Beranda

Saturday, March 13, 2010

Kucing Bakau, Adakah Keberadaannya di Indonesia??

Kucing Bakau (Prionailurus viverrinus)

Misteri Keberadaan Kucing Bakau di Indonesia

Investigasi terbaru menyatakan kucing bakau harus dicoret dari daftar jenis satwa Sumatera. Dengan demikian, di Indonesia, tinggal Pulau Jawa saja yang menyimpan harapan bagi keberadaan jenis kucing langka ini. Namun, masihkah harapan itu terjaga?

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa selain memiliki harimau, Indonesia juga memiliki beberapa jenis kucing hutan alias kucing liar lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah kucing bakau yang dikenal di dunia dengan dengan nama Inggris fishing cat atau dengan nama ilmiah Prionailurus viverrinus. Sebutan nama latin demikian diberikan karena jenis kucing ini mirip dengan musang (keluarga Viverridae). Berbeda dengan kebanyakan kucing hutan lainnya, kucing kecil bercorak totol memanjang ini sangat menyukai perairan, khususnya daerah pantai. Iapun dikenal piawai memburu ikan dan satwa perairan lainnya untuk dimangsa.


Terkecoh

Di Indonesia, kucing bakau selama ini diketahui hidup di sepanjang pantai utara Jawa Barat dan pantai timur Sumatera. Hal itu telah banyak dituliskan di berbagai publikasi dan laporan. Namun, siapa nyana, keberadaan kucing bertubuh kekar ini di Sumatera ternyata tidak didukung bukti otentik.


Mungkin karena langka, tak banyak yang dapat mengenali jenis kucing ini dengan baik. Akibatnya, para pemburu dan peneliti pun kerap terkecoh. Catatan keberadaan kucing bakau di Sumatera sepertinya berawal pada tahun 1930-an. Ketika itu, berdasarkan informasi dari seorang pemburu bernama Mr. Pieters, naturalis H. C. Delsman menyebutkan bahwa selain di Jawa, kucing bakau juga sering terlihat di daerah Sumatera. Meski tidak disertai bukti meyakinkan, keberadaan kucing bakau di Sumatera tidak pernah ada yang meragukan.

Alasannya antara lain, kucing tersebut ditemukan di daratan utama Asia hingga ke semenanjung Malaysia dan juga di Jawa.

Ternyata tak ada bukti nyata yang menunjukkan keberadaan kucing itu di Sumatera hingga kini. Dari sekian banyak spesimen museum untuk jenis kucing ini, tak satupun berasal dari Sumatera. Sementara itu, ratusan ribu foto jepretan kamera otomatis yang dipasang berbagai pihak di Sumatera, tidak satupun yang menunjukkan keberadaan kucing ini. Beberapa foto yang awalnya diidentifikasi sebagai jenis ini, setelah diteliti ulang, terbukti sebagai jenis kucing congkok (Prionailurus bengalensis). Berbeda dengan kucing bakau, kucing congkok tampak lebih kerempeng, warna tubuh lebih cerah, dengan bagian bawah perut yang umumnya berwarna putih, serta ekor yang lebih panjang. Kucing congkok jauh lebih mudah ditemukan karena jenis ini dapat bertahan hidup di hutan yang rusak maupun perkebunan, bahkan di sekitar perkampungan.

Itulah intisari laporan investigasi James Sanderson, ahli kucing hutan dunia, yang dimuat di Majalah Cat News edisi teranyar yang dirilis oleh IUCN Cat Specialist Group akhir Juli 2009. Majalah Cat News dapat diakses melalui situs web http://www.catsg.org.


Keragaman satwa

Sebagai negeri tropis yang (pernah) memiliki hutan luas, Indonesia dikenal kaya dengan aneka ragam jenis biota, termasuk jenis-jenis kucing hutan. Sembilan jenis kucing hutan tercatat penyebarannya di Indonesia. Mereka adalah harimau (Panthera tigris), kucing merah (Felis badia), macan dahan (Neofelis diardi), kucing emas (Catopuma temmincki), kucing dampak (Prionailurus planiceps), kucing bakau (Prionailurus viverrinus), kucing batu (Pardofelis marmorata), macan tutul/kumbang (Panthera pardus), dan kucing congkok (Prionailurus bengalensis). Semuanya dilindungi berdasarkan undang-undang.

Selain kaya spesies, struktur kepulauan dan isolasi geografis juga menyebabkan tingginya keragaman pada tingkat subspesies. Sebagai contoh, untuk harimau saja kita pernah punya tiga subspesies, meski kini hanya tinggal satu yang masih bertahan hidup.

Berbeda dengan keragaman satwa pada umumnya, keragaman jenis karnivora bukanlah sesuatu yang dapat dianggap biasa. Pasalnya, dalam piramida makanan, kucing menempati posisi puncak. Sebagai karnivora, kehidupan kucing sangat tergantung pada, dan sebaliknya juga turut menentukan, kehidupan satwa lain yang menjadi mangsanya. Tanpa adanya keragaman dan kelimpahan jenis satwa mangsa yang dapat mendukung kehidupan mereka, masing-masing jenis kucing tersebut tentu tidak akan dapat bertahan hidup. Kekayaan jenis kucing di suatu wilayah, selain mengindikasikan kekayaan ragam biota, juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.

Di antara tiga pulau utama tempat hidupnya kucing hutan di Indonesia — Sumatera, Jawa, dan Kalimantan— masingmasing memiliki keunikan tersendiri. Dengan enam jenis kucing yang pasti masih bertahan hidup hingga kini, Sumatera merupakan pulau terkaya dalam hal jenis kucing yang ada. Kalimantan memiliki lima jenis kucing; dan Jawa, dengan musnahnya harimau di sana, kini hanya mencatat tiga jenis, yakni macan tutul, kucing congkok dan kucing bakau (lihat tabel). Kucing hutan tidak hidup di wilayah Indonesia bagian timur.

Kekayaan jenis kucing di Sumatera secara umum dapat dengan mudah diterima logika biogeografis karena selain pulau tersebut berukuran besar dengan hutan yang (dulu) cukup luas, Sumatera juga relatif dekat dengan daratan utama Asia. Namun, masih banyak misteri yang belum terungkap terkait dengan sebaran jenis-jenis satwa baik pada skala luas di pulau-pulau Indonesia maupun pada berbagai tipe habitat yang ada.

Dengan dicoretnya kucing bakau dari Sumatera, misteri pun bertambah satu lagi. Jika diasumsikan kucing bakau berasal dari daratan utama Asia, bagaimana mungkin dia tersebar hingga ke Jawa namun tanpa singgah di Sumatera. Pertanyaan serupa telah lama menjadi misteri dengan absennya macan tutul di Sumatera dan belum ada satu penjelasan ilmiah tunggal yang dapat menjelaskan misteri tersebut.

Bahwa kucing bakau (pernah) hidup di Jawa memang tidak diragukan. Namun, sejak tahun 90-an, status kucing spesialis penghuni kawasan perairan di pantura ini telah dinyatakan kritis. Masihkah kucing bakau bertahan hidup di Jawa hingga kini?.


(Oleh sunarto)Pemerhati Konservasi Kucing hutan, Email: sunarto@vt.edu

SIfat dan Kegunaan Kayu

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.

Pengenalan Sifat-Sifat Kayu

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :

Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).

Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).

Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.

Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.

Sifat Fisik Kayu

Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.

Keawetan

Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.

Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.

Tekstur

Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).

Arah Serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).

Kesan Raba

Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.

Bau dan Rasa

Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.

Nilai Dekoratif

Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.

Higroskopis

Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).

Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :

Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.

Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).

Daya Hantar Panas

Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.

Daya Hantar Listrik

Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.

Sifat Mekanik Kayu

Keteguhan Tarik

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :

Keteguhan tarik sejajar arah serat dan Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.

Keteguhan tekan / Kompresi

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :

Keteguhan tekan sejajar arah serat dan Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.

Keteguhan Geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :

Keteguhan geser sejajar arah serat, Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan Keteguhan geser miring

Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.

Keteguhan lengkung (lentur)

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :

Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.

Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.

Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.

Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.

Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.

Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :

Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.

Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.

Macam Penggunaan Kayu

Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :

Bangunan (Konstruksi)

Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala.

Veneer biasa

Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.

Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.

Veneer mewah

Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.

Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang.

Perkakas (mebel)

Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.

Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.

Lantai (parket)

Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.

Bantalan Kereta Api

Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.

Alat Olah Raga

Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.

Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.

Alat Musik

Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.

Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.

Alat Gambar

Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.

Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.

Tong Kayu (Gentong)

Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.

Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.

Tiang Listrik dan Telepon

Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.

Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.

Patung dan Ukiran Kayu

Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap.

Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.

Korek Api

Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).

Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.

Pensil

Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah, berserat lurus.

Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.

Moulding


Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.

Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.

Perkapalan

Lunas

Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : ulin, kapur.

Gading

Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.

Senta

Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.

Kulit

Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.

Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.

Bangunan dan dudukan mesin

Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin.

Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.

Pembungkus as baling-baling

Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.

Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.

Popor Senjata


Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.

Jenis kayu : waru, salimuli, jati.

Arang (bahan bakar)

Persyaratan teknis : BJ tinggi.

Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.

Mengenal Buah Cempedak, Si Manis yang Bersembunyi di Hutan



Cempedak adalah tanaman buah-buahan dari famili Moraceae. Bentuk buah, rasa dan keharumannya seperti nangka, meski aromanya kerap kali menusuk kuat mirip buah durian.


Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara, dan menyebar luas mulai dari wilayah Tenasserim di Burma, Semenanjung Malaya termasuk Thailand, dan sebagian Kepulauan Nusantara: Sumatra, Borneo, Sulawesi, Maluku hingga ke Papua. Juga banyak didapati di Jawa bagian barat.

Dikenal secara luas sebagai cempedak atau campedak, buah ini juga memiliki beberapa nama lokal seperti bangkong (bentuk liar, Malaysia), baroh (Kep. Lingga dan Johor), nangka beurit (Sunda), nongko cino (Jawa), tiwadak (Banjar) dan lain-lain.


Pohon yang selalu hijau, sedang besarnya, tingginya dapat mencapai 20 m meski kebanyakan hanya belasan meter. Ranting-ranting dan pucuk dengan rambut halus dan kaku, kecoklatan. Berumah satu (monoecious).

Buah cempedak

Daun tipis agak kaku seperti kulit, bertangkai, bulat telur terbalik sampai jorong, 2,5-5 × 5-25 cm, bertepi rata (integer, utuh), dengan pangkal berbentuk pasak sampai membulat, dan ujung meruncing (acuminate). Tangkai daun 1-3 cm. Daun penumpu bulat telur memanjang, meruncing, berambut kawat, mudah rontok dan meninggalkan bekas berupa cincin pada ranting.

Perbungaan sendiri-sendiri, muncul di ketiak daun, pada cabang besar atau pada batang utama (cauliflory), pada pucuk pendek khusus yang berdaun. Karangan bunga jantan berbentuk bongkol seperti gada atau gelendong, 1 × 3-5,5 cm, hijau pucat atau kekuningan, bertangkai 3-6 cm. Bongkol bunga betina berbentuk gada memanjang, dengan bunga-bunga yang tertancap sedalam 1,5 mm dalam poros bongkol dan bagian bebas sekitar 3 mm.

Buah semu majemuk (syncarp) berbentuk silinder sampai bulat, 10-15 × 20-35 cm, kehijauan, kekuningan sampai kecoklatan, dengan tonjolan piramidal serupa duri lunak yang rapat atau licin berpetak-petak dengan mata faset. 'Daging buah' sesungguhnya adalah perhiasan bunga yang membesar dan menebal, putih kekuningan sampai jingga, manis dan harum, bertekstur lembut, licin berlendir di lidah dan agak berserat. Tidak seperti nangka, keseluruhan massa daging buah beserta bunga-bunga steril atau gagal (dikenal sebagai 'dami') mudah lepas dari poros ('hati') buah semu apabila masak. Biji bulat gepeng atau memanjang, 2-3 cm.


Buah dimakan dalam keadaan segar atau diolah terlebih dulu. Daging buah cempedak, terkadang beserta bijinya sekali, diberi tepung, gula atau garam dan digoreng, dijadikan camilan minum teh atau kopi. Bijinya dapat digoreng, direbus atau dibakar, sebelum dimakan dengan campuran sedikit garam. Buah mudanya, seperti nangka muda, dapat dijadikan sayur.

Kayunya berkualitas baik, kuat dan awet, sehingga kerap digunakan sebagai kayu bangunan, bahan perabotan rumah, atau bahan perahu. Kulit kayunya yang berserat dapat digunakan sebagai bahan tali, dan getahnya untuk memukat burung. Dari kayunya juga dapat dihasilkan bahan pewarna kuning.

Di Kalimantan, cempedak atau bahasa Banjarnya tiwadak, selain dikonsumsi daging buah dan bijinya, kulitnya pun dapat diolah menjadi makanan yang dinamakan mandai atau ada juga yang menyebutnya dami. Mandai dibuat dengan cara mengupas kulit buah sampai terlihat putih kemudian direndam dengan air garam untuk mengawetkan dan melunakkan teksturnya. Rendaman dapat dilakukan selama beberapa jam bahkan hingga sebulan. Mandai biasanya dikonsumsi dengan menggorengnya hingga kecoklatan.



Secara alami, cempedak liar banyak dijumpai di hutan hujan dataran rendah, baik hutan primer maupun sekunder. Tumbuh hingga ketinggian sekitar 1000 m dpl, pohon buah ini menyukai daerah-daerah dengan musim kering yang tidak tegas, lahan dengan permukaan air tanah yang dangkal, dan bahkan tahan sesekali tergenang banjir.

Cempedak biasa ditanam di pekarangan, kebun campuran sampai ke wanatani kompleks yang tidak jarang meliar menjadi hutan sekunder. Cempedak juga dapat bersilangan secara alami dengan nangka.

slideshow

Fotoku

Fotoku
lagi ikut lomba birdwatching

Islamic Web Category

Powered By Blogger