove. Suami Riyati ini lantas mencoba membuat sirup.Hasilnya, bogem sukses dijadikan minuman, meski baru sebatas untuk kalangan keluarga dan tetangga. Sukses pada uji coba kian menguatkan tekad Sony mengomersialkan minuman ini.’’Bogem yang masak pohon akan jatuh sendiri,”tandasnya. (soeprayitno)
Pertama kali memproduksi minuman berasa manis sedikit asam menyegarkan ini hanya beredar di kalangan tempat tinggalnya. Namun, seiring bergulirnya waktu, inovasi lelaki ini diakui khalayak. Bahkan, sirup bogem temuannya telah diproduksi massal. Bagaimana awalnya Sony menemukankarya kulinerini? Inspirasinya ternyata datang setelah dia kerap ’’berinteraksi’’ dengan hutan mangrove di kawasan Rungkut. ’’Ide datang setelah mendapati banyak bogem bergeletakan begitu saja di hutan mangrove di Kecamatan Rungkut, tidak ada yang memanfaatkan,” tuturnya.
Sony sempat dihinggapi kekhawatiran sebelum akhirnya merealisasikan idenya itu. Dia khawatir minuman bogem dapat menyebabkan keracunan. Namun, keberadaan habitat kera yang menjadikan bogem di hutan mangrove di sepanjang terusan Kali Wonokromo dan Muara Wonorejo itu sebagai makanan memupuskan ketakutan itu.’’Saya yakin jika bogem aman dikonsumsi setelah melihat banyaknya kera yang makan buah itu,” tutur lulusan Sekolah Teknik Menengah (STM) di Bojonegoro ini. Lewat belajar secara autodidak, akhirnya Sony tahu jika ada dua jenis bogem yang biasa disebut Soneratia.
”Kalau mangrove jenis Xilocarpus granatom atau bahasa Jawanya nyireh, yang bentuknya bulat seperti granat sangat cocok buat bahan baku kosmetik,” papar lelaki berkumis ini. Sony menambahkan, sebenarnya inspirasi membuat sirup bukan dilatarbelakangi keyakinan bahwa bogem aman dikonsumsi. Namun, juga didasari fenomena tentang hubungan antara komunitas masyarakat pesisir dan hutan mangrove. Suami Riyati ini lantas mencoba membuat sirup.Hasilnya, bogem sukses dijadikan minuman, meski baru sebatas untuk kalangan keluarga dan tetangga. Sukses pada uji coba kian menguatkan tekad Sony mengomersialkan minuman ini.’’Bogem yang masak pohon akan jatuh sendiri,”tandasnya. (soeprayitno)
Surabaya - Mangrove atau bakau ternyata tidak hanya berfungsi sebagai penahanan gerusan air terhadap daratan. Tapi juga bisa dijadikan apapun. Mulai dari bedak, makanan kecil hingga bahan minuman.Seperti yang dilakukan oleh warga di kawasan Wonorejo Rungkut Surabaya. Warga di kawasan tersebut menjadi mangrove sebagai sirup seperti halnya buah lychee dan buah markisa. Sirup buah mangrove mengandung vitamin C yang berfungsi sebagai anti oksidanRasanya mungkin aneh pada saat kita meminumnya. Pasalnya selama ini buah tersebut dibuang dan tumbuh liar di tepi pantai. Sirup dari buah bakau tidak kalah dengan sirup rasa buah lainnya terasa sedikit asam tapi menyegarkan."Buahnya wangi sekali ini yang membuat kita tertarik untuk membuatnya," kata Yudi warga Wonorejo Rungkut kepada detiksurabaya.com, Selasa (15/1/2008).Membuat sirup mangrove-pun, kata Yudi, juga sangat mudah. Buah yang masak dikupas kemudian dicuci dan diperas diambil sarinya. Setelah itu sari buah bakau direbus dengan gula dan air."Dua kilo buah bakau direbus dengan 2 liter air dan gula seberat Rp 1,5 kilogram. Hasilnya 3 liter sirup atau 3-4 botol," ujarnya.Yudi mengatakan, untuk bahan baku buah mangrove mereka agak kesulitan. Selama ini mereka hanya mendapatkan buah bakau tersebut di sekitar Wonorejo Rungkut.Mereka juga harus berebut dengan kera untuk mendapatkan buah bakau. Kera, kata Yudi, sangat menyukai buah bakau yang masak dan pihaknya juga membutuhkan buah bakau yang masak untuk membuat sirup."Sulitnya pohon mangrove di Surabaya sedikit, kalau banyak mungkin kita nggak akan sedikit kesulitan. Kalau ada kita berebut dengan kera yang juga menginginkan hal yang sama," ungkapnya.Saat ini, tambah Yudi, untuk pemasaran sirup mangrove made in Wonorejo masih dengan cara tradisional dari mulut ke mulut. Pihaknya juga rajin ikut pameran atau kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Surabaya.Pekerjaan membuat sirup ini ujarnya baru empat bulan mereka lakukan. Dan sudah lebih dari 1000 liter yang sudah mereka hasilkan. Untuk 1 botol berukuran 750 ml harganya Rp 20 ribu. Sedangkan untuk ukuran botol yang kecil, dikenakan harga Rp 10 ribu. "Peminatnya lumayan banyak sudah lebih 500 liter sirup mangrove yang kita produksi bulan ini," tuturnya. (wln/fat)