Ikuti Lomba Blog Lingkungan
Di South to South Festival 2010
Apa isi blogmu?
Apakah bercerita tentang pengalaman sehari-hari? Atau bercerita tentang
pengalamanmu jalan-jalan dari satu tempat ke tempat yang lain? Atau
mungkin bercerita tentang masalah-masalah lingkungan, sumberdaya alam
atau ketidakadilan lingkungan?
Kalau bener nih, udah saatnya blog kamu diikutsertakan dalam lomba blog
lingkungan.
South to South Festival 2010 mengadakan beberapa kegiatan, diantaranya
lomba blog lingkungan. Disini kamu bisa mengikutsertakan blog kamu yang
bertema lingkungan. Siapa tahu para juri akan melirik blok kamu.
South to South Festival (StoS) sendiri hadir sebagai gerakan penyadaran
dan penggalangan solidaritas lewat film dan media visual, dengan
melibatkan masyarakat kota, untuk memberikan dukungan dan kontribusi
kepada masyarakat di kawasan pengerukan.
Pada 22 - 24 Januari 2010, StoS akan memutar film-film lingkungan.
Bertemakan "We Care", StoS mengajak kamu-kamu yang ada di kota sebagai
komunitas hilir untuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam
mendukung perjuangan masyarakat di komunitas hulu.
Lomba Blog ini adalah salah satu kegiatan yang dilombakan dalam StoS,
dan ditutup pada tanggal 30 Desember 2009. Untuk keterangan lebih lanjut
silahkan klik link berikut: http://stosfestival.org/blog-competition-.html
Inga inga inga... ting.. jangan sampe nggak ikutin ya. Rugi! Selain
hadiahnya jutaan, blog kamu juga punya kesempatan dikenal oleh banyak orang.
---------------
Sekretariat South to South Festival (StoS) 2010
Jl. Mampang Prapatan II/30 RT 04/RW 07 Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
Telp/Fax. 021-7941559
Email : stosfilmfestival@...
Website: www.stosfestival.org
Facebook: South to South Festival 2010
South to South Festival 2010 diselenggarakan oleh JATAM, WALHI, Gekko
Studio, Ecosisters, KIARA, Sawit Watch, CSF, Solidaritas Perempuan,
SBIB, FWI, CCF Jakarta dan Goethe Institut
South to South Festival 2010 didukung oleh Consina, Inspirit, MPBI dan HFI
----------------
Blog ini berisi data-data pribadiku dan semua hal tentang inspirasiku dalam hidup. Semua rangkaian petualanganku menjelajahi alam bebas, mendaki gunung, travelling, birdwatching kutuliskan dalam blog ini. Harapanku semoga blog ini bermanfaat bagi banyak orang!Amien
Friday, November 27, 2009
Wednesday, November 25, 2009
Ornamen - Ornamen Cantik di Goa
Keindahan sebuah gua dapat Anda saksikan dari berbagai bentuk dekorasi yang ada di dalamnya. Ada selendang, pilar, air terjun beku, mutiara gua, stalagmit atau stalagtit. Sebenarnya, apa pengertian dari istilah-istilah tersebut? Seperti diketahui bahwa gua yang ada di bumi ini terbentuk oleh batuan kars (batu gamping) yang terbentuk di dasar laut dalam kawasan yang luas. Ketebalan batu gamping itu bervariasi hingga mencapai ratusan meter. Proses pembentukan memerlukan waktu hingga ribuan tahun. Demikian pula dengan proses pemunculannya ke permukaan yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Gua dipelajari secara serius sejak ditemukannya speleologi oleh Edward Alfred Martel pada abad ke 19. Sampai kini, ilmu tersebut masih dipakai untuk mempelajari seluk-beluk gua. Speleolog menyebut dekorasi gua dengan istilah speleothem.
Banyak dekorasi-dekorasi indah yang ada di dalam gua. Beberapa dekorasin gua yang bisa Anda temui di gua-gua adalah sebagai berikut:
Stalagtit. Stalagtit itu tumbuh dari atap sebuah gua menuju ke bawah yang terbentuk karena adanya rekahan kecil pada tubuh batu gamping yang memungkinkan terjadinya tetesan air yang mengandung larutan kalsium karbonat. Di saat itu terjadilah presipitasi sehingga terlepaslah karbondioksida dan terbentuk endapan bening yang disebut mineral kalsit.
Stalagmit. Stalagtit akan mengeluarkan tetesan air. Tetesan yang berlebih dalam kurun waktu ribuan tahun akan terakumulasi ke lantai dan membentuk dekorasi tersendiri. Dekorasi yang terbentuk dari tetesan stalagtit inilah yang disebut dengan stalagmit.
Coloumn atau pilar. Pilar bisa terbentuk bila stalagmit dan stalgatit bersatu membentuk sebuah dekorasi tersendiri.
Coloumn
Flowstone atau batu alir. Flowstone terbentuk dari milyaran tetesan air yang mengalir dan menyelubungi bongkahan batu atau tanah.
Shawl atau drapery. Bentuknya mirip selendang atau gordyn yang terbentuk dari tetesan air yang mengalir melalui dinding gua. Kadang-kadang selendang itu tembus cahaya dan berwarna-warni akibat mineral yang terkandung seperti mineral besi.
Helectit. Ukuran helectit kecil dan tidak beraturan. Kadang-kadang bercabang dan melintir ke segala arah. Helectit terbentuk dari tetesan air yang mengalir melalui alur kecil sebagai akibat gaya kapiler. Pembentukan dekorasi itu menyalahi gaya gravitasi.
Helectit
Cave Pearl atau mutiara gua. Mutiara gua terbentuk saat kerikil terselimuti oleh mineral kalsit pada lantai sebuah gua. Sayang, dekorasi yang amat indah itu sulit Anda temui di sebuah gua.Wednesday, November 4, 2009
Profil Riyanni Jangkaru, Presenter Jejak Petualang Idolaku
Sosok gadis muda ini memang tak asing lagi. Petualangannya menelusuri gua, mendaki gunung, arung jeram, dan masuk ke pelosok terpencil di sudut-sudut perkampungan Indonesia, sudah dapat kita saksikan dalam “Jejak Petualang”, sebuah program dokumenter yang dalam setiap tayangannya berusaha menjadi cermin dari kehidupan manusia yang tampil alami, sekaligus berkomitmen menyajikan kehidupan sebagaimana adanya.
Riyanni Djangkaru. Ia adalah salah satu dari sekian banyak calon presenter yang lolos seleksi ketat untuk bisa jadi presenter program “Jejak Petualang”. Saingannya adalah para pecinta alam, model, bahkan peragawati. Kualifikasi yang harus dipenuhi presenter “Jejak Petualang” memang termasuk berat dan tidak seperti kualifikasi presenter biasanya. Persyaratan yang dikeluarkan TV7 waktu seleksi adalah untuk gadis yang tidak hanya berparas cantik dan menarik, tapi juga harus pintar, berwawasan luas, dan menyukai kegiatan alam bebas seperti naik gunung, arung jeram, masuk gua (caving), dan menyelam (diving). Dari ratusan presenter yang ikut casting, gadis dengan tinggi badan 168 cm inilah yang akhirnya terpilih.
Berbagai persyaratan keras itu memang dibutuhkan, karena tidak seperti presenter program acara lain yang hanya dibutuhkan kehadirannya di studio TV satu hingga dua jam saja, “Jejak Petualang” menuntut sang presenter untuk hadir 24 jam penuh dalam satu hari dan masuk ke berbagai lokasi syuting di pelosok tanah air selama berminggu-minggu.
Toh Riyanni tidak keberatan. Terjun langsung dalam proses produksi “Jejak Petualang” dianggapnya sebagai sebuah pengalaman baru yang menyenangkan, yang meskipun berat, tapi layak dijalani.
Rumitnya perjalanan dalam produksi “Jejak Petualang” dan sering melihat anggota tim bekerja, rupanya membekas juga di hati Riyanni. Ia malah sempat berpikir ingin menjadi reporter kelak jika sudah lulus dari kuliah nanti. Riyanni mengaku memperoleh banyak ilmu mengenai dunia jurnalistik yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
High and Low di Jejak Petualang
Berbagai tempat menarik sudah dikunjungi oleh Riyanni. Riyanni mengaku perjalanan paling berat adalah ketika mendaki gunung Rinjani saat mempersiapkan episode “Kampung Loloan di Lombok”. Waktu itu nafasnya satu dua dalam pendakian ke puncak tertinggi ketiga di Indonesia (3726 meter di atas permukaan laut). Pendakian ke puncak Rinjani dari base camp terakhir di Plawangan Sembalun memang berat. Selain rute perjalanan yang menanjak tajam, berpasir sehingga kaki semakin berat melangkah, kadar oksigen yang ada pun sangat tipis, sehingga Riyanni dan kru TV7 lain hanya mampu berjalan dua langkah untuk kemudian berhenti dan menarik nafas. Kondisi ini semakin parah ketika malamnya Riyanni muntah-muntah akibat masuk angin. “Ini gara-gara aku mandi di Segara Anak kayaknya,” ujar Riyanni.
Paling asyik memang waktu syuting di Kampung Deru di kabupaten Ngada, NTT. “Selain udaranya sejuk, penduduknya juga ramah-ramah, di sini rasanya betah berlama-lama,” senyum Riyanni. Tim “Jejak Petualang” ketika itu harus menginap di Kampung Deru selama tiga malam untuk menyaksikan penduduk kampung menggelar Pesta Reba, pesta perdamaian antar suku yang juga pesta untuk mengucap syukur kepada leluhur atas hasil panen yang mereka terima.
Mungkin ada satu pengalaman paling unik yang tidak akan pernah bisa dilupakan Riyanni. Waktu itu tim “Jejak Petualang” sedang meliput ritual upacara adat “Rayaguban” di Sumedang. Tetapi sesudah mengikuti salah satu ritual yang mengharuskan Riyanni ikut jiarah ke makam leluhur, ia jatuh sakit. Badannya dingin, dan hidungnya tersumbat. Tukang urut yang memijatnya mengatakan bahwa ada mahluk halus yang masuk ke dalam tubuhnya. Setelah itu datang seorang “pintar” dan Riyanni dibacakan doa-doa pengusir roh halus. Dan tiba-tiba, jreng!! Riyanni sehat seperti sedia kala. Lucunya si orang "pintar" itu menambahkan lagi kalau roh halus yang masuk ke tubuh Riyanni tidak bermaksud mengganggu, tapi hanya berniat untuk kenalan saja. Ya ampun...
Tapi gadis manis ini tidak lantas menjadi kapok. Dengan semangat empat lima, ia terus melakukan petualangan. Lihat saja kulit putihnya sekarang sudah jadi kehitaman. “Ah cuek aja, ntar juga putih lagi,” katanya sambil tertawa. Mungkin malah jadi tambah hitam ya, kan kamu terus berpetualang.
Anak pertama dari empat bersaudara ini mulai terkenal sejak menjadi presenter Jejak Petualang tayangan TV7 tahun 2002 - 2006. Riyanni semakin terkenal di pertengahan tahun 2005, karena virus dengan namanya menyebar dan menginfeksi banyak komputer.[1]
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor ini sekarang masih bekerja di dunia pertelevisian meski tak lagi menjadi presenter "Jejak Petualang". Riyanni terlihat di Trans 7 dalam "Redaksi Pagi" sebagai presenter "Jalan Pagi" serta Sportawa.
Awalnya wanita berdarah Garut dan Palembang ini ingin menjadi news presenter. Meski lowongan untuk presenter olahraga telah lewat, Riyanni tetap mengirimkan lamaran. Setelah menyisihkan ratusan orang, wanita dengan tinggi 168 cm ini pun didapuk menjadi presenter Jejak Petualang.
Riyanni menikah dengan Deni Priawan pada bulan Februari 2006. Dari pernikahan ini, mereka telah mempunyai seorang anak, Brahman Ahmad Syailendra.
Tentang Riyanni
Biodata :
Riyanni Djangkaru. Ia adalah salah satu dari sekian banyak calon presenter yang lolos seleksi ketat untuk bisa jadi presenter program “Jejak Petualang”. Saingannya adalah para pecinta alam, model, bahkan peragawati. Kualifikasi yang harus dipenuhi presenter “Jejak Petualang” memang termasuk berat dan tidak seperti kualifikasi presenter biasanya. Persyaratan yang dikeluarkan TV7 waktu seleksi adalah untuk gadis yang tidak hanya berparas cantik dan menarik, tapi juga harus pintar, berwawasan luas, dan menyukai kegiatan alam bebas seperti naik gunung, arung jeram, masuk gua (caving), dan menyelam (diving). Dari ratusan presenter yang ikut casting, gadis dengan tinggi badan 168 cm inilah yang akhirnya terpilih.
Berbagai persyaratan keras itu memang dibutuhkan, karena tidak seperti presenter program acara lain yang hanya dibutuhkan kehadirannya di studio TV satu hingga dua jam saja, “Jejak Petualang” menuntut sang presenter untuk hadir 24 jam penuh dalam satu hari dan masuk ke berbagai lokasi syuting di pelosok tanah air selama berminggu-minggu.
Toh Riyanni tidak keberatan. Terjun langsung dalam proses produksi “Jejak Petualang” dianggapnya sebagai sebuah pengalaman baru yang menyenangkan, yang meskipun berat, tapi layak dijalani.
Rumitnya perjalanan dalam produksi “Jejak Petualang” dan sering melihat anggota tim bekerja, rupanya membekas juga di hati Riyanni. Ia malah sempat berpikir ingin menjadi reporter kelak jika sudah lulus dari kuliah nanti. Riyanni mengaku memperoleh banyak ilmu mengenai dunia jurnalistik yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya.
High and Low di Jejak Petualang
Berbagai tempat menarik sudah dikunjungi oleh Riyanni. Riyanni mengaku perjalanan paling berat adalah ketika mendaki gunung Rinjani saat mempersiapkan episode “Kampung Loloan di Lombok”. Waktu itu nafasnya satu dua dalam pendakian ke puncak tertinggi ketiga di Indonesia (3726 meter di atas permukaan laut). Pendakian ke puncak Rinjani dari base camp terakhir di Plawangan Sembalun memang berat. Selain rute perjalanan yang menanjak tajam, berpasir sehingga kaki semakin berat melangkah, kadar oksigen yang ada pun sangat tipis, sehingga Riyanni dan kru TV7 lain hanya mampu berjalan dua langkah untuk kemudian berhenti dan menarik nafas. Kondisi ini semakin parah ketika malamnya Riyanni muntah-muntah akibat masuk angin. “Ini gara-gara aku mandi di Segara Anak kayaknya,” ujar Riyanni.
Paling asyik memang waktu syuting di Kampung Deru di kabupaten Ngada, NTT. “Selain udaranya sejuk, penduduknya juga ramah-ramah, di sini rasanya betah berlama-lama,” senyum Riyanni. Tim “Jejak Petualang” ketika itu harus menginap di Kampung Deru selama tiga malam untuk menyaksikan penduduk kampung menggelar Pesta Reba, pesta perdamaian antar suku yang juga pesta untuk mengucap syukur kepada leluhur atas hasil panen yang mereka terima.
Mungkin ada satu pengalaman paling unik yang tidak akan pernah bisa dilupakan Riyanni. Waktu itu tim “Jejak Petualang” sedang meliput ritual upacara adat “Rayaguban” di Sumedang. Tetapi sesudah mengikuti salah satu ritual yang mengharuskan Riyanni ikut jiarah ke makam leluhur, ia jatuh sakit. Badannya dingin, dan hidungnya tersumbat. Tukang urut yang memijatnya mengatakan bahwa ada mahluk halus yang masuk ke dalam tubuhnya. Setelah itu datang seorang “pintar” dan Riyanni dibacakan doa-doa pengusir roh halus. Dan tiba-tiba, jreng!! Riyanni sehat seperti sedia kala. Lucunya si orang "pintar" itu menambahkan lagi kalau roh halus yang masuk ke tubuh Riyanni tidak bermaksud mengganggu, tapi hanya berniat untuk kenalan saja. Ya ampun...
Tapi gadis manis ini tidak lantas menjadi kapok. Dengan semangat empat lima, ia terus melakukan petualangan. Lihat saja kulit putihnya sekarang sudah jadi kehitaman. “Ah cuek aja, ntar juga putih lagi,” katanya sambil tertawa. Mungkin malah jadi tambah hitam ya, kan kamu terus berpetualang.
Anak pertama dari empat bersaudara ini mulai terkenal sejak menjadi presenter Jejak Petualang tayangan TV7 tahun 2002 - 2006. Riyanni semakin terkenal di pertengahan tahun 2005, karena virus dengan namanya menyebar dan menginfeksi banyak komputer.[1]
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Pakuan Bogor ini sekarang masih bekerja di dunia pertelevisian meski tak lagi menjadi presenter "Jejak Petualang". Riyanni terlihat di Trans 7 dalam "Redaksi Pagi" sebagai presenter "Jalan Pagi" serta Sportawa.
Awalnya wanita berdarah Garut dan Palembang ini ingin menjadi news presenter. Meski lowongan untuk presenter olahraga telah lewat, Riyanni tetap mengirimkan lamaran. Setelah menyisihkan ratusan orang, wanita dengan tinggi 168 cm ini pun didapuk menjadi presenter Jejak Petualang.
Riyanni menikah dengan Deni Priawan pada bulan Februari 2006. Dari pernikahan ini, mereka telah mempunyai seorang anak, Brahman Ahmad Syailendra.
Tentang Riyanni
Biodata :
Nama : Riyanni Djangkaru.
Tempat / tanggal lahir : Bogor, 31 Januari 1980.
Tinggi : 168 cm. Berat : 48 kg. Hobi : Membaca dan travelling.
Binatang yang paling disukai : Ular.
Binatang yang paling dibenci : Ulat bulu.
Makanan kesukaan : Rujak buah dan Pempek.
Bintang : Aquarius.
Email : Riyanni21@yahoo.com
Berita tentang Semarang Birdwatching Race 2009
Semarang, (berita2.com) :
Puluhan mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam Komunitas Pengamat Burung Se-Jawa, Minggu (25/10), mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan mencintai burung terutama yang masuk dalam hewan yang dilindungi.
Aksi tersebut diadakan di kawasan Lapangan Pancasila, Simpang Lima Semarang dengan cara membawa berkeliling lapangan Simpang Lima sambil berorasi dan membawa poster-poster imbauan peduli lingkungan serta memunguti sampah-sampah yang berserakan.
Poster-poster yang dibawa tersebut antara lain bertuliskan "Lestarikan Hutan, Hindarkan Bencana", "Penjarakan Pembakar Hujan", dan "Sayangi Satwa Liar".
Kepada masyarakat yang berada di kawasan tersebut, mereka melakukan sosialisasi sekitar 70 jenis burung dilindungi dan hampir punah, dan diantaranya adalah burung Elang dan Gelatik Jawa.
Koordinator aksi tersebut, Yuliana Rahmawati mengatakan, aksi ini merupakan salah satu bagian dari Pekan Ilmiah Biologi yang dilakukan tiap tahun oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) jurusan biologi.
"Tujuannya adalah memberikan gambaran langsung kepada masyarakat agar mau peduli kepada berbagai burung yang hampir punah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, aksi ini untuk mengajak masyarakat agar turut serta menjaga kelestarian lingkungan dan hutan yang menjadi habitat satwa.
"Ketika kita sudah mengenal suatu burung maka kita akan menyayangi, setelah menyayangi maka secara otomatis kita akan berusaha melindungi dengan ikut menjaga kelestarian alam sekitar," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Yuliana juga menerangkan kepada masyarakat bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan.
"Ketika alam sudah terjaga maka populasi burung yang berada di dalamnya juga ikut terjaga. Contoh yang mudah dalam menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan," katanya.
Kegiatan yang diikuti oleh komunitas pengamat burung dari Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Malang ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Hal itu terlihat dari cukup antusiasnya beberapa masyarakat saat mendengarkan sosialisasi yang dilakukan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan terutama untuk menjaga kelangsungan hidup burung yang hampir punah.(*un)
Puluhan mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam Komunitas Pengamat Burung Se-Jawa, Minggu (25/10), mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan mencintai burung terutama yang masuk dalam hewan yang dilindungi.
Aksi tersebut diadakan di kawasan Lapangan Pancasila, Simpang Lima Semarang dengan cara membawa berkeliling lapangan Simpang Lima sambil berorasi dan membawa poster-poster imbauan peduli lingkungan serta memunguti sampah-sampah yang berserakan.
Poster-poster yang dibawa tersebut antara lain bertuliskan "Lestarikan Hutan, Hindarkan Bencana", "Penjarakan Pembakar Hujan", dan "Sayangi Satwa Liar".
Kepada masyarakat yang berada di kawasan tersebut, mereka melakukan sosialisasi sekitar 70 jenis burung dilindungi dan hampir punah, dan diantaranya adalah burung Elang dan Gelatik Jawa.
Koordinator aksi tersebut, Yuliana Rahmawati mengatakan, aksi ini merupakan salah satu bagian dari Pekan Ilmiah Biologi yang dilakukan tiap tahun oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) jurusan biologi.
"Tujuannya adalah memberikan gambaran langsung kepada masyarakat agar mau peduli kepada berbagai burung yang hampir punah," katanya.
Selain itu, lanjut dia, aksi ini untuk mengajak masyarakat agar turut serta menjaga kelestarian lingkungan dan hutan yang menjadi habitat satwa.
"Ketika kita sudah mengenal suatu burung maka kita akan menyayangi, setelah menyayangi maka secara otomatis kita akan berusaha melindungi dengan ikut menjaga kelestarian alam sekitar," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Yuliana juga menerangkan kepada masyarakat bagaimana cara menjaga kelestarian lingkungan.
"Ketika alam sudah terjaga maka populasi burung yang berada di dalamnya juga ikut terjaga. Contoh yang mudah dalam menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan," katanya.
Kegiatan yang diikuti oleh komunitas pengamat burung dari Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Malang ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Hal itu terlihat dari cukup antusiasnya beberapa masyarakat saat mendengarkan sosialisasi yang dilakukan mengenai pentingnya menjaga kelestarian lingkungan terutama untuk menjaga kelangsungan hidup burung yang hampir punah.(*un)
Sunday, November 1, 2009
Lomba Cerpen untuk Mahasiswa Se-Indonesia
Start: | Nov 1, '09 6:00p |
End: | Dec 15, '09 |
Location: | STAIN Purwokerto Press |
Kisah cinta dengan latar belakang budaya santri
* KETENTUAN
1. Melampirkan copy Kartu Mahasiswa yang masih berlaku;
2. Cerpen diketik dengan hurup time new roman size 12, batasan 5-10 halaman;
3. Cerpen yang diikutkan lomba adalah karya yang belum pernah dipublikasikan
dalam bentuk apapun;
4. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan 1 judul saja dari karya terbaiknya;
5. Melampirkan biografi singkat maksimal 1 halaman;
6. Semua hal tersebut diemailkan ke obsesipress@... ;
7. Batas terakhir penerimaan naskah 15 Desember 2009.
* PENGUMUMAN NOMINATOR DAN PEMENANG
1 Januari 2010
* HADIAH
1. Bagi cerpen nominator dan cerpen pemenang akan dibukukan eksklusif oleh
Penerbit OBSESI Press, 3 cerpen pemenang, dan 27 cerpen nominator;
2. Bagi Juara ke-1 mendapatkan uang Rp 1.000.000; juara ke-2 Rp 500.000, juara
ke-3 Rp 500.000 ;
3. Baik nominator maupun pemenang diberi hak mendapatkan buku bunga rampai
cerpen tersebut 2 eksemplar ;
4. Baik hadiah maupun buku cerpen tersebut hanya akan diberikan jika yang
bersangkutan hadir pada acara "Peluncuran dan Diskusi Buku Cerpen Pemenang Lomba
Nasional" pada Senin 8 Februari 2010 ;
5. Jika yang bersangkutan berhalangan hadir, maka disilahkan menghubungi Panitia
(PU LPM OBSESI Edo Ahmad Baedowi 08529 3001 761/ Faqih Hamdani 085227 379 226),
dan buku cerpen akan dikirim jika sudah mengirim ongkos pengganti biaya kirim.
* DEWAN JURI
1. Abdul Wachid B.S. (Sastrawan, Kritikus Sastra, dan Dosen STAIN Purwokerto);
2. Heru Kurniawan, S.Pd., M.A. (Sastrawan, dan Dosen STAIN Purwokerto);
3. Suwito NS., M.Ag. (Direktur Penerbit STAIN Purwokerto Press, dan Dosen STAIN
Purwokerto).
sumber: http://www.stainpress.com/?p=193
Subscribe to:
Posts (Atom)