SUNGAI
DEFINISI JERAM / RIAM
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA JERAM
KOMPONEN JERAM/RIAM Bagian dari jeram/riam, terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:
Blog ini berisi data-data pribadiku dan semua hal tentang inspirasiku dalam hidup. Semua rangkaian petualanganku menjelajahi alam bebas, mendaki gunung, travelling, birdwatching kutuliskan dalam blog ini. Harapanku semoga blog ini bermanfaat bagi banyak orang!Amien
DEFINISI
Menurut asal katanya Survival berasal dari bahasa Inggris, yaitu survive yang artinya mampu bertahan hidup atau mampu mempertahankan diri dari suatu keadaan tertentu. Survival itu sendiri merupakan suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang berada pada keadaan darurat, oleh suatu sebab. Pengertian survival sebenarnya sangat luas sekali. Tidak terjadi di hutan atau gunung saja dan juga tidak tergantung lamanya waktu yang mungkin diperlukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang sedang ber-survival untuk terus bertahan hidup. Misalnya saja, terjadi kecelakaan pesawat dan penumpangnya ada yang masih hidup maka tindakann penumpang itu untuk bertahan hidup dapat dikatakan survival, karena ia berusaha untuk bertahan hidup. Jadi secara singkat dapat dikatakan, bahwa semua tindakan yang dilakukan untuk bertahan hidup pada keadaan darurat disebut survival. Tetapi, dalam tulisan ini pembahasan tentang survival akan dipersempit cakupannya hanya survival yang dilakukan di hutan termasuk di gunung atau di sungai yang disebut Jungle Survival.
Manusia/orang yang sedang menghadapi, dan mempertahankan dirinya dalam kondisi survival itu, dinamakan Survivor. Survivor ini dapat perorangan atau kelompok.
KONDISI SURVIVAL
A. MENGHADAPI KONDISI SURVIVAL
Dalam kondisi survival, survivor akan dihadapkan pada kondisi - kondisi yang dapat membuatnya stress, seperti ; ketakutan dan kecemasan, panas dan dingin, kehausan dan kelaparan, sakit dan kelelahan, kejenuhan dan kesepian serta kurang istirahat/tidur. Dapatkah survivor mengatasi semua itu ? ya harus !
Secara umum kondisi tersebut dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu :
1. Fisiologis : sakit, lapar, haus, luka, lelah dan kurang istirahat/tidur dan sebagainya.
2. Psikologis : panik, takut, cemas, kesepian, bingung, tertekan, bosan dan sebagainya.
3. Lingkungan : panas, dingin, kering, hujan, angin, vegetasi, satwa liar dan sebagainya.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Aspek fisiologis dan lingkungan dapat mempengaruhi aspek pisikologis. Musuh utama survivor adalah perasaan panik. Seringkali suatu peristiwa yang seharusnya bisa dihindarkan tetapi malah berakhir dengan kecelakaan yang fatal bahkan kematian. Jika seseorang tersesat di hutan atau gunung tanpa pengetahuan yang cukup mengenai teknik hidup di alam bebas, besar kemungkinan ia akan bergerak membabi buta karena panik yang menyebabkan terjepit dalam situasi kritis yang membuatnya tewas. Survival adalah kondisi yang lebih memerlukan kekuatan jiwa.
Kesiapan fisik dan mental merupakan kunci untuk berhasil tidaknya survivor bertahan hidup.
1. Mental
2. Kemauan dan kemampuan (mengembangkan kemauan dan kemampuan berpikir).
3. Teknik survival (memahami dan menguasai teknik teknik survival).
Hidup survivor tergantung pada dirinya sendiri, tetapi bukan berarti mengesampingkan kekuatan TUHAN, karena kemauan yang besar untuk tetap hidup mendorong survivor untuk tenang dan sabar dalam menghadapi kondisi survival. Semuanya itu tentu saja ditunjang oleh mental, kemauan dan kemampuan ber-suvival. Mental berarti survivor harus memiliki keyakinan dan motivasi untuk tetap hidup dan keluar dari kondisi survival, bukan meloloskan diri hanya untuk sementara waktu. Kemauan ini dalam arti usaha apa saja yang harus dilakukan agar dapat keluar dari kondisi survival, dalam hal ini menguasai keadaan, sedangkan kemampuan dapat diartikan kemampuan dalam menguasai keadaan dengan tindakan – tindakan logis, aman dan realistis. Hal lain yang menentukan sekali adalah teknik ber-survival, yaitu penguasaan dan pemahaman teknik survival/bertahan hidup di alam bebas.
Selain itu, untuk memantapkan diri dalam usaha menghadapi kondisi survival, tiap huruf dari kata “SURVIVAL” merupakan singkatan – singkatan dari langkah – langkah langkah yang harus diingat dalam menghadapi kondisi survival, bila penggiat kegiatan alam bebas dihadapkan dalam kondisi tersebut, yaitu :
S ize up the situation.
Sadarilah kondisi survival tersebut. Bagaimana keadaan diri kita atau teman –teman kita ? Berapa banyak dan bangaimana kondisi bahan makanan dan perlengkapan kita? Dalam kondisi lingkungan seperti apa kita berada?
U ndue haste make a waste.
Berfikirlah sebelum bertindak. Tindakan yang terburu – buru cenderung menghasilkan kesia – siaan. Berfikir dan bertindak dengan bijaksana.
R emember were you are
Kenalilah lingkungan dimana kita berada. Pengenalan lingkungan sekitar memberikan rasa kenal dan berpengaruh terhadap rasa amam. Pengenalan medan merupakan hal yang sangat penting.
V anquish fear and panic.
Kuasailah rasa takut dan panik. Merasa takut adalah adalah hal normal dan perlu, sebab takut merupakan reaksi tubuh yang normal dan berfungsi menyiapkan tubuh dalam menghadapi kondisi tertentu. Perlu, karena rasa takut memberikan tambahan energi bagi tubuh bilamana diperlukan. Namun rasa takut akan berubah menjadi panik bila tidak dikontrol yang dapat menyebabkan orang bertindak terburu – buru dan membuang energi. Panik juga menyebabkan rasa sepi yang selanjutnya menyebabkan putus asa.
I mprovise
Berimprovisasilah. Salah satu cara mengatasi rasa takut adalah mengisi waktu dengan kegiatan yang ditujukan mengatasi kondisi survival. Ubahlah cara pandang dan berfikir terhadap apa yang ada disekitar kita.
V alue living
Hargailah hidup. Merupakan hal yang terpenting dalam menghadapi kondisi survival. Bagaimana sikap kita terhadap hidup dan harapan serta cita – cita dalam hidup kita akan menumbuhkan motivasi dan keyakinan untuk dapat bertahan dan keluar dari kondisi survival. Penghargaan terhadap hidup, akan menjauhkan diri dari rasa putus asa.
A ct like the native
Berlajarlah dari penduduk setempat. Karena mereka lebih mengetahui dan menguasai medan. Jika bertemu penduduk bersikaplah ramah. Ingat pepatah “Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung”
L earn basic skill
Belajar dan berlatihlah teknik – teknik dasar. Disinalah perlunya pemahaman dan pengusaan teknik survival. Kalau prosedur dan teknik survival telah dikuasai dan dipahami, sehingga merasuk dalam diri kita, maka hal – hal dalam menghadapi dan keluar dari kondisi Survival dapat dilakukan secara otomatis.
B. PRIORITAS – PRIORITAS KONDISI SURVIVAL
Apabila seorang penggiat kegiatan alam bebas telah memahami, dan mengerti dari singkatan – singkatan kata SURVIVAL dan penjabarannya tersebut, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat prioritas dalam menghadapi kondisi survival. Walaupun, setiap kondisi survival dapat berbeda – beda. Karena tulisan ini membahas survival di hutan atau di gunung, maka prioritasnya pun untuk keperluan gunung hutan. Prioritasnya sebagai berikut :
1. Tindakan Pertolongan Pertama bila mendapat kecelakaan/cedera apapun bentuknya.
2. Mencari dan membangun shelter/bivak.
3. Memperoleh dan menghemat makanan.
4. Menyiapkan perlengkapan untuk memperoleh siyal darurat.
5. Jika memang diperlukan, persiapkan perjalanan.
Tindakan pertolongan pertama (PP) merupakan hal yang mutlak dilakukan dahulu bila survivor mendapat kecelakaan/cedera apapun bentuknya. Sebab bila dibiarkan, luka kecil yang tidak berbahaya bisa menjadi luka yang besar. Misalnya lecet atau tersayat duri akan infeksi dan semakin parah jika dibiarkan yang menimbulkan luka menjadi lebih besar.
Untuk meminta pertolongan, maka dapat digunakan siyal – siyal darurat yang dapat menarik perhatian orang atau regu penolong yang mencarinya. Sinyal – sinyal darurat tersebut dapat dibuat dan dilakukan dengan peralatan sederhana. Misalnya, pluit atau pada tempat tempat terbuka dapat menggunakan cermin atau benda mengkilat yang akan mencapai jarak yang jauh. Selagi matahari bersinar cerah pantulkan alat tersebut ke tempat – tempat yang diperkirakan banyak orang. Selain itu, isyarat untuk meminta pertolongan dapat dilakukan pula dengan membuat asap. Untuk memperoleh asap warna putih, bakarlah ranting atau kayu dalam jumlah banyak. Setelah menjadi bara maka siramlah dengan air secara teratur kea rah bara tersebut atau dapat dilakukan pula dengan membakar daun – daun kecil yang masih hijau dalam jumlah banyak. Maka akan dihasilkan asap berwarna putih.
Berteriak – teriak memang dilarang, tetapi untuk meminta pertolongan perhatikan dulu situasinya. Perhatikanlah bahwa regu penolong atau teman ada yang mencari dan bias dijangkau dengan terikan. Bila tidak, lebih baik menghemat tenaga dengan tidak berteriak – teriak.
Untuk melakukan prioritas lainnya, tentunya diperlukan suatu pengetahuan atau teknik. Karena akan lebih sulit melakukannya jika tidak mengetahui cara termudah atau tercepat dalam melakukannya. Teknik – teknik tersebut dapat dikatakan sebagi teknik survival.
Di antara jenis-jenis tumbuhan dan binatang yang akan ditemui di lapangan nanti, sebenarnya banyak yang bisa kita manfaatkan, baik untuk makanan dan obat-obatan, maupun dijadikan sebagai indikator/petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam atau keadaan suatu daerah tertentu. Namun kita juga dituntut untuk selalu berhati-hati karena ada sebagian dari tumbuhan dan binatang tersebut yang justru dapat membahayakan kita.
Di antara ribuan jenis tumbuhan yang terdapat di hutan, pada umumnya banyak yang bisa kita makan. Saat kita berada di hutan dataran rendah, hutan pantai misalnya, kita bisa memakan daun muda dan buah dari kedondong kecil (Spondias mombin) yang banyak tumbuh di
Untuk mengetahui tumbuhan yang bisa dimakan tersebut, kita bisa mengikuti jenis-jenis yang biasa dimakan oleh penduduk setempat. Cara lain untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan adalah dengan memperhatikan jejak-jejak binatang (khususnya primata dan mammalia). Dari sisa-sisa makanan mereka yang banyak berceceran di lantai hutan, bisa kita ketahui tumbuhan mana yang mereka makan. Daun, buah, biji, bunga ataupun bagian lain dari tumbuhan tersebut yang biasa mereka makan, berarti aman pula untuk kita makan. Biasanya bila diketahui suatu bagian tumbuhan dapat dimakan, maka bagian lainnya pun dapat dimakan; kecuali pohon bengkuang, dimana bagian tumbuhannya yang ada di permukaan tanah tidak bisa dimakan.
Beberapa jenis tumbuhan lain bisa juga dimanfaatkan untuk sumber air minum. Rotan muda dan jenis-jenis tumbuhan merambat (liana) lainnya, bila dipotong akan mengucurkan air bersih. Demikian pula tumbuhan berbatang lunak, bila dipotong bagian atasnya akan mengeluarkan air yang bisa diminum. Air perasan dari lumut, air yang tertampung pada pelepah daun nipah atau enau, embun yang menempel pada daun, dsb, juga cukup sehat untuk diminum.
Selain untuk dimakan ataupun sumber air, beberapa jenis tumbuhan bisa digunakan untuk mengobati luka atau sakit. Misalnya daun pacing (Costus speciosus) yang berbulu halus, bisa untuk menghilangkan bulu penggatal yang melekat pada kulit. Getah lowa (Ficus variegata) dapat dimanfaatkan sebagai disinfektan pada luka yang tidak terlalu besar pada kulit kita. Getah tumbuhan awar-awar (Ficus septica), dapat digunakan untuk mengobati kulit luka yang kena duri; duri yang melekat akan menjadi lunak dan keluar sendiri. Darah yang keluar dari luka, bisa dihentikan dengan menempelkan remasan daun babadotan (Ageratum conyzoides). Api-api putih (Avicennia marina), remasan daunnya dapat dipakai untuk mengatasi kulit yang terbakar sinar matahari. Dan masih banyak jenis tumbuhan lain yang bisa dimanfaatkan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan saat berada di hutan. Akan tetapi, pada saat di hutan kita juga harus berhati-hati karena ada beberapa tumbuhan yang justru sangat berbahaya bagi kita; misalnya rengas atau pohon upas (Gluta renghas) yang batang dan daunnya mirip pohon mangga, getahnya bisa mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh dan iritasi kulit, bahkan sampai pada kelumpuhan. Daun pulus atau kemaduh (Laportea stimulans) juga cukup berbahaya, karena bulu-bulunya bisa mengakibatkan gatal dan panas yang tak terkira. Selain itu ada pula tumbuhan yang mengandung racun, sehingga bisa membahayakan si pemakan, biasanya buah atau daunnya berwarna sangat mencolok.
Daun yang berwarna ungu kebiru-biruan ada kemungkinan mengandung racun cyanida. Demikian pula jamur yang berwarna-warni, besar kemungkinan sangat beracun. Tumbuhan dari jenis Erythroxilon harus dihindari juga, bukan karena racun yang mematikan, tetapi mengandung narkotik yang membuat kecanduan. Sebagai tambahan, ada beberapa contoh tumbuhan lainnya yang perlu dihindari pada saat di lapangan nanti, di antaranya :
1. rarawean, raweh atau kara benguk (Mucuna pruriens), kelopak polongnya memiliki rambut yang dapat membuat kulit gatal;
2. aren (Arenga pinnata), buah mentahnya dapat membuat gatal;
3. jarak (Jantropa sp.), racun pada bijinya dapat menyebabkan muntah, buang air besar dan kepala pusing;
4. pangi, picung atau kapayang (Pangium edule), seluruh bagian pohonnya mengandung asam cyanida yang sangat beracun;
5. kecubung (Datura metel), daun dan bunganya mengandung atropin yang dapat menyebabkan halusinasi;
6. buta-buta (Excoecaria agallocha), getah putihnya beracun dan dapat menyebabkan kebutaan sementara;
7. beberapa jenis jamur beracun diantaranya Amanita verna, Psilocybe sp., Corprinus sp., Hygrophorus miniatus dan Gomphus bonarii.
Untuk mengenali satu persatu jenis-jenis tumbuhan tersebut memang diperlukan latihan yang cukup lama. Namun jika terpaksa harus memilih tumbuhan untuk dimakan, langkah-langkah berikut harus diperhatikan
1. makan tumbuh-tumbuhan yang sudah dikenal (minimal oleh penduduk setempat);
2. jangan makan satu jenis tumbuhan saja;
3. bila memakan bagian tumbuhan yang belum kita kenal, sebaiknya oleskan sedikit bagian tumbuhan tersebut pada pangkal lengan dan mencobanya terlebih dahulu dengan ujung lidah atau mengunyahnya beberapa saat (± 1 menit) dan tunggu reaksinya, jika tidak ada rasa aneh (panas/pahit) berarti cukup aman untuk dimakan;
4. usahakan selalu memasak bagian tumbuhan yang hendak kita makan tersebut, sebab ada daun atau buah yang beracun apabila dimakan mentah-mentah.
Selain itu, sebagai patokan, mungkin lebih baik bila kita mengetahui ciri-ciri tumbuhan beracun atau yang sebaiknya dihindari untuk dimakan, di antaranya :
1. tumbuhan yang getahnya berwarna putih kapur, kemerahan, kehitaman atau getahnya cepat berubah warnanya bila bereaksi dengan udara, biasanya dapat menyebabkan rasa gatal;
2. tumbuhan itu bila dimakan menimbulkan rasa panas, gatal, pahit dan masam di lambung;
3. pada permukaan batang dan daun biasanya terdapat bulu halus, kecuali bambu muda atau rebung;
4. berbau langu atau memuakan dan menyebabkan pusing;
5. tumbuhan tersebut tidak dapat dimakan atau selalu dihindari oleh binatang;
6. warna dari tumbuhan itu biasanya mencolok;
7. jamur yang kita tidak tahu betul bahwa jamur tersebut dapat dimakan.
Di samping manfaat-manfaat di atas, ada beberapa jenis tumbuhan yang bisa dijadikan indikator/petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam atau keadaan suatu daerah, diantaranya :
1. lumut bisa dijadikan petunjuk arah, lumut yang tebal menunjukkan arah timur;
2. selada air merupakan indikator air bersih;
3. daerah yang banyak tumbuhan epifitnya menunjukkan daerah yang lembab dan sering ditutupi kabut;
4. daerah yang pohon-pohonnya kerdil menunjukkan daerah yang sering dihembusi angin kencang;
5. bila congkok (Curculigo orchioides) hijau daunnya atau ada pohon kingkilaban, areuy siwurungan atau walik adep (Mussaenda frondosa), menandakan macan (Panthera pardus) tidak ada di daerah tersebut;
6. bila pucuk paku perak (Pityrogramma calomelanos), paku emas (Pityrogramma tartarea) dan paku andam atau pakis kinca (Nephrolepis hirsutula) tumbuh dengan baik, tidak ada satupun yang patah, menandakan di daerah tersebut tidak terdapat ular;
7. rotan berpucuk menandakan tidak ada serigala/anjing hutan (Cuon alpinus);
8. pangkal batang ki lemo (Litsea cubeba) banyak memiliki luka dan tidak berkulit menandakan ada rusa di daerah tersebut;
9. daerah yang banyak talas hitamnya (Colocasia spp.), biasanya terdapat babi hutan di sana.
Seperti halnya tumbuhan, sebagian besar binatang pada prinsipnya bisa kita manfaatkan baik untuk makanan maupun dijadikan petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam atau keadaan suatu daerah. Namun berbeda dari tumbuhan, binatang-binatang ini seringkali relatif ‘lebih berbahaya’. Untuk itu kita dituntut ekstra hati-hati.
1. Habitat
Daerah pantai dan daerah dataran rendah merupakan habitat yang memiliki paling banyak jenis binatang, jika dibanding daerah dataran tinggi. Oleh karena itu, di daerah-daerah tersebut kemungkinan kita bertemu binatang lebih besar dibanding di daerah pegunungan.
2. Perilaku binatang
Perilaku setiap jenis binatang sangat khas. Dengan mengetahui perilaku mereka, kita dapat mengetahui kapan mereka dapat kita temui dan kapan untuk dihindari. Walaupun secara umum, pada musim kawin binatang kurang peka terhadap sekelilingnya, namun ada beberapa jenis justru lebih sensitif dan menjadi lebih buas pada musim kawin tersebut. Selain itu, pada musim beranak dan memelihara anak, hampir semua binatang akan menunjukkan sikap bermusuhan dan cenderung agresif pada setiap sesuatu yang dianggap asing oleh mereka.
Jejak dapat digunakan untuk mengetahui arah pergerakan dan keberadaan binatang. Pengenalan jejak juga dapat digunakan untuk mengetahui jenis-jenis berbahaya ataupun yang dapat dimakan, sumber air dan tumbuhan tertentu yang dapat dimakan. Selain jejak, kita juga dapat mengetahui keberadaan binatang dari feses, bekas aktivitas, sisa tubuh, suara dan sarang.
Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal lainnya yang juga perlu diperhatikan untuk menghindari gangguan/bahaya dari binatang pada saat kita di lapangan nanti, diantaranya :
1. Carilah informasi daerah yang akan kita tuju sebelumnya. Khusus untuk daerah pantai dan mangrove, pastikan apakah daerah yang akan kita tuju tersebut merupakan daerah endemik malaria (termasuk juga demam berdarah) atau bukan. Bila ya, minumlah obat anti malaria sebelum, selama dan sesudahnya. Alangkah baiknya juga bila kita membawa kelambu untuk mengurangi gigitan nyamuk dan serangga lainnya;
2. Untuk menghindari gigitan ular, pakailah pakaian tertutup terutama bagian kaki, dan berhati-hatilah dalam mencari pegangan terutama pada pohon-pohon di daerah pantai dan mangrove. Usahakan menghindari dan tidak mengusik ular bila bertemu. Juga, untuk berjaga-jaga, alangkah baiknya bila membawa obat penawar bisa ular;
3. Berhati-hatilah bila melalui sungai-sungai terutama yang dekat pantai, yang mungkin masih ada buayanya. Bila harus ke air/sungai pada malam hari, selalulah berbekal senter dan menyalakan senter tersebut, serta mintalah teman untuk menemani;
4. Hindari sungai atau pohon-pohon yang sering dijadikan tempat beraktivitas monyet (primata) guna menghindari kutu-kutu dari monyet tersebut;
5. Untuk menghindari kutu babi, selain dengan berpakaian rapat, juga hindari sarang dan tempat kubangan babi;
6. Untuk menghindari gigitan pacet dan serangga-serangga lainnya, pakailah sarung anti pacet atau kaos kaki panjang dan rangkap;
7. Selama tidur, apalagi di daerah pegunungan, pastikan bahwa tempat tidur kita bersih dari serangga, serta pakailah pakaian rapat dan balacava untuk menghindari serangga masuk ke tubuh kita;
8. Bila sedang di lapangan, pakailah celana dan pakaian tangan panjang yang tidak mencolok, selain agar tidak mengganggu
9. Binatang yang ada di sana, juga untuk menghindari serangan dari binatang-binatang tertentu;
10. Dan yang tidak kalah pentingnya, beritahukanlah pada teman-teman kita bila hendak pergi ke suatu tempat, dan taatilah segala larangan atau petunjuk dari penduduk setempat.
Keberadaan binatang-binatang tertentu pada suatu daerah dapat dijadikan sebagai petunjuk untuk melihat gejala-gejala alam.
1. unggas merentangkan sayapnya;
2. gerombolan capung terbang rendah dan berputar-putar dekat permukaan tanah;
3. itik mengibas-ngibas dulu sebelum terbang;
4. ayam betina berdiri dengan sebelah kaki sambil kepalanya disembunyikan di bawah sayap;
5. seekor gagak mandi, hujan akan turun sebelum matahari terbenam;
6. burung layang-layang terbang tinggi, cuaca akan baik, tapi kalau terbang rendah, hujan akan segera turun;
7. angsa di halaman berjalan-jalan dari arah selatan ke utara;
8. semut-semut mengumpulkan telur mereka dan mulai memanjat tumpukan tanah tempat mereka tinggal;
9. laba-laba turun ke bagian bawah sarangnya;
10. gerombolan-gerombolan nyamuk terbang seperti awan;
11. ular-ular derik bersiul.
Kalau binatang-binatang tertentu sekoyong-koyong berlaku aneh, artinya akan segera terjadi gejala alam tertentu. Contohnya kalau tikus-tikus tanah memperdalam lubang-lubang mereka di tepi sungai, artinya akan datang banjir atau kalau ikan-ikan berkumpul secara tiba-tiba di tengah kolam, artinya akan ada gempa bumi. Selain itu, keberadaan binatang pun dapat diketahui dari keberadaan jenis-jenis tumbuhan tertentu (lihat botani praktis) atau dari binatang lainnya.