Diperkirakan setiap harinya rata-rata setiap penduduk menghasilkan 2-3 liter sampah, sehingga jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga DKI mencapai 6000 ton. Percayakan Anda bahwa jumlah ini setara dengan tumpukan sampah setinggi gedung-gedung perkantoran di Jalan Sudirman Jakarta...
Dari gambar diatas, dapatkah Anda menceritakan bagaimana perjalanan sampah yang kita hasilkan dari rumah hingga sampai di pembuangan akhir?
Dalam gambar terlihat bahwa penghasil sampah terbesar (lebih dari 50%) adalah rumah tangga. Jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang.
Jarak rata-rata sumber sampah ke TPA adalah 40 km, karena lokasi TPA berada di luar batas wilayah DKI Jakarta. Hal ini juga banyak terjadi di kota besar lainnya di Indonesia, yang sering berakibat pada protes masyarakat yang tinggal dekat dengan TPA. Dengan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, ceceran air sampah yang terjadi selama pengangkutan sampah juga akan berkurang, dan biaya truk serta bahan bakar juga akan jauh berkurang.
Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia! Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005 lalu – TPA Leuwigajah – yang menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa tertimbun longsor sampah sejumlah jutaan meter kubik dalam semalam. Tahun 2006 yang lalu kejadian serupa pun terjadi di TPA Bantargebang, yang menewaskan sejumlah pemulung. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri..
LINDI
Lindi lebih dikenal sebagai air sampah yang baunya sangat menyengat. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan sampah. Seringkali lindi bercampur dengan air hujan sehingga jumlahnya menjadi sangat banyak, seperti sering kita lihat menetes dari truk yang mengangkut sampah di jalan raya. Lindi mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah yang tercampur. Jika tidak diolah secara khusus, lindi dapat mencemari sumur air tanah, air sungai, hingga air laut dan menyebabkan kematian biota (makhluk hidup) laut.
3
TPA LAHAN URUG SANITER (SANITARY LANDFILL)
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) jenis ini menerapkan sistem pengendalian pencemaran akibat sampah yang sangat ketat. Setiap hari, sampah yang ditimbun harus dipadatkan dan ditutup kembali dengan lapisan tanah menggunakan alat berat seperti buldozer. Lapisan dasar TPA menggunakan bahan tertentu sehingga lindi tidak meresap ke air tanah, melainkan dialirkan ke instalasi pengolahan lindi yang telah disiapkan. Sanitary Landfill juga dilengkapi dengan jaringan pipa gas untuk mengendalikan gas metana (gas berbahaya yang dapat menyebabkan kebakaran) yang timbul akibat proses biokimia yang terjadi pada sampah di TPA. Biaya operasional TPA jenis ini tidak murah, minimal Rp. 100.000,- per ton sampah. Jika total 6000 ton sampah Jakarta ditimbun menggunakan sanitary landfill, maka setiap harinya dibutuhkan biaya minimal 600 juta rupiah!
Oleh karena sanitary landfill membutuhkan biaya tinggi, umumnya TPA yang ada di kota-kota besar di Indonesia menggunakan metoda penimbunan terbuka (open dumping). Sampah yang ditimbun dibiarkan terbuka atau tidak ditutup secara harian dengan tanah, dan sistem pengumpulan dan pengolahan lindi (air sampah) tidak optimal. Gas metana yang timbul akibat reaksi biokimia sampah tidak dikendalikan sehingga sering terjadi kebakaran di TPA. TPA jenis ini sangat merusak lingkungan dan menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah lainnya seperti longsor.
Blog ini berisi data-data pribadiku dan semua hal tentang inspirasiku dalam hidup. Semua rangkaian petualanganku menjelajahi alam bebas, mendaki gunung, travelling, birdwatching kutuliskan dalam blog ini. Harapanku semoga blog ini bermanfaat bagi banyak orang!Amien
Tuesday, April 17, 2012
Backpacking in Jogjakarta
Ketika aku pulang kerumah dan ditawari oleh ibuku untuk pergi wisata ke jogja gratis akupun langsung menerima tawaran itu. Aku pergi bersama rombongan crew radio lokal.
Objek-Objek Wisata yang kukunjungi adalah :
- Pantai Parangtritis
- Kraton Jogja
- Taman sari
- Candi Prambanan
Friday, April 6, 2012
Selamatkan Badak Jawa!!
Organisasi satwa liar internasional mengatakan badak Jawa yang sangat terancam punah telah lenyap sama sekali di Vietnam setelah badak terakhir didapati mati dan cula-nya dipotong. Dalam laporan hari Selasa, organisasi satwa liar internasional WWF menuduh kurangnya perlindungan bagi binatang tersebut telah menyebabkan kepunahannya di Taman Nasional Cat Tien, dimana populasi kecil binatang tersebut ditemukan tahun 1988.
Sisa populasi badak Jawa hanya terdapat di Indonesia, di mana antara 40 dan 60 ekor binatang tersebut hidup di sebuah taman nasional kecil. WWF mengatakan badak di Vetnam tadi kemungkinan besar dibunuh oleh pencuri untuk memperoleh cula-nya. Ada permintaan besar akan cula badak di beberapa negara Asia, di mana benda tersebut digunakan untuk membuat obat tradisional.
WWF mengatakan species lain yang hampir punah di Vietnam, antara lain, harimau, gajah Asia dan buaya Siam.
sumber:wwf.or.id
Sisa populasi badak Jawa hanya terdapat di Indonesia, di mana antara 40 dan 60 ekor binatang tersebut hidup di sebuah taman nasional kecil. WWF mengatakan badak di Vetnam tadi kemungkinan besar dibunuh oleh pencuri untuk memperoleh cula-nya. Ada permintaan besar akan cula badak di beberapa negara Asia, di mana benda tersebut digunakan untuk membuat obat tradisional.
WWF mengatakan species lain yang hampir punah di Vietnam, antara lain, harimau, gajah Asia dan buaya Siam.
sumber:wwf.or.id
Burung Anis Gunung (Turdus Poliochepalus), Si Penunjuk Arah Pendaki
Bagi seorang pendaki mungkin mitos burung hitam si penunjuk arah sudah tidak asing lagi ditelinga. Burung ini sering dijumpai dijalur jalur pendakian. Suatu kisah saat saya ketika mendaki gunung Arjuna. Saya, terlintas ingat akan mitos tentang burung hitam yang sering menjadi penunjuk arah bagi pendaki. Biasanya burung ini biasa ditemui di berbagai gunung di Indonesia, namun biasanya pendaki tidak menyadari keberadaan burung tersebut.
Entah mitos atau bukan memang burung ini sering mengikuti pendaki,walau pun pendaki sering mengusirnya tetapi burung tersebut enggan pergi dan balik lagi untuk menuntun pendaki sepanjang jalur pendakian hingga lereng gunung lalu burung tersebut terbang
“ Aneh, seakan akan burung itu menuntun kami di sepanjang jalur perjalanan pendakian, bahkan ketika kami turun puncak welirang, burung itu masih tampak dan kembali menuntun kami untuk sampai di bawah"
Aku sering bertemu burung yang satu ini ketika mendaki ke beberapa gunung, diantaranya di gunung Lawu, Arjuna dan Semeru. Burung ini relatif jinak dan bersahabat dengan manusia. Makanan utama berupa serangga kecil dan cacing. Lalu burung ini termasuk dalam jenis / spesies apa? Setelah bertanya ke beberapa pengamat burung yang "expert", burung ini ternyata adalah burung Anis Gunung (Turdus poliochepalus) digolongkan dalam suku turdidae atau burung pemakan cacing.
Burung ini hidup di ketinggian lebih dari 2000 mdpl. Penyebaran lokal di Sunda Besar, Sumatra dan Kalimantan namun hanya terbatas berada di gunung-gunung yang tinggi saja. Catatan perjumpaan yang saya temukan di lapangan diantaranya adalah Gunung Semeru, Gunung Arjuna, Gunung Lawu, Gunung Welirang, Gunung Merbabu dan Gunung Raung. Sejumlah catatan lain yang di temukan aktivis pendaki dan para pengamat burung yaitu di Gunung Merapi, Gunung, Kerinci, Gede-Pangrango dan Gunung Kinabalu.
.
Subscribe to:
Posts (Atom)