Beranda

Wednesday, July 13, 2011

Tayangan TV yang wajib ditonton bagi para petualang

Bagi anda para petualang tentunya tak ingin melewatkan beberapa tayangan TV yang wajib ditonton untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kegiatan alam bebas. Inilah daftar tontonan wajib bagi anda :)


  1. Jejak Petualang Trans 7.
  2. Jelajah Trans TV
  3. Si Bolang Trans 7 (hehe ini khusus buat petualang cilik)
  4. Jejak Si Gundul Trans 7
  5. Paradiso Trans 7
  6. Nuansa 1000 Pulau TV One
  7. Expediton Metro TV
  8. Jejak-Jejak Misterius Trans 7 (udah habis program tayangannya kali ya?)
  9. Petualangan Panji Global TV
  10. Harmoni Alam Trans TV (udah habis program tayangannya kali ya?)
jika teman-teman punya tambahan acara / tayangan tv yang lain bisa di tambahkan di sini....ok??

Mengintip Satwa Endemik Sulawesi, Anoa

Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri atas dua spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam binatang dengan status konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.
Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) sering disebut sebagai Kerbau kecil, karena Anoa memang mirip kerbau, tetapi pendek serta lebih kecil ukurannya, kira-kira sebesar kambing. Spesies bernama latin Bubalus depressicornis ini disebut sebagai Lowland Anoa, Anoa de Ilanura, atau Anoa des Plaines. Anoa yang menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi tenggara ini lebih sulit ditemukan dibandingkan anoa pegunungan.

Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis)
Anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) mempunyai ukuran tubuh yang relatif lebih gemuk dibandingkan saudara dekatnya anoa pegunungan (Bubalus quarlesi). Panjang tubuhnya sekitar 150 cm dengan tinggi sekitar 85 cm. Tanduk anoa dataran rendah panjangnya 40 cm. Sedangkan berat tubuh anoa dataran rendah mencapai 300 kg.
Anoa dataran rendah dapat hidup hingga mencapai usia 30 tahun yang matang secara seksual pada umur 2-3 tahun. Anoa betina melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan. Masa kehamilannya sendiri sekitar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.
Anoa dataran rendah hidup dihabitat mulai dari hutan pantai sampai dengan hutan dataran tinggi dengan ketinggian 1000 mdpl. Anoa menyukai daerah hutan ditepi sungai atau danau mengingat satwa langka yang dilindungi ini selain membutuhkan air untuk minum juga gemar berendam ketika sinar matahari menyengat.
Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) sering disebut juga sebagai Mountain Anoa, Anoa de montagne, Anoa de Quarle, Berganoa, dan Anoa de montaƱa. Dalam bahasa latin anoa pegunungan disebut Bubalus quarlesi.

Anoa pegunungan (Bubalus quarlesi)
Anoa pegunungan mempunyai ukuran tubuh yang lebih ramping dibandingkan anoa datarn rendah. Panjang tubuhnya sekitar 122-153 cm dengan tinggi sekitar 75 cm. Panjang tanduk anoa pegunungan sekitar 27 cm dengan berat tubuh dewasa sekitar 150 kg. Anoa pegunungan berusia antara 20-25 tahun yang matang secara seksual saat berusia 2-3 tahun. Seperti anoa dataran rendah, anoa ini hanya melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan yang berkisar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hingga berusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang berbeda usia.
Anoa pegunungan berhabitat di hutan dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3000 mdpl meskipun terkadang anoa jenis ini terlihat turun ke pantai untuk mencari garam mineral yang diperlukan dalam proses metabolismenya.
Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Anoa sering berlindung di bawah pohon-pohon besar, di bawah batu menjorok, dan dalam ruang di bawah akar pohon atau berkubang di lumpur dan kolam. Tanduk anoa digunakan untuk menyibak semak-semak atau menggali tanah Benjolan permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi, sedangkan pada saat perkelahian, bagian ujung yang tajam menusuk ke atas digunakan dalam upaya untuk melukai lawan. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara “moo”.
Populasi dan Konservasi. Anoa semakin hari semakin langka dan sulit ditemukan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) yang menjadi maskot provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah terlihat lagi. Karena itu sejak tahun 1986, IUCN Redlist memasukkan kedua jenis anoa ini dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah).
Selain itu CITES juga memasukkan kedua satwa langka ini dalam Apendiks I yang berarti tidak boleh diperjual belikan. Pemerintah Indonesia juga memasukkan anoa sebagai salah satu satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Beberapa daerah yang masih terdapat satwa langka yang dilindungi ini antaranya adalah Cagar Alam Gunung Lambusango, Taman Nasional Lore-Lindu dan TN Rawa Aopa Watumohai (beberapa pihak menduga sudah punah).
Anoa sebenarnya tida mempunyai musuh (predator) alami. Ancaman kepunahan satwa endemik Sulawesi ini lebih disebabkan oleh deforestasi hutan (pembukaan lahan pertanian dan pemukiman) dan perburuan yang dilakukan manusia untuk mengambil daging, kulit, dan tanduknya.
Pada tahun 2000, masyarakat Kabupaten Buton dan Konawe Selatan dibantu pihak BKSDA pernah mencoba untuk membuka penangkaran anoa. Tetapi usaha ini akhirnya gagal lantaran perilaku anoa yang cenderung tertutup dan mudah merasa terganggu oleh kehadiran manusia sehingga dari beberapa spesies yang ditangkarkan tidak satupun yang berhasil dikawinkan.
Tahun 2010 ini, Taman Nasional Lore-Lindu akan mencoba melakukan penangkaran satwa langka yang dilindungi ini. Semoga niat baik ini dapat terlaksana sehingga anoa datarn rendah (Bubalus depressicornis) dan Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dapat lestari dan menjadi kebanggan seluruh bangsa Indonesia seperti halnya Panser Anoa buatan Pindad.
Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia, Filum: Chordata, Kelas: Mamalia, Ordo: Artiodactyla, Famili: Bovidae, Upafamili: Bovinae, Genus: Bubalus, Spesies: Bubalus quarlesi, Bubalus depressicornis. Nama binomial: Bubalus quarlesi (Ouwens, 1910). Bubalus depressicornis (H. Smith, 1827).
Referensi:

  • www.ultimateungulate.com/Artiodactyla/Bubalus_quarlesiFull.html;
  • www.ultimateungulate.com/Artiodactyla/Bubalus_depressicornis.html;
  •  http://alamendah.wordpress.com/2010/04/28/anoa-satwa-endemik-sulawesi/

Spesies Bunga Rafflesia Zollingeriana


Rafflesia zollingeriana mempunyai ukuran bunga yang besar (mencapai diameter 35 cm). dijumpai pertama kali oleh Koorders (1902) di Puger (Jember). Namun saat ini hanya dapat dijumpai di kawasan konservasi Taman Nasional Meru Betiri yang merupakan spesies endemik. Bunganya berdiameter 15–33 cm, Rafflesia zollingeriana dapat tumbuh pada akar dan batang inang tetrastigma lanceolarium dan Tetrastigma papillosum.

Proses terbentuknya bunga diawali dengan pembengkakan di dalam akar tumbuhan inang serta terbentuknya kuncup pada permukaan akar tumbuhan inang tersebut. Kuncup ini mulai dari diameter beberapa mm kemudian membesar terus sampai kuncup tersebut berukuran ± 17 cm dan kemudian kuncup tersebut seakan–akan robek yang berarti bunga mekar.

Banyaknya biji yang diproduksi oleh satu bunga betina dan banyaknya kuncup tumbuh pada mulanya menunjukan tumbuhan ini memiliki strategi r- selection dalam mempertahankan kelestarian populasinya, dengan mengutamakan jumlah individu yang besar dalam populasinya. Hal ini terlihat dari puluhan kuncup yang tumbuh hanya beberapa individu yang berkembang terus menjadi bunga, selanjutnya dari bunga yang mekar tidak semuanya yang menghasilkan biji, karena terjadi kegagalan penyerbukan (bunga jantan dan bunga betina mekar pada waktu yang berlainan), sehingga pengambilan kuncup oleh manusia secara liar seperti sekarang ini sangat mengancam kelestarian Rafflesia zollingeriana (Zuhud, 1988).

Pada umumnya Rafflesia zollingeriana hidup mulai dari kaki bukit sampai ke lereng–lereng sebelah atas. Kemiringan tempat tumbuh 85 %, ketinggian mulai dari 1 – 270 m dpl dan jarak garis pantai berkisar 9 – 1000 m.
Kondisi ekologis dari Rafflesia zollingeriana di Taman Nasional Meru Betiri adalah sebagai berikut : Jenis tanah tempat inang adalah latosol yang berbatu–batu, pH tanah agak masam, kandungan C organik, Ca, K dan Na sangat tinggi; N total dan kapasitas tukar kation (KTK) sedang; P tersedia sangat rendah, kandungan Mg dan kejenuhan basa sangat tinggi, ketebalan serasah dipermukaan tanah tempat perakaran inang antara 5 – 15 cm.

Habitat Rafflesia zollingeriana termasuk kedalam formasi hutan hujan tropika dataran rendah yang dicirikan adanya spesies–spesies dari famili Anacardiaceae, Annonaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, Moraceae, Sterculiaceae, Aosiasi tingkat pohon terdiri dari : Diospyros sp, Pterospermum diversifolium, Erythrina variegata, Ficus variegata dan maritima, Pterospermum diversifolium. Tetrastigma sp, Muraya paniculata dan Arenga sp. Sedangkan asosiasi tingkat semai dan tumbuhan bawah adalah Diospyros maritima, Donax canniformis, Colocasia sp, Litsea cubeba dan Pandanus sp.

Penyerbukan diduga dilakukan oleh : lalat hijau (Lucilia sp), lalat biru (Protocalliphora sp), lalat abu–abu (Sarcophaga sp), dan lalat buah (Drosophila melanogaster) dan lalat mata hijau (Tabanus sp), yang paling banyak dan sering mengunjungi bunga adalah lalat hijau (Lucilia sp) dan lalat biru (Protocalliphora sp). Pengurai jaringan bunga terutama dari spesies rayap tanah (famili Rhinotermidae), kumbang kecil (famili Cleridae dan Histeridae), springtails (ordo Colembolla) spesies cacing dari kelas nematoda dan larva berbagai spesies lalat penyerbuk serta berbagai spesies semut. Penyebar biji diduga dilakukan oleh serangga tanah seperti semut merah besar (famili Formicidae) dan rayap tanah (famili Rhinotermidaer) dan kemungkinan juga bisa larva lalat penyerbuk yang telah dewasa, sedangkan dari kelas mamalia; landak (Histix brachyura) tupai (Tupaia glis), babi hutan (Sus scfofa) dan kijang (Muntiacus muntjak). Hewan–hewan tersebut sering dijumpai berada di dekat habitat Rafflesia (Zuhud, 1988).

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger